Konser Gabalandhurra, Simbol Persaudaraan Budaya Australia-Indonesia Lewat Musik

21 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Diplomasi tidak hanya hadir dalam bentuk pertemuan pejabat tinggi atau kesepakatan politik. Kadang, bisa tampil melalui harmoni nada, perpaduan instrumen, dan lantunan lagu lintas bahasa.

Inilah yang tercermin dalam konser Gabalandhurra, sebuah kolaborasi budaya antara musisi Australia dan Indonesia yang digelar di Soehanna Hall, Jakarta.

Acara ini mempertemukan musisi Aborigin terkemuka Australia, Ngulmiya Nundhirribala, dengan Ananda Sukarlan, komposer dan pianis klasik Indonesia yang telah mendunia, serta penyanyi sopran Mariska Setiawan.

Konser ini bukan sekadar kolaborasi musik biasa, tetapi juga penegasan atas persahabatan dan diplomasi antara kedua negara. 

"Kolaborasi musik tradisional dan klasik ini merupakan upaya luar biasa untuk merayakan sejarah kita yang panjang dan erat," ujar Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Gita Kamath, dalam sambutannya, Rabu (30/4/2025). 

Ia menekankan pentingnya pertukaran budaya sebagai jantung hubungan diplomatik antara Australia dan Indonesia, yang tahun lalu menandai 75 tahun hubungan resminya.

Gita menegaskan bahwa pertukaran budaya seperti ini adalah inti dari hubungan bilateral yang sehat.

"Kekuatan hubungan Indonesia dan Australia ada pada keterlibatan masyarakatnya—people-to-people connection—dan musik adalah cara terbaik untuk mempererat itu," ungkap dia. 

Musik Sebagai Bahasa Kemanusiaan

Ngulmiya, penerima penghargaan Northern Territory Australian of the Year, membawa musik dalam bahasa Wubuy, bahasa asli suku Yolngu dari Arnhem Land, Australia Utara.

Dalam konser ini, ia menampilkan karya baru bersama Ananda Sukarlan berjudul Bora Ring, yang terinspirasi dari puisi Judith Wright dan menggabungkan unsur musik tradisional Aborigin seperti didgeridoo dengan teknik komposisi klasik kontemporer.

"Saya ingin menunjukkan bahwa budaya kita bisa menyatu dalam bentuk apapun, termasuk musik. Bahkan dasi yang saya pakai hari ini adalah motif Aborigin," ungkap Ananda Sukarlan yang juga mengenang kolaborasi pertamanya dengan Ngulmiya saat membentuk G20 Orchestra dalam presidensi Indonesia di G20 tahun 2022.

Ngulmiya menjelaskan bahwa identitas budayanya adalah perpaduan antara Aborigin dan warisan Makassar.

Lagu-lagu yang ia tampilkan bahkan mengandung bahasa Bugis dan Makassar, merefleksikan keterhubungan leluhurnya dengan para pelaut dari Sulawesi Selatan yang dahulu menjalin kontak dagang dan budaya dengan komunitas Aborigin Australia.

Ngulmiya, yang datang bersama putra dan tim musiknya, mengungkapkan rasa bahagianya.

"Ini kali kedua saya tampil di Jakarta. Kami membawa musik dari desa kecil kami ke kota besar ini, dan merasa bangga bisa berbagi dengan saudara-saudara kami di Indonesia," katanya.

Sambutan Hangat dari Pemerintah Indonesia

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Giring Ganesha, turut hadir dan menyampaikan apresiasinya. Ia membagikan kisah pribadinya sebagai musisi yang pernah tampil di Australia dan merekam album di Melbourne.

"Sebagai sesama musisi, saya tahu musik bisa menyembuhkan, menyatukan, dan melampaui batas politik. Musik adalah bahasa universal kemanusiaan," ucap Giring. 

Kunjungan Ngulmiya ke Indonesia didukung oleh Program Hibah Diplomasi Budaya Australia, dan ini dibangun atas ikatan budaya dan seni yang mendalam antara Australia dan Indonesia. Setelah Jakarta, Ngulmiya akan berkunjung dan tampil di Makassar dan Bali.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |