Anggota Parlemen Korea Selatan: 600 Prajurit Korea Utara Tewas Saat Bertempur Membela Rusia

1 day ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 600 tentara Korea Utara yang bertempur untuk Rusia dalam perang melawan Ukraina tewas dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. Demikian menurut seorang anggota parlemen Korea Selatan pada Rabu (30/4/2025). Hal ini disampaikan setelah Korea Utara secara resmi mengonfirmasi bahwa mereka mengirim pasukan untuk membantu Rusia.

"Sejauh ini, jumlah korban dari pasukan Korea Utara diperkirakan mencapai sekitar 4.700 orang, termasuk sekitar 600 yang tewas," ujar anggota parlemen Lee Seong-kweun, yang juga merupakan anggota Komite Intelijen Parlemen, kepada para wartawan usai menghadiri pengarahan dari badan intelijen Korea Selatan seperti dilansir CNA.

Pada Senin (28/4), kantor berita resmi Korea Utara (KCNA) untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa negara tersebut telah mengirim pasukan ke Rusia. KCNA melaporkan bahwa tentara Korea Utara membantu Rusia merebut kembali wilayah yang sebelumnya dikuasai Ukraina di daerah perbatasan Rusia, yakni Kursk.

Pihak Rusia pun telah membenarkan keterlibatan Korea Utara, setelah sebelumnya kedua negara memilih bungkam selama berbulan-bulan, meskipun Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) sudah lebih dulu menuduh Korea Utara mengirim senjata dan personel militer untuk mendukung Rusia.

Lee mengatakan bahwa sekitar 2.000 tentara Korea Utara telah dipulangkan ke negara mereka tahun ini dan kini dilaporkan berada dalam pengawasan ketat di Pyongyang dan beberapa lokasi lain di dalam negeri.

"Diketahui bahwa jenazah para tentara yang tewas dikremasi di Kursk sebelum dibawa kembali ke Korea Utara," tambahnya.

Menurut Lee, Korea Utara mengerahkan sekitar 18.000 tentara ke Rusia dalam dua gelombang untuk mendukung upaya Rusia merebut kembali wilayah Kursk. Dia juga menyebutkan bahwa sejak Maret lalu, intensitas pertempuran di wilayah itu menurun.

Seiring waktu, muncul pula laporan terkait perilaku buruk dari pasukan Korea Utara di sana, termasuk mabuk-mabukan dan pencurian.

Kemampuan Tempur Korea Utara Meningkat Signifikan

Pemerintah Korea Selatan terus mengecam keterlibatan militer Korea Utara dan mengkritik pengiriman berbagai senjata, termasuk rudal, yang diduga dikirim Korea Utara untuk membantu perang Rusia di Ukraina.

"Sebagai imbalannya, Korea Utara diyakini menerima bantuan teknologi militer dalam jumlah besar dari Rusia," kata pemerintah Seoul.

Setelah sekitar enam bulan bertempur di medan perang, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan memperkirakan bahwa kemampuan tempur pasukan Korea Utara telah meningkat secara signifikan.

"Ketidaksiapan awal mereka sudah jauh berkurang, dan kini mereka lebih mahir menggunakan berbagai sistem senjata baru, termasuk drone," tutur Lee.

Dia juga mengatakan bahwa kemungkinan Korea Utara akan mengirim lebih banyak pasukan ke Rusia tidak bisa sepenuhnya dikesampingkan.

Menurut laporan sebelumnya dari Seoul, pasukan Korea Utara yang dikirim ke Rusia — yang kabarnya berasal dari pasukan elite Storm Corps — telah menerima perintah untuk bunuh diri jika tertangkap musuh, daripada menjadi tahanan perang.

Hubungan militer antara Rusia dan Korea Utara terus menguat sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 2022. Tahun lalu, kedua negara menandatangani perjanjian kerja sama militer yang mencakup klausul pertahanan bersama saat Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kunjungan langka ke Korea Utara.

Korea Utara juga meluncurkan serangkaian rudal balistik tahun lalu, yang merupakan pelanggaran terhadap sanksi PBB.

Para pakar memperingatkan bahwa Korea Utara mungkin sedang menguji senjata untuk diekspor ke Rusia guna digunakan dalam perang melawan Ukraina.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |