Meski Tuai Kritik, Pentagon Terima Jet Mewah dari Qatar untuk Digunakan Trump Sebagai Air Force One

1 week ago 17

Liputan6.com, Washington, DC - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Pete Hegseth telah menerima sebuah jet mewah Boeing 747 dari Qatar untuk digunakan oleh Presiden Donald Trump sebagai Air Force One. Demikian disampaikan Pentagon pada Rabu (21/5/2025), di tengah derasnya pertanyaan mengenai etika dan legalitas menerima hadiah mahal dari negara asing.

"Kementerian Pertahanan akan bekerja untuk memastikan langkah-langkah keamanan yang tepat pada pesawat tersebut agar aman digunakan oleh presiden," kata juru bicara Pentagon Sean Parnell seperti dilansir AP.

Dia menambahkan bahwa pesawat itu diterima sesuai dengan semua aturan dan regulasi federal.

Trump membela penerimaan hadiah ini, yang datang selama kunjungannya baru-baru ini ke Timur Tengah, sebagai cara untuk menghemat dana pajak.

"Mengapa militer kita, dan juga para pembayar pajak kita, harus dipaksa membayar ratusan juta dolar ketika mereka bisa mendapatkannya secara GRATIS," tulis Trump di situs media sosialnya selama kunjungan tersebut.

Kritik dari Demokrat

Sejumlah pihak menyebut bahwa penerimaan pesawat yang dijuluki "istana di langit" oleh Trump tersebut merupakan pelanggaran terhadap larangan konstitusional atas hadiah dari pihak asing. Partai Demokrat bersatu dalam kecaman dan bahkan beberapa sekutu Trump dari Partai Republik di Kongres pun menyuarakan kekhawatiran.

"Tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini adalah noda bagi lembaga kepresidenan dan tidak boleh dibiarkan begitu saja," ujar Pemimpin Mayoritas Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer. "Sampai rakyat AS mendapatkan transparansi atas kesepakatan gelap ini —yang tampaknya mencakup rencana korup agar Donald Trump bisa menyimpan pesawat itu di perpustakaannya setelah meninggalkan jabatan— saya akan terus menahan semua pencalonan politik untuk Kementerian Kehakiman."

Schumer telah mengajukan rancangan undang-undang yang akan melarang penggunaan pesawat asing sebagai Air Force One dan melarang penggunaan uang pembayar pajak untuk memodifikasi atau merestorasi pesawat tersebut. Namun, pada Rabu, Senator Partai Republik Roger Marshall dari Kansas mengajukan keberatan saat Schumer meminta agar dilakukan pemungutan suara, sehingga menggagalkan upaya tersebut. Dia tidak memberikan penjelasan atas keberatannya itu.

Para pengkritik menyoroti pula perlunya melakukan modifikasi terhadap pesawat pemberian Qatar agar memenuhi persyaratan keamanan, yang akan memakan biaya besar dan membutuhkan waktu.

"Alih-alih menghemat uang, tindakan yang tidak konstitusional ini tidak hanya akan membuat bangsa kita kehilangan martabat, namun juga memaksa para pembayar pajak untuk membuang lebih dari USD 1 miliar uang pajak untuk merenovasi pesawat ini, padahal saat ini kita tidak hanya memiliki satu, melainkan dua pesawat Air Force One yang sepenuhnya berfungsi dan memiliki kapabilitas penuh," kata Senator Tammy Duckworth dari Partai Demokrat.

Dia mengatakan dalam sebuah rapat dengar pendapat pada Selasa (20/5) bahwa menerima pesawat tersebut dari keluarga penguasa Qatar adalah tindakan yang berbahaya.

Rincian Modifikasi Bersifat Rahasia

Sekretaris Angkatan Udara Troy Meink mengatakan kepada para senator bahwa Hegseth telah memerintahkan untuk mulai merencanakan bagaimana memodifikasi jet agar memenuhi standar yang dibutuhkan dan dia mengakui bahwa pesawat tersebut memerlukan modifikasi yang signifikan.

Angkatan Udara, dalam pernyataannya, menyebutkan bahwa mereka sedang bersiap untuk memberikan kontrak guna memodifikasi pesawat Boeing 747, namun semua rincian terkait hal itu bersifat rahasia.

Trump ditanya soal isu ini pada Rabu saat dia tengah bertemu dengan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa di Ruang Oval.

"Mereka memberikan sebuah jet kepada Angkatan Udara AS," kata Trump, dengan nada tidak senang saat seorang wartawan mempertanyakan hadiah tersebut kepadanya.

Trump mengatakan bahwa pesawat itu diberikan "bukan kepada saya, namun kepada Angkatan Udara AS agar mereka bisa membantu kita."

Ramaphosa, yang duduk di samping Trump dan sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Trump menimpali, "Maaf, saya tidak punya pesawat untuk diberikan kepada Anda."

Trump meresponsnya dengan mengatakan, "Kalau negara Anda menawarkan sebuah pesawat kepada Angkatan Udara AS, saya akan menerimanya."

Trump belum menjelaskan kepentingan keamanan nasional apa yang mendesaknya melakukan pembaruan pesawat secara cepat, alih-alih menunggu Boeing menyelesaikan jet-jet Air Force One baru yang telah dikerjakan selama bertahun-tahun.

Dia mencoba meredam sebagian penolakan dengan mengatakan bahwa dia tidak akan menggunakan pesawat itu setelah masa jabatannya berakhir. Sebaliknya, dia mengatakan bahwa pesawat tersebut akan disumbangkan ke perpustakaan kepresidenan di masa mendatang.

Read Entire Article