Para Peneliti Petakan Nyanyian Bintang untuk Ungkap Masa Depan Matahari

1 week ago 17

Liputan6.com, Jakarta - Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya dan panas karena reaksi fusi nuklir yang terjadi di intinya. Objek astronomi ini merupakan penyusun galaksi.

Bintang terbentuk dari gas menyala, seperti hidrogen dan helium, yang berada di antara bintang-bintang lain di galaksi. Bintang-bintang dapat memiliki massa antara 0,08 hingga 200 kali massa matahari di Bima Sakti.

Baru-baru ini, para ilmuwan menemukan bahwa bintang juga "bernyanyi". Para astronom menemukan bahwa starquake atau gempa bintang, yaitu getaran halus di dalam bintang, menyimpan petunjuk penting tentang proses dalam bintang dan evolusi galaksi Bima Sakti.

Dikutip dari laman Earth pada Selasa (08/04/2025), para peneliti mengamati perubahan kecil dalam kecerahan cahaya bintang, lalu mengubahnya menjadi frekuensi untuk dianalisis lebih lanjut. Starquake atau gempa bintang terjadi ketika lapisan dalam bintang bergetar, menyebabkan siklus terang dan redup yang sangat halus.

Penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature ini disebut sebagai asteroseismology, dan telah menjadi alat penting untuk menyelami struktur dalam bintang yang sebelumnya tak terjangkau. Salah satu fokus utama dalam studi ini adalah bintang raksasa merah, yaitu fase lanjut dari kehidupan bintang seukuran matahari.

Setelah miliaran tahun membakar hidrogen di intinya, bintang akan mulai kehabisan bahan bakar. Inti bintang pun mulai runtuh oleh gravitasi, sementara lapisan luarnya mengembang hingga ratusan kali ukuran awal.

Meski tampak tenang dari luar, di dalamnya terjadi perubahan besar yakni bintang mulai membakar helium, dan bisa mengalami beberapa fase “liar” sebelum akhirnya mati. Beberapa bintang bahkan mengakhiri hidupnya dengan menanggalkan lapisan luarnya menjadi nebula planeter, meninggalkan inti kecil padat yang disebut katai putih (white dwarf).

Dengan mempelajari getaran bintang, para ahli dapat mengetahui informasi penting seperti usia, massa, dan bahkan proses fusi di inti bintang. Getaran ini berbeda tergantung pada kondisi dalam inti dan komposisi kimia bintang.

Dengan memetakan pola-pola getaran ini, ilmuwan dapat membuat "garis waktu" yang menggambarkan masa lalu dan masa depan sebuah bintang. Dalam studi ini, tim ilmuwan memusatkan perhatian pada gugus bintang terbuka M67, yang diyakini terbentuk dari awan molekul raksasa yang sama.

Bintang-bintang di M67 memiliki umur dan unsur yang mirip, perbandingan di antara mereka menjadi lebih akurat. Para peneliti memeriksa bintang sub-raksasa dan raksasa merah dalam kluster ini dan menemukan pola unik dalam frekuensi getarannya.

Mereka menemukan jeda atau plateau dalam pola frekuensi yang biasanya terus meningkat. Hak ini menunjukkan adanya perubahan besar di dalam struktur bintang.

M67 juga menarik karena bintang-bintangnya serupa dengan matahari kita, namun berada di tahap kehidupan yang lebih tua. Dengan mempelajari mereka, para ilmuwan bisa memprediksi bagaimana lapisan energi Matahari akan berubah jutaan tahun mendatang.

Sinyal starquake dari bintang-bintang ini memberi kita peringatan dini tentang kemungkinan perubahan dalam keluaran energi matahari, dan meyakinkan bahwa perubahan tersebut terjadi secara bertahap sehingga memberi waktu bagi umat manusia untuk memahami dan beradaptasi.

Penemuan plateau dalam data starquake menunjukkan betapa pentingnya detail kecil dalam memahami umur dan struktur bintang. Hal ini memberi dampak besar pada survei skala besar yang bertujuan memetakan sejarah Bima Sakti.

Saat ini, para peneliti mulai menggabungkan data dari berbagai observatorium di seluruh dunia untuk mencari pola serupa di gugus bintang lainnya. Setiap gugus memberikan potongan kecil dari teka-teki besar, membentuk gambaran utuh tentang jalur pembentukan bintang dan penyebaran unsur kimia di alam semesta.

(Tifani)

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |