Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan baru saja mengonfirmasi keberadaan sebuah lubang hitam soliter, yakni lubang hitam yang tidak memiliki pasangan bintang atau objek lain. Lubang hitam ini mengembara sendirian di jagat raya.
Lubang hitam ini adalah pertama kalinya dalam sejarah astronomi, sebuah lubang hitam sejenis teridentifikasi secara pasti. Dilaporkan oleh Science Alert pada Jumat (02/05/2025), objek luar biasa ini memiliki massa sekitar 7,15 kali massa matahari dan berada pada jarak sekitar 4.958 tahun cahaya dari bumi, di dalam galaksi Bima Sakti.
Menariknya, lubang hitam ini melaju di ruang angkasa dengan kecepatan luar biasa, yakni mencapai 51 kilometer per detik. Artinya, setiap detik, ia menempuh jarak lebih dari 180.000 kilometer.
Cukup untuk menyelesaikan lebih dari empat keliling bumi dalam satu detik. Gerakan cepat ini menunjukkan bahwa objek tersebut kemungkinan merupakan hasil dari ledakan supernova yang tidak simetris, yang melepaskan sisa intinya dengan kecepatan tinggi ke luar angkasa.
Penemuan ini benar-benar istimewa adalah fakta bahwa biasanya lubang hitam di galaksi kita ditemukan berpasangan dengan bintang. Dalam sistem biner, lubang hitam sering terdeteksi melalui pengaruh gravitasinya terhadap bintang pendamping.
Hal ini menyebabkan goyangan kecil dalam orbitnya, terlihat dari pengamatan bumi. Bahkan di luar galaksi, lubang hitam ganda sering terdeteksi melalui gelombang gravitasi yang mereka pancarkan ketika mengorbit satu sama lain dan akhirnya bergabung.
Berbeda
Namun, lubang hitam ini berbeda. Tidak memancarkan cahaya, dan tidak memiliki pasangan bintang, deteksinya hanya mungkin dilakukan melalui fenomena langka yang disebut pelensaan mikro gravitasi.
Hal ini adalah fenomena di mana gravitasi dari objek masif seperti lubang hitam membelokkan cahaya dari bintang di belakangnya. Fenomena ini menyebabkan cahaya tersebut tampak lebih terang dan berpindah posisi sementara di langit, seperti efek lensa raksasa alami di alam semesta.
Fenomena pelensaan mikro gravitasi ini pertama kali diamati pada tahun 2011 melalui dua survei besar, OGLE (Optical Gravitational Lensing Experiment) dan MOA (Microlensing Observations in Astrophysics). Keduanya mendeteksi peristiwa aneh yang sesuai dengan efek pelensaan, tetapi pada waktu itu belum bisa dipastikan apakah lensa tersebut adalah lubang hitam, bintang neutron, atau benda gelap lainnya.
Untuk memastikan sifat objek ini, para ilmuwan melakukan serangkaian observasi lanjutan. Teleskop Luar Angkasa Hubble digunakan untuk mengamati pergeseran posisi bintang latar akibat pelensaan sebanyak delapan kali dalam periode enam tahun.
Selain itu, 16 teleskop lain di seluruh dunia dikombinasikan untuk mengumpulkan data cahaya tambahan, ditambah pengamatan spektroskopi pada saat puncak amplifikasi cahaya. Hasil awal menunjukkan bahwa objek tersebut memiliki massa sekitar 7,1 kali massa matahari, yang terlalu berat untuk menjadi bintang neutron.
Pada 2022, tim ilmuwan lain menggunakan lebih banyak data dari Hubble dan memperkirakan massa yang lebih kecil, antara 1,6 hingga 4,4 massa matahari. Karena ukuran ini mendekati atau berada dalam rentang massa bintang neutron, mereka sempat mengusulkan bahwa objek ini mungkin bukan lubang hitam.
Meskipun demikian, studi lanjutan yang lebih mendalam, termasuk oleh tim yang sebelumnya menduga itu adalah bintang neutron, akhirnya memperkuat kesimpulan bahwa ini benar-benar lubang hitam. Para ilmuwan dapat menghitung massa dengan lebih akurat dan menyimpulkan bahwa objek ini memiliki massa sekitar 7,15 massa matahari dengan menambahkan tiga pengamatan tambahan dari Hubble, sehingga total observasi berlangsung selama lebih dari 11 tahun.
Ilmuwan juga menggunakan data OGLE terbaru. Hal ini secara tegas mengkonfirmasi bahwa objek tersebut adalah lubang hitam.
Tantangan Terbesar
Salah satu tantangan terbesar dalam pengamatan ini adalah sangat redupnya cahaya dari bintang latar yang dibelokkan, karena berada sangat dekat dengan bintang terang tetangganya. Tim peneliti harus hati-hati menyaring cahaya dari tetangga terang tersebut dari setiap gambar, dan memperhitungkan perbedaan suhu di tiap orbit Hubble yang bisa memengaruhi sensitivitas instrumen.
Pencarian terhadap kemungkinan adanya pasangan atau objek pendamping juga dilakukan. Namun hasilnya nihil. Para astronom tidak menemukan bukti keberadaan objek apapun yang massanya lebih dari 0,2 kali massa matahari dalam jarak setidaknya 2.000 kali jarak antara bumi dan matahari.
Hal ini memperkuat status lubang hitam ini sebagai objek soliter sejati. Penemuan ini membuka jendela baru dalam pemahaman kita tentang bagaimana lubang hitam terbentuk dan bergerak di galaksi.
(Tifani)