Liputan6.com, New Delhi - Sebuah laporan awal mengenai kecelakaan Air India yang menewaskan 260 orang bulan lalu menunjukkan bahwa tiga detik setelah lepas landas, sakelar pemutus bahan bakar mesin pesawat hampir secara bersamaan berpindah dari posisi "run" ke "cutoff", memutus pasokan bahan bakar ke mesin. Boeing 787 Dreamliner itu langsung kehilangan daya dorong dan mulai menukik. Demikian menurut laporan yang dirilis pada Sabtu (12/7/2025) oleh penyelidik kecelakaan penerbangan India seperti dilansir CNA.
Salah satu pilot terdengar dalam rekaman suara kokpit bertanya kepada pilot lainnya mengapa dia mematikan bahan bakar.
"Pilot lainnya menjawab bahwa dia tidak melakukannya," bunyi laporan tersebut.
Laporan itu tidak mengidentifikasi pernyataan mana yang dibuat oleh kapten penerbangan dan mana oleh kopilot, maupun siapa yang mengucapkan "Mayday, Mayday, Mayday" sesaat sebelum pesawat jatuh.
Di lokasi pesawat jatuh, kedua sakelar bahan bakar ditemukan dalam posisi "run" dan laporan menyebutkan bahwa ada indikasi kedua mesin sempat menyala kembali sebelum pesawat jatuh di ketinggian rendah.
Kedua pilot adalah penerbang berpengalaman dengan total sekitar 19.000 jam terbang, termasuk lebih dari 9.000 jam menerbangkan Boeing 787.
Kata Ahli
Laporan awal juga tidak menjelaskan bagaimana sakelar bisa berpindah ke posisi "cutoff" dalam penerbangan menuju London dari Kota Ahmedabad, India, pada 12 Juni tersebut.
Pakar keselamatan penerbangan asal Amerika Serikat (AS) Anthony Brickhouse mengatakan pertanyaan kuncinya adalah mengapa sakelar-sakelar itu berpindah dengan cara yang tidak sesuai dengan prosedur normal.
"Apakah sakelar itu bergerak sendiri atau digerakkan oleh pilot?" ujarnya. "Dan jika itu digerakkan oleh pilot, mengapa?"
Pakar keselamatan penerbangan asal AS lainnya, John Cox, mengatakan bahwa seorang pilot tidak mungkin secara tidak sengaja memindahkan sakelar bahan bakar yang mengalirkan bahan bakar ke mesin.
"Sakelar itu tidak bisa berpindah hanya karena tersenggol," tutur Cox.
Memindahkan sakelar ke posisi "cutoff" hampir seketika mematikan mesin. Hal ini paling sering dilakukan untuk mematikan mesin setelah pesawat tiba di gerbang bandara atau dalam situasi darurat tertentu, seperti kebakaran mesin. Laporan tersebut tidak menunjukkan adanya keadaan darurat yang membutuhkan pemutusan bahan bakar mesin.
"Pada tahap investigasi ini, belum ada rekomendasi tindakan bagi operator dan produsen Boeing 787-8 dan/atau mesin GE GEnx-1B," ungkap Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India.
Biro, yang berada di bawah Kementerian Penerbangan Sipil India, tersebut memimpin penyelidikan atas kecelakaan penerbangan paling mematikan di dunia dalam satu dekade terakhir.
Air India, Boeing, dan GE Aerospace belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar.
Air India Jadi Sorotan
Dua kotak hitam pesawat — yang merupakan gabungan antara perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan — ditemukan beberapa hari setelah kecelakaan dan kemudian dianalisis di India.
Kotak hitam memberikan data penting seperti ketinggian, kecepatan, dan percakapan terakhir pilot yang membantu mempersempit kemungkinan penyebab kecelakaan.
Sebagian besar kecelakaan pesawat disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus, dengan laporan awal biasanya dirilis dalam waktu 30 hari setelah kejadian sesuai aturan internasional, dan laporan akhir diharapkan terbit dalam waktu satu tahun.
Air India berada dalam sorotan tajam sejak kecelakaan itu.
Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa menyatakan akan menyelidiki maskapai murah Air India Express setelah Reuters melaporkan bahwa maskapai tersebut tidak mengikuti perintah untuk mengganti suku cadang mesin pada pesawat Airbus A320 tepat waktu dan memalsukan catatan untuk menunjukkan seolah-olah sudah mematuhi.
Otoritas penerbangan India juga telah memperingatkan Air India karena melanggar aturan dengan menerbangkan tiga pesawat Airbus yang belum menjalani pemeriksaan peluncur darurat tepat waktu dan pada Juni juga memperingatkan maskapai itu atas "pelanggaran serius" terhadap batasan jam kerja pilot.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) menolak mengomentari laporan tersebut.
Ketua NTSB Jennifer Homendy sebelumnya telah mendesak pemerintah India untuk bersikap transparan demi keselamatan penerbangan.