Studi Ini Ungkap Bahaya Kimia Plastik bagi Kesehatan Jantung, Asia Paling Terdampak

18 hours ago 8

, Berlin - Produk plastik yang kita gunakan sehari-hari mungkin menyimpan ancaman serius bagi kesehatan jantung. Sebuah penelitian terbaru dari NYU Langone Health, Amerika Serikat, mengungkapkan kaitan mengkhawatirkan antara bahan kimia plastik dan penyakit kardiovaskular (CVD) yang menjadi pembunuh nomor satu global.

(Penyakit kardiovaskular mengacu pada gangguan yang melibatkan jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan sebagainya.)

CVD menyebabkan 17.9 juta kematian tiap tahun (data WHO).

Studi teranyar dari para peneliti di NYU Langone Health di AS menunjukkan bahan kimia plastik umum tertentu mungkin terkait dengan lebih dari 10% kematian akibat penyakit jantung pada orang dewasa berusia 55 hingga 64 tahun.

Hasil riset yang dikutip dari DW Indonesia pada Jumat (2/5/2025) menyebut bahwa bahan kimia dalam plastik rumah tangga diduga kuat terkait peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung. Lalu didapati wilayah Asia, Timur Tengah, dan Pasifik mencatat dampak paling signifikan.

Riset tersebut juga mencatat perubahan pola penggunaan plastik harian dapat menekan risiko kesehatan.

Tim peneliti dari NYU Langone Health menganalisis data kesehatan global untuk meneliti dampak ftalat—bahan kimia yang digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas plastik. Fokus utama penelitian adalah DEHP (di-2-etilheksil ftalat), zat aditif yang banyak ditemukan dalam produk plastik sehari-hari.

Meski penelitian tidak membuktikan hubungan sebab-akibat langsung, hasil pemodelan menunjukkan korelasi yang signifikan antara paparan DEHP dan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan analisis mereka, diperkirakan paparan ftalat DEHP (di-2-etilheksil ftalat) mungkin telah menyebabkan 350.000 kematian pada tahun 2018.

Karena penelitian ini tidak dirancang untuk menetapkan apakah DEHP secara langsung menyebabkan penyakit jantung, mereka memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan yang pasti.

"Idenya pada dasarnya adalah melacak paparan [terhadap DEHP]. Kami harus memodelkan paparan di seluruh dunia berdasarkan data yang tersedia, jadi, ada keterbatasan dalam apa yang kami miliki," ujar peneliti utama Leonardo Trasande, yang merupakan Direktur Pusat Investigasi Bahaya Lingkungan NYU, AS.

Meskipun DEHP tersebar luas di berbagai belahan dunia, penelitian mengungkapkan bahwa dampak kesehatannya terpusat di wilayah-wilayah tertentu. Tiga wilayah - Asia, Timur Tengah, dan Pasifik - menjadi penyumbang utama, mencakup 75% dari total perkiraan kematian yang terkait dengan paparan bahan kimia plastik ini.

Di antara negara-negara yang terdampak, India mencatat angka yang paling mengkhawatirkan dengan lebih dari 100.000 kematian terkait DEHP. Dua negara berikutnya dengan angka kematian tertinggi adalah Pakistan dan Mesir, menunjukkan pola dampak kesehatan yang konsisten di kawasan Asia Selatan dan Timur Tengah.

Dr. Trasande menekankan bahwa penelitian ini telah mempertimbangkan berbagai faktor pengganggu potensial: "Dalam membangun model penelitian kami, kami telah memasukkan berbagai variabel termasuk indeks massa tubuh, pola konsumsi makanan, tingkat aktivitas fisik, serta berbagai determinan sosial kesehatan lainnya yang mungkin memberikan penjelasan alternatif."

Pola distribusi dampak kesehatan ini mengindikasikan bahwa selain faktor paparan kimia, kondisi sosial-ekonomi dan sistem kesehatan di wilayah-wilayah tersebut mungkin turut berperan dalam memperburuk efek kesehatan dari paparan DEHP. Temuan ini menyoroti perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam menangani isu kesehatan lingkungan global.  

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |