Klaim Netanyahu: Israel Bunuh Pemimpin Hamas Mohammed Sinwar

4 days ago 15

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim pada Rabu (28/5/2025) bahwa Mohammed Sinwar, yang diyakini sebagai kepala sayap bersenjata Hamas yang baru, telah tewas.

Mohammed Sinwar adalah adik dari Yahya Sinwar, pemimpin Hamas sebelumnya yang merancang serangan 7 Oktober 2023, yang memicu perang terbaru dengan Israel. Yahya Sinwar sendiri tewas dibunuh pasukan Israel pada Oktober 2024.

Serangan-serangan Israel telah menghancurkan kepemimpinan Hamas selama perang yang berlangsung 19 bulan terakhir dan Mohammed Sinwar merupakan salah satu dari sedikit pemimpin terkenal yang masih hidup di Gaza. Kelompok militan itu masih mempertahankan kendalinya atas sejumlah bagian Gaza yang belum direbut oleh Israel. Hamas juga masih menahan puluhan sandera dan sesekali melancarkan serangan terhadap pasukan Israel.

Netanyahu mengumumkan kematian Mohammed Sinwar dalam sebuah pidato di hadapan parlemen di mana dia mencantumkan nama-nama pemimpin Hamas lainnya yang telah tewas selama perang.

"Kami telah membunuh puluhan ribu teroris. Kami membunuh (Mohammed) Deif, (Ismail) Haniyeh, Yahya Sinwar, dan Mohammed Sinwar," ujarnya seperti dilansir AP tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.

Media Israel sebelumnya melaporkan bahwa Mohammed Sinwar menjadi target dalam serangan pada 13 Mei terhadap apa yang disebut militer Israel sebagai pusat komando Hamas yang berada di bawah Rumah Sakit Eropa di Kota Khan Younis, Gaza Selatan, kampung halaman keluarga Sinwar. Militer Israel menolak memberikan komentar apakah Sinwar benar menjadi target atau tewas dalam serangan itu.

Otoritas kesehatan Gaza menyatakan bahwa sedikitnya enam orang tewas dalam serangan tersebut dan 40 lainnya terluka.

Veteran Hamas

Mohammed Sinwar lahir pada 1975 di kamp pengungsi Khan Younis yang padat penduduk. Keluarganya termasuk di antara ratusan ribu warga Palestina yang terusir dari wilayah yang kini menjadi Israel selama perang tahun 1948. Para pengungsi dan keturunan mereka kini menjadi mayoritas penduduk Gaza.

Seperti kakaknya, Yahya Sinwar, Mohammed Sinwar bergabung dengan Hamas setelah kelompok itu didirikan pada akhir 1980-an sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Palestina. Dia menjadi anggota sayap militer kelompok itu, yang dikenal dengan nama Brigade Qassam.

Dia meniti kariernya di Hamas hingga akhirnya masuk dalam jajaran yang disebut sebagai kepala staf gabungan — posisi elit yang membawanya bekerja langsung di bawah komandan lama Hamas, Mohammed Deif, yang tewas dalam serangan tahun lalu.

Mohammed Sinwar adalah salah satu perencana serangan lintas perbatasan tahun 2006 terhadap sebuah pos militer Israel. Dalam serangan itu, militan menangkap seorang tentara Israel, Gilad Schalit, yang kemudian ditahan selama lima tahun dan ditukar dengan lebih dari 1.000 tahanan Palestina, termasuk Yahya Sinwar.

Dalam sebuah wawancara dengan televisi Al Jazeera asal Qatar yang ditayangkan tiga tahun lalu, Mohammed Sinwar mengatakan bahwa ketika Hamas mengancam Israel, “kami tahu persis di mana letak yang paling menyakitkan bagi pendudukan dan bagaimana menekannya.”

Hamas menyatakan bahwa Mohammed Sinwar telah beberapa kali menjadi target serangan Israel dan dia sempat diyakini tewas pada tahun 2014. Dia disebut sebagai salah satu dari segelintir komandan puncak yang mengetahui rencana serangan 7 Oktober jauh-jauh hari.

Pada Desember 2023, militer Israel merilis sebuah video yang diklaim menunjukkan Mohammed Sinwar yang berjanggut sedang duduk di samping pengemudi dalam sebuah mobil yang melaju di dalam terowongan di Gaza. Hamas tidak pernah mengonfirmasi bahwa rekaman itu memang menunjukkan dirinya, yang disebut sebagai salah satu dari sedikit gambar publik dirinya yang diketahui.

Read Entire Article