Krisis Sudan Memburuk, Jutaan Orang Terancam Kelaparan dan Kekerasan

4 hours ago 2

Liputan6.com, Khartoum - Kondisi Sudan kian memprihatinkan. Kepala UNICEF Catherine Russell pada Kamis (13/3/2025) memperingatkan kondisi "polikrisis" yang semakin parah di sana akibat konflik yang berkecamuk.

Catherine Russell menekankan bahwa jutaan perempuan dan anak-anak berada dalam kondisi sangat rentan terhadap kekerasan seksual, sementara laki-laki dan anak laki-laki juga menghadapi ancaman besar. Ia juga mengingatkan bahwa kelaparan semakin meluas, memperparah situasi di tengah hancurnya ekonomi dan sistem layanan sosial di negara itu.

"Dengan ekonomi dan infrastruktur yang hampir runtuh serta konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, kami memperkirakan hampir dua pertiga populasi Sudan—lebih dari 30 juta orang—akan membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun ini," ujar Russell, seperti dikutip VOA Indonesia, Sabtu (15/3).

Selain kelaparan, UNICEF juga mencatat bahwa wabah penyakit mematikan seperti kolera, malaria, dan demam berdarah semakin mengancam anak-anak di Sudan. Sekitar 1,3 juta anak balita tinggal di daerah rawan kelaparan, sementara lebih dari 3 juta anak balita berisiko tinggi terkena penyakit akibat sistem kesehatan yang lumpuh.

Di sektor pendidikan, situasi tidak kalah mengkhawatirkan. Sebanyak 16,5 juta anak usia sekolah telah putus sekolah, mengancam masa depan generasi mendatang.

"Ini bukan sekadar krisis, tetapi krisis multidimensi yang memengaruhi setiap sektor, mulai dari kesehatan dan gizi hingga air, pendidikan, dan perlindungan," tambah Russell.

Promosi 1

Meningkatnya Pelanggaran terhadap Anak-anak

Kondisi yang memburuk di Sudan juga menyebabkan meningkatnya pelanggaran berat terhadap anak-anak. Dari Juni hingga Desember 2024, lebih dari 900 insiden kekerasan terhadap anak-anak dilaporkan.

"Sekitar 80 persen insiden ini melibatkan pembunuhan dan mutilasi anak-anak, terutama di negara bagian Darfur, Khartoum, dan Al Jazirah," kata Russell, menambahkan bahwa angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih besar dari yang tercatat.

Selain konflik bersenjata, kekerasan seksual semakin merajalela, memperdalam penderitaan masyarakat Sudan. Christopher Lockyear, Sekretaris Jenderal Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Tanpa Tapal Batas, juga menyoroti parahnya situasi ini.

"Tim kami di Chad merawat lebih dari 800 korban luka hanya dalam tiga hari, saat ribuan warga Masalit melarikan diri dari El Geneina setelah kota itu direbut oleh Pasukan Dukungan Cepat," ungkap Lockyear.

Menurutnya, menjadi bagian dari komunitas Masalit sudah seperti vonis hukuman mati bagi mereka yang terjebak dalam kekerasan.

Ancaman Kelaparan dan Musim Hujan

Lockyear memperingatkan bahwa musim hujan yang semakin dekat akan memperparah krisis kelaparan di Sudan.

"Kesenjangan pangan akan semakin besar. Krisis di Sudan membutuhkan perubahan mendasar dari pendekatan sebelumnya yang telah gagal. Jutaan nyawa bergantung pada hal ini," tegasnya.

Dukungan Internasional untuk SudanDorothy Shea, kuasa usaha ad interim untuk Misi Tetap AS di PBB, memastikan bahwa Amerika Serikat akan terus memberikan bantuan kemanusiaan untuk Sudan.

"Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah menyetujui keringanan bantuan kemanusiaan yang mencakup makanan darurat, obat-obatan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya, termasuk untuk Sudan," ujar Shea.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |