Fenomena Langka Transit Titan Akan Terjadi 2025

17 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2025, para astronom dan pengamat langit di seluruh dunia akan berkesempatan menyaksikan sebuah fenomena langka dan menakjubkan transit Titan. Fenomena ini terjadi saat bayangan satelit terbesar Saturnus melintas di depan permukaan planet induknya.

Transit Titan menciptakan sebuah titik hitam kecil yang tampak bergerak perlahan di atas cakram Saturnus. Peristiwa ini hanya bisa terjadi ketika geometri antara bumi, Saturnus, dan Titan berada dalam posisi yang sangat presisi.

Melansir laman Live Science pada Jumat (02/05/2025), titan adalah satelit alami terbesar milik Saturnus dan merupakan satu dari hanya beberapa objek di tata surya yang memiliki atmosfer tebal. Titan berdiameter sekitar 5.150 km, bahkan lebih besar dari planet Merkurius.

Satelit ini mengorbit Saturnus dalam waktu sekitar 15,945 hari bumi (sering dibulatkan menjadi 16 hari), pada jarak rata-rata sekitar 1,2 juta kilometer dari Saturnus. Fenomena transit Titan terjadi ketika Titan melintas tepat di antara bumi dan Saturnus, sedemikian rupa sehingga bayangannya jatuh ke permukaan planet.

Bayangan ini terlihat dari bumi sebagai titik gelap kecil yang melintas pelan di atas cakram Saturnus. Pada 2025, Saturnus berada dalam orientasi yang sangat istimewa.

Cincin-cincinnya tampak sejajar dengan pandangan dari bumi, karena saat ini planet tersebut berada dalam fase ekuinoks yang hanya terjadi kira-kira setiap 15 tahun sekali. Hak inilah kondisi yang memungkinkan bayangan satelit seperti Titan untuk jatuh ke permukaan Saturnus dan terlihat jelas dari bumi.

Kemiringan 2,5 Derajat

Orbit Saturnus memiliki kemiringan sekitar 2,5 derajat terhadap bidang ekliptika, lebih miring dibandingkan Jupiter yang hanya sekitar 1,3 derajat. Hal ini membuat momen di mana bayangan Titan (dan satelit lain) jatuh tepat ke permukaan Saturnus menjadi sangat jarang, hanya bisa terjadi selama beberapa tahun sekitar waktu ekuinoks Saturnus.

Transit Titan bisa berlangsung cukup lama karena jarak antara Titan dan Saturnus yang besar serta kecepatan orbit Titan yang relatif lambat. Durasi transit Titan bisa mencapai lebih dari 6 jam, tergantung pada sudut pandang dan posisi relatif ketiga benda langit tersebut.

Kabar baiknya, dari sekitar 12 peristiwa transit Titan yang diperkirakan akan terjadi sepanjang tahun 2025, hampir semuanya dapat diamati pada dini hari waktu Amerika Utara. Karena orbit Titan sangat stabil, waktu transit hanya akan bergeser sekitar 30–45 menit untuk setiap kejadian berikutnya.

Pengamatan bisa dilakukan menggunakan teleskop menengah hingga besar, terutama jika dilengkapi dengan filter warna untuk mengurangi kecerahan Saturnus.

Tentang Titan

Titan adalah satelit terbesar yang mengelilingi Saturnus sekaligus satelit alami terbesar kedua di tata surya. Satelit terbesar pertama di tata surya adalah Ganymede milik planet Jupiter.

Titan adalah satu-satunya satelit Saturnus yang memiliki atmosfer padat. Bulan Saturnus ini bahkan lebih besar dari planet Merkurius.

Ukurannya 50 persen lebih besar dari bulan milik bumi dan memiliki tingkat gravitasi yang rendah. Titan sendiri tersusun dari material berbatu dan es. Bagian atmosfernya sebagian besar terdiri dari nitrogen.

Iklimnya menciptakan fitur permukaan yang mirip dengan bumi, seperti adanya bukit pasir, sungai, danau, delta dan laut (yang terbuat dari metana cair dan etana). Selain itu, ada kawah dan gunung di Titan.

Atmosfer Titan jauh lebih padat dibandingkan bumi, dengan tekanan atmosfer sekitar 60 persen lebih besar di permukaannya. Hal iIni setara dengan tekanan yang dirasakan saat berenang kira-kira 15 meter di bawah permukaan laut atau danau di Bumi.

Titan tidak sebesar bumi, sehingga tarikan gravitasinya lebih lemah pada atmosfernya. Artinya atmosfernya sepuluh kali lebih jauh ke luar angkasa daripada atmosfer kita.

Wahana Huygens milik Badan Antariksa Eropa mengukur permukaan Titan pada 2005. Penelitian ini menemukan kemungkinan ada lautan air asin dan cair antara 35 dan 50 mil di bawah permukaan Titan.

Hal ini langsung menjadikan Titan kandidat untuk menjadi rumah bagi kehidupan alien. Meskipun keberadaan lautan ini belum dikonfirmasi, pengamatan lain di bulan memberikan dukungan lebih pada kemungkinan ini.

Di bawah permukaan Titan, kemungkinan besar ada gunung berapi air yang terbuat dari es di permukaannya. Air cair yang bertindak sangat mirip dengan lelehan lava di Bumi.

Gunung berapi air di Titan dapat menjadi sumber panas dan gas yang dapat membantu membentuk atmosfer dan iklim Titan.

(Tifani)

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |