Liputan6.com, Seoul - Lebih dari sekadar tren global, Hallyu atau Korean Wave kini menjadi medium pertukaran budaya yang menghubungkan dua negara strategis di Asia: Korea Selatan dan Indonesia.
Dalam pertemuan bersama dengan jurnalis Indonesia peserta program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea (IKJN) Batch 4 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, di Seoul, Korea Selatan, President of Dongguk University Hallyu Academy (DUHA), Jung Gil Hwa, menyampaikan visi masa depan hubungan kedua negara yang dibangun di atas fondasi pertukaran budaya yang setara dan kreatif.
Menurutnya, generasi muda Indonesia yang akrab dengan dunia digital dan budaya global menjadi kekuatan pendorong utama hubungan ini.
Data dari Korea Creative Content Agency (KOCCA) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen anak muda Indonesia menunjukkan minat besar terhadap konten Korea, dan hampir 90 persen mengatakan bahwa Hallyu membentuk persepsi mereka terhadap Korea dan budayanya.
Program Nyata Kedua Negara: BLACKPINK-nya Indonesia hingga Jinju Batik
Jung juga memaparkan sejumlah program nyata dari hasil kolaborasi budaya kedua negara. Di antaranya, pusat Korea 360 milik KOCCA di Jakarta yang telah menyedot lebih dari 3,2 juta pengunjung tahun lalu, hingga pelatihan idol Indonesia yang dilakukan langsung di Korea.
"Melalui program Grow Together, mengundang girl group StarBe. Apakah Anda tahu StarBe? Mereka menjalani pelatihan intensif di Korea selama empat bulan. Mereka tampil di Asia Song Festival sebagai perwakilan Indonesia, dan berpotensi menjadi BLACKPINK-nya Indonesia," katanya, Selasa (20/5/2025).
Tak hanya musik, sinergi juga terwujud dalam dunia mode. Kolaborasi antara kain sutra khas kota Jinju di Korea dan teknik batik dari Indonesia melahirkan produk fashion inovatif bernama "Jinju Batik".
"Ini bukan tiruan. Ini adalah inovasi melalui kolaborasi yang saling melengkapi," ungkap Jung.
Jung juga menyoroti bagaimana karya seni seperti "Mirror Man" karya Yoo Young-ho yang dipajang di kantor ASEAN di Jakarta menjadi simbol solidaritas damai antara Korea dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dorong Wadah Pertukaran Budaya
Ke depan, Jung mendorong terbentuknya platform pertukaran budaya yang lebih kokoh di sektor swasta, serta jaringan antarmanusia yang berkelanjutan. Dunia digital seperti platform OTT dan media sosial dipandang sebagai arena utama pertumbuhan hubungan ini.
"Sekarang, kita bertanya, apa langkah berikutnya bagi Indonesia? Masa depan Korea dan Indonesia bukan tentang ekspor. Tapi tentang pertukaran, yang saling, setara, dan kreatif," tuturnya.
Jung juga mengusulkan agar Indonesia mengembangkan versinya sendiri dari strategi 5F Korea—Field, Food, Fashion, Fighting, dan Festival.
"Menurut saya pribadi, Indonesia dapat membentuk versinya sendiri dari strategi 5F. Bidang (Field): memproduksi bersama drama dan dokumenter. Makanan (Food): branding makanan Korea dengan cita rasa Indonesia. Fashion: memadukan mode batik dengan kecantikan ala Korea. Bela diri (Fighting): menggabungkan pencak silat dengan taekwondo. Festival: merayakan melalui festival webtoon dan K-pop," jelas dia.
Indonesia Bukan Hanya Penikmat Hallyu
Jung menegaskan bahwa Hallyu kini bukan lagi milik Korea semata.
Menurutnya, Indonesia bukan hanya penikmat, tapi juga pencipta bersama. Hubungan yang dibangun melalui budaya mampu melampaui batas politik dan geografis.
"Untuk mengenal adalah untuk mencintai. Melalui pertemuan ini, saya percaya kita telah saling mengenal sedikit lebih baik. Maka mungkin, kita juga mulai saling peduli sedikit lebih dalam. Anda adalah penerjemah budaya. Penutur cerita selanjutnya. Mari kita bangun Korea dan Indonesia bersama-sama," imbuh Jung.