Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump Usai Kritik RUU Pemotongan Pajak dan Kenaikan Belanja Pertahanan

4 days ago 14

Liputan6.com, Washington, DC - Elon Musk menyatakan dia mundur dari pemerintahan Donald Trump setelah memimpin upaya kontroversial untuk merampingkan birokrasi pemerintah Amerika Serikat (AS), yang telah menyebabkan ribuan pegawai federal diberhentikan.

Melalui unggahan di platform media sosial miliknya, X, orang terkaya di dunia itu mengucapkan terima kasih kepada Trump atas kesempatan yang diberikan kepadanya untuk membantu menjalankan Departemen Efisiensi Pemerintahan atau yang dikenal dengan singkatan DOGE.

Menurut informasi yang diperoleh BBC, Gedung Putih memulai prosedur resmi untuk menghentikan peran Elon Musk sebagai pegawai khusus pemerintah pada Rabu (28/5/2025) malam.

"Seiring berakhirnya masa tugas saya sebagai Pegawai Khusus Pemerintah, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Presiden @realDonaldTrump atas kesempatan untuk mengurangi pengeluaran yang boros," tulis Musk di X. "Misi @DOGE akan terus menguat seiring waktu, dan menjadi bagian dari gaya hidup di seluruh pemerintahan."

Tokoh teknologi kelahiran Afrika Selatan itu ditunjuk sebagai pegawai khusus pemerintah, sebuah status yang memungkinkannya bekerja di lembaga federal hingga 130 hari dalam setahun. Jika dihitung sejak pelantikan Trump pada 20 Januari, batas waktu itu diperkirakan akan tercapai pada akhir Mei.

Kritik Musk terhadap Trump

Peran Musk memang bersifat sementara dan kepergiannya dinilai tidak mengejutkan. Namun, hal ini terjadi hanya sehari setelah dia mengkritik rancangan undang-undang yang menjadi agenda utama pemerintahan Trump, yang mencakup pemotongan pajak bernilai triliunan dolar dan peningkatan belanja pertahanan.

Dalam wawancara dengan CBS, Musk menyatakan bahwa rancangan undang-undang yang disebut Trump sebagai "big, beautiful bill" justru akan meningkatkan defisit federal.

Musk juga menegaskan bahwa rancangan undang-undang itu melemahkan upaya yang telah dilakukan oleh DOGE.

"Saya pikir sebuah rancangan undang-undang bisa hebat atau bisa juga indah," kata Musk. "Namun, saya tidak tahu apakah bisa keduanya sekaligus."

Musk sebelumnya sempat berselisih secara pribadi dengan sejumlah pejabat setingkat menteri di kabinet Trump. Awalnya, dia berjanji akan memangkas setidaknya USD 2 triliun dari anggaran pemerintah federal. Namun, target tersebut kemudian dikurangi menjadi setengahnya, lalu akhirnya menjadi USD 150 miliar.

Sebanyak sekitar 260.000 dari total 2,3 juta pegawai sipil federal diketahui telah diberhentikan atau menerima tawaran pengunduran diri sebagai bagian dari program DOGE.

Dalam beberapa kasus, hakim federal memblokir pemecatan massal tersebut dan memerintahkan agar para pegawai yang dipecat dikembalikan ke posisi semula.

Pendekatan cepat dalam memangkas jumlah tenaga kerja pemerintah federal ini juga menyebabkan beberapa kesalahan, termasuk pemecatan staf di program nuklir AS.

Musk pada akhir April telah mengumumkan bahwa dia akan mundur untuk kembali menjalankan perusahaannya setelah menjadi sasaran utama kritik terkait pemerintahan Trump yang dinilai berupaya mengubah tatanan AS.

"DOGE hanya menjadi kambing hitam untuk segala hal," kata Musk kepada Washington Post, menjelang peluncuran roket SpaceX. "Ada sesuatu yang buruk terjadi di mana pun dan kami akan disalahkan meskipun kami tidak ada hubungannya dengan itu."

Fokus ke Tesla?

Mundurnya Musk dari pemerintahan Trump bertepatan dengan penurunan signifikan dalam penjualan Tesla, perusahaan mobil listrik miliknya.

Penjualan Tesla turun sebesar 13 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini—penurunan pengiriman terbesar dalam sejarah perusahaan.

Harga saham Tesla juga sempat anjlok hingga 45 persen sepanjang tahun ini. Namun, kini saham tersebut telah pulih sebagian dan hanya turun 10 persen.

Tesla baru-baru ini memperingatkan para investor bahwa tekanan keuangan bisa terus berlanjut. Perusahaan menolak memberikan proyeksi pertumbuhan dan menyatakan bahwa perubahan sentimen politik dapat berdampak besar terhadap permintaan kendaraan mereka.

Sejumlah aktivis telah menyerukan boikot terhadap Tesla. Mereka menggelar protes di luar dealer Tesla, serta merusak kendaraan dan stasiun pengisian daya.

Reaksi keras terhadap Tesla menjadi begitu luas dan penuh kekerasan, hingga Jaksa Agung AS Pam Bondi memperingatkan bahwa pihaknya akan memperlakukan tindakan vandalisme tersebut sebagai terorisme domestik.

Berbicara di sebuah forum ekonomi di Doha, Qatar, pada Selasa, Musk mengatakan bahwa dia berkomitmen untuk tetap menjadi pemimpin Tesla selama lima tahun ke depan.

Awal bulan ini, dia juga menyatakan akan mengurangi sumbangan politiknya, setelah sebelumnya menghabiskan hampir USD 300 juta untuk mendukung kampanye pemilihan Trump dan kandidat Partai Republik lainnya tahun lalu.

Read Entire Article