Liputan6.com, Jakarta - Setiap tanggal 28 Mei, dunia memperingati Hari Amnesti Internasional (Amnesty International Day). Peringatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran global mengenai pentingnya hak asasi manusia.
Selain itu, Hari Amnesti Internasional juga bertujuan untuk mengadvokasi perlindungan individu dari berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di seluruh dunia. Lalu, bagaimana sejarah di balik peringatan ini dan apa saja peran penting Amnesty International dalam memperjuangkan hak asasi manusia?
Peringatan Hari Amnesti Internasional diinisiasi oleh Amnesty International, sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang berdedikasi pada gerakan hak asasi manusia global.
Organisasi ini memiliki visi untuk menciptakan dunia di mana setiap orang menikmati semua hak asasi manusia yang tercantum dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan standar hak asasi manusia internasional lainnya. Dengan memperingati hari ini, diharapkan semakin banyak orang yang tergerak untuk ikut serta dalam upaya melindungi dan memperjuangkan hak asasi manusia.
Amnesty International mengajak seluruh masyarakat dunia, tanpa memandang ras, bangsa, atau budaya, untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang bertujuan melindungi hak asasi manusia.
Kegiatan tersebut meliputi kampanye, advokasi, riset, dan mobilisasi publik untuk mengakhiri pelanggaran HAM, menghentikan penyiksaan, serta melindungi hak-hak mereka yang dilanggar. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk hak asasi manusia adalah tanggung jawab bersama.
Guru besar Universitas Sumatera Utara, Prof. Yusuf Leonard Henuk dituding melakukan aksi rasisme terhadap mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai yang merupakan orang Papua, dengan mengunggah ilustrasi foto monyet di media sosial.
Sejarah Berdirinya Amnesty International
Amnesty International didirikan pada Juli 1961 di Inggris oleh Peter Benenson, seorang pengacara yang terinspirasi oleh kasus dua mahasiswa Portugis yang dipenjara karena menyampaikan pendapat mereka. Benenson merasa prihatin dengan ketidakadilan yang mereka alami dan memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia kemudian menulis sebuah artikel berjudul "The Forgotten Prisoners" yang diterbitkan di surat kabar The Observer, menyerukan pembebasan para tahanan politik di seluruh dunia. Artikel ini mendapat sambutan luas dan menjadi cikal bakal berdirinya Amnesty International.
Awalnya, fokus utama Amnesty International adalah pembebasan tahanan politik. Namun, seiring berjalannya waktu, cakupan organisasi ini meluas untuk mencakup seluruh spektrum hak asasi manusia. Amnesty International mulai mengadvokasi penghapusan hukuman mati, perlindungan hak-hak seksual dan reproduksi, memerangi diskriminasi, serta membela hak-hak pengungsi dan migran. Perluasan fokus ini mencerminkan komitmen Amnesty International untuk melindungi semua hak asasi manusia, tanpa terkecuali.
Amnesty International terus berkembang menjadi organisasi global dengan jutaan anggota dan pendukung di seluruh dunia. Organisasi ini bekerja secara independen dari pemerintah, ideologi politik, kepentingan ekonomi, dan agama apa pun. Hal ini memungkinkan Amnesty International untuk bertindak secara objektif dan imparsial dalam membela hak asasi manusia.
Peran Amnesty International di Indonesia
Amnesty International juga memiliki peran penting di Indonesia dalam mengkampanyekan berbagai isu hak asasi manusia. Organisasi ini aktif berkolaborasi dengan para pembela HAM, korban, keluarga korban, dan organisasi sejenis untuk mendesak pemangku kepentingan agar memenuhi kewajiban HAM dan menuntut penyelesaian pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Amnesty International juga melakukan riset dan dokumentasi mengenai pelanggaran HAM di Indonesia, serta memberikan dukungan hukum dan advokasi kepada para korban.
Beberapa isu HAM yang menjadi fokus Amnesty International di Indonesia antara lain adalah kebebasan berekspresi, hak atas keadilan, hak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta hak-hak masyarakat adat. Amnesty International juga menyoroti kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan, serta impunitas yang masih menjadi masalah serius di Indonesia.
Amnesty International terus menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam melindungi dan memajukan hak asasi manusia. Organisasi ini juga mendorong partisipasi aktif masyarakat sipil dalam upaya pengawasan dan advokasi HAM. Dengan kerja sama yang erat antara pemerintah, masyarakat sipil, dan organisasi seperti Amnesty International, diharapkan Indonesia dapat menjadi negara yang lebih menghormati dan melindungi hak asasi manusia.
Tema Hari Amnesti Internasional
Setiap tahunnya, Hari Amnesti Internasional mengangkat tema yang berbeda-beda. Tema ini dipilih untuk menyoroti isu-isu HAM yang mendesak dan relevan dengan situasi global. Salah satu tema yang pernah diangkat adalah "Membangun Dunia yang Lebih Adil dan Manusiawi." Tema ini menekankan perlunya mengatasi ketidakadilan dan membangun sistem yang lebih inklusif dan menghormati martabat setiap individu.
Tema-tema lain yang pernah diangkat antara lain adalah "Hentikan Penyiksaan," "Bebaskan Tahanan Hati Nurani," dan "Lindungi Hak-Hak Pengungsi." Pemilihan tema ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai isu-isu tersebut, serta mendorong tindakan nyata untuk mengatasinya. Amnesty International juga menggunakan tema-tema ini sebagai landasan untuk kampanye dan advokasi yang dilakukan sepanjang tahun.
Dengan adanya tema yang berbeda setiap tahunnya, Hari Amnesti Internasional tetap relevan dan mampu menarik perhatian publik terhadap berbagai isu HAM yang penting. Peringatan ini menjadi momentum untuk merefleksikan pencapaian dan tantangan dalam upaya melindungi dan memajukan hak asasi manusia di seluruh dunia.