Netanyahu Berkoar Akan Kuasai Seluruh Gaza: Inggris, Prancis, dan Kanada Beri Peringatan Keras terhadap Israel

1 week ago 16

Liputan6.com, Tel Aviv - Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Israel akan mengambil alih seluruh wilayah Gaza. Pernyataan ini muncul di tengah kritik keras dari tiga sekutu utama Israel—Inggris, Prancis, dan Kanada—yang mengecam eskalasi militer dan blokade terhadap bantuan kemanusiaan sebagai tindakan yang keterlaluan.

Ketiga negara itu menilai perluasan perang oleh Israel sebagai tindakan yang tidak proporsional, menggambarkan kondisi di Gaza tak tertahankan, dan memperingatkan akan mengambil tindakan konkret jika Israel tidak menghentikan serangannya.

"Kami tidak akan tinggal diam ketika pemerintahan Netanyahu melakukan tindakan keterlaluan ini. Jika Israel tidak menghentikan serangan militer terbaru dan mencabut pembatasan atas bantuan kemanusiaan, kami akan mengambil tindakan konkret lebih lanjut sebagai tanggapan," demikian pernyataan bersama dari pemerintah Inggris, Prancis, dan Kanada pada Senin (19/5/2025), seperti dilansir The Guardian.

Netanyahu menanggapi pernyataan tersebut dengan mengatakan Israel akan terus membela diri hingga mencapai kemenangan total.

"Para pemimpin di London, Ottawa, dan Paris tengah menawarkan hadiah besar atas serangan genosida terhadap Israel pada 7 Oktober, sambil mengundang lebih banyak kekejaman semacam itu," kata Netanyahu.

Sebelumnya, pada hari yang sama, militer Israel menetapkan seluruh kota sebagai zona tempur.

Netanyahu Akui Ditekan Para Sekutu

Di tengah tekanan internasional yang semakin meningkat akibat ancaman kelaparan massal, Netanyahu pada Minggu (18/5) malam mengumumkan akan melonggarkan pengepungan terhadap Gaza yang telah berlangsung selama 11 minggu. Tujuannya adalah mencegah terjadinya krisis kelaparan.

Namun, hampir 24 jam setelah pengumuman itu, PBB menyatakan bahwa hanya sembilan truk bantuan yang diizinkan untuk masuk. Pengiriman ini dinilai tidak memberikan dampak berarti terhadap krisis yang melanda penduduk Gaza.

Inggris, Prancis, dan Kanada menyebut langkah Israel sama sekali tidak memadai. Ketiga negara itu memperingatkan bahwa tindakan tersebut bisa melanggar hukum internasional. Mereka menyerukan agar distribusi bantuan dikembalikan sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.

Keputusan Netanyahu untuk mengizinkan masuknya bantuan makanan—meskipun hanya dalam jumlah kecil—mendapat kritik dari kelompok sayap kanan, termasuk dari anggota kabinetnya sendiri. Pada Senin, Netanyahu mengunggah sebuah video di media sosial dan menjelaskan bahwa dia terpaksa mengambil langkah tersebut karena tekanan dari sekutu-sekutu dekatnya.

Selama berminggu-minggu, para pejabat Israel bersikeras bahwa tidak ada kelangkaan di Gaza. Namun, Netanyahu mengatakan bahwa para senator, yang dia sebut sebagai teman-teman terbaik Israel di dunia, telah memperingatkan bahwa mereka akan menarik dukungan jika beredar gambar-gambar rakyat Palestina yang kelaparan.

Menurut Netanyahu para senator telah memperingatkannya dengan mengatakan, "Kami tidak bisa menerima gambar-gambar kelaparan, kelaparan massal. Kami tidak tahan melihatnya. Kami tidak akan bisa mendukung Anda."

"Keputusasaan yang semakin dalam di Gaza sedang membawa Israel menuju sebuah garis merah. Titik di mana kami bisa kehilangan kendali," kutip Netanyahu tanpa penjelasan lebih lanjut.

Netanyahu mengklaim blokade terhadap Gaza memiliki alasan militer, dengan tuduhan Hamas mencuri bantuan makanan dari badan-badan kemanusiaan dan PBB. Klaim ini dibantah keras Hamas dan badan-badan kemanusiaan terkait.

Pernyataan Kejam Menkeu Israel

Setelah berhasil membebaskan seorang sandera berkewarganegaraan ganda Amerika Serikat (AS)-Israel dari Hamas pekan lalu, sempat muncul harapan bahwa Donald Trump akan menengahi gencatan senjata permanen untuk seluruh wilayah Gaza. Namun, Israel justru meluncurkan serangan darat baru ke Gaza hampir seketika setelah Trump mengakhiri lawatannya ke Timur Tengah. 

Selama akhir pekan, pengeboman besar-besaran menewaskan ratusan warga Palestina. Serangan juga menyasar rumah sakit-rumah sakit yang telah rusak parah di Gaza. Jumlah korban tewas akibat perang di Gaza telah melampaui 53.000 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil.

"Pertempuran berlangsung sengit dan kami membuat kemajuan. Kami akan menguasai seluruh wilayah Gaza," kata Netanyahu dalam sebuah video yang diunggah ke Telegram pada Senin.

Sementara itu, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich seorang tokoh sayap kanan yang menentang keras setiap upaya penyelesaian perang melalui negosiasi menyatakan bahwa tentara Israel akan "menghapus" sisa-sisa wilayah Palestina di Gaza. Dia membela keputusan Netanyahu mengizinkan masuknya bantuan makanan dasar. Menurutnya, langkah tersebut akan memungkinkan Israel mempertahankan kehadiran militernya di Gaza guna melanjutkan penghancuran dan pengusiran.   

"Sekarang kita taklukkan, bersihkan, dan tetap tinggal – sampai Hamas dihancurkan," kata dia dalam sebuah konferensi pers. "Sepanjang jalan, apa pun yang tersisa dari wilayah itu juga sedang dilenyapkan."

"Sebagai bagian dari perang, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) sedang memindahkan penduduk keluar dari zona tempur … Penduduk akan mencapai bagian selatan wilayah tersebut, dan dari sana, dengan pertolongan Tuhan, pindah ke negara ketiga sesuai rencana Presiden Trump."

Read Entire Article