Dua Rumah Sakit Terakhir di Gaza Utara Dikepung dan Diserang Pasukan Israel, Termasuk RS Indonesia

1 week ago 18

Liputan6.com, Gaza - Dua dari rumah sakit (RS) terakhir yang masih berfungsi di Gaza Utara dikepung oleh pasukan Israel, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa keluar atau masuk. Hal ini dikonfirmasi staf rumah sakit dan kelompok bantuan di tengah operasi militer Israel yang masif dan intensif.

Rumah Sakit Indonesia dan Rumah Sakit al-Awda merupakan dua dari pusat medis yang masih bertahan di kawasan itu. Keduanya telah menjadi sasaran serangan pekan ini, termasuk penembakan di al-Awda yang terjadi pada Rabu (21/5/2025) saat kantor berita AP berbicara dengan direktur rumah sakit melalui telepon.

Satu rumah sakit lainnya, Kamal Adwan, sudah tidak lagi beroperasi, menurut direkturnya, yang menyebutkan keberadaan pasukan dan drone Israel di sekitar wilayah rumah sakit tersebut.

Pihak berwenang Israel mengeluarkan perintah evakuasi pada Jumat (16/5) untuk sebagian besar wilayah Gaza Utara menjelang serangan yang mereka klaim ditujukan untuk menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak sandera. Perintah evakuasi baru dikeluarkan kembali pada Selasa (20/5).

Ketiga rumah sakit di atas, bersama dengan tiga pusat layanan kesehatan primer, berada di dalam zona evakuasi. Israel belum mengeluarkan perintah evakuasi terhadap fasilitas-fasilitas itu secara langsung.

"Dua rumah sakit lainnya dan empat pusat layanan kesehatan primer berada dalam radius 1.000 meter dari zona tersebut," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Operasi militer Israel dan perintah evakuasi telah mendorong sistem kesehatan melewati batas kemampuannya."

Rumah Sakit Indonesia Diserang

Rumah Sakit Indonesia, yang dulunya merupakan rumah sakit terbesar di Gaza Utara, telah dikepung oleh pasukan Israel yang berposisi sekitar 500 meter jauhnya. Menurut kelompok bantuan yang mendukung rumah sakit tersebut, drone-drone terus mengintai di atas rumah sakit, memantau setiap pergerakan sejak Minggu.

Militer Israel mengatakan pasukannya memang beroperasi di sekitar rumah sakit dan menargetkan infrastruktur Hamas, namun mereka mengaku tidak memasuki fasilitas itu dan ambulans masih diizinkan bergerak.

MERC-Indonesia dan seorang staf rumah sakit yang telah dievakuasi menuturkan buldozer Israel menghancurkan dinding pagar rumah sakit. Staf terkait berbicara dengan syarat anonim karena tidak diberi wewenang untuk berbicara kepada media.

Pada Selasa, serangan udara menargetkan generator rumah sakit, memicu kebakaran dan merusak sumber daya listrik utama rumah sakit. Video yang diunggah oleh MERC-Indonesia melaporkan serangan itu merusak pula pasokan air rumah sakit.

Sedikitnya satu staf rumah sakit tewas, menurut WHO, yang menyatakan bahwa orang-orang yang masih berada di rumah sakit sangat membutuhkan air dan makanan. PBB mengatakan pihaknya sedang berupaya memindahkan pasien yang tersisa ke fasilitas lain.

Aktivitas militer di sekitar rumah sakit juga merusak langit-langit, atap rumah sakit, dan beberapa peralatan.

Seorang dari MERC-Indonesia menyebutkan hampir 20 orang, termasuk enam pasien dan 13 tenaga medis, masih berada di rumah sakit. Sebagian besar pasien telah mengevakuasi diri setelah pertempuran meningkat sejak Kamis (15/5).

Dokter dan staf rumah sakit tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar. Sebuah video yang diunggah oleh MERC-Indonesia dan direkam dari jendela rumah sakit memperlihatkan tank Israel berada hanya beberapa meter dari rumah sakit.

Serangan Israel Mengisolasi Rumah Sakit al-Awda

Pada Rabu, Rumah Sakit al-Awda dibombardir saat direktur rumah sakit sedang berbicara di telepon dengan kantor berita AP. Suara ledakan besar terdengar dalam panggilan tersebut.

"Mereka sedang membombardir rumah sakit," kata Direktur Rumah Sakit al-Awda Dr. Mohammed Salha.

Salha kemudian mengatakan bahwa satu petugas keamanan terluka.

"Pasien tidak berada di area yang terkena serangan," ujarnya.

Relief International, kelompok bantuan yang mendukung al-Awda, mengatakan tangki air rumah sakit dan satu bangsal pasien terkena dalam serangan Israel.

Juru bicara rumah sakit Khaled Alhelo mengaku tidak dapat kembali ke rumah sakit pada Selasa karena aktivitas militer.

"Saat ini tidak ada ambulans atau jalur internet di Rumah Sakit al-Awda," ungkap Alhelo.

"Pasukan Israel berada sekitar 900 meter dari rumah sakit."

Ancaman sebenarnya, menurut Alhelo, datang dari drone Israel yang terbang di atas rumah sakit dan menghalangi segala bentuk pergerakan masuk maupun keluar.

"Siapa pun yang bergerak di rumah sakit langsung ditembak. Semua orang berusaha tetap merunduk di dalam rumah sakit," ujarnya.

Militer Israel tidak memberikan komentar saat dimintai tanggapan mengenai situasi di al-Awda dan tidak segera merespons permintaan konfirmasi atas penembakan pada Rabu.

Anggota dewan rumah sakit Rami Shurafi menyatakan, sekitar 47 pasien, termasuk hampir 20 anak-anak dan beberapa perempuan hamil, serta sekitar 140 dokter dan tenaga medis masih berada di rumah sakit.

Dia menegaskan dewan rumah sakit memutuskan untuk tidak melakukan evakuasi dan menyerukan agar pasokan bantuan serta ambulans dikembalikan karena masih ada pengeboman dan korban luka di wilayah tersebut.

"Dalam kondisi perang dan konflik, rumah sakit harus tetap berfungsi," tegas Shurafi seraya menambahkan bahwa rumah sakit ini telah beberapa kali dikepung dan digerebek sejak perang terbaru di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, namun menggarisbawahi fase saat ini sebagai yang paling kritis.

Perang dimulai ketika militan yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang, dan menculik 251 orang. Para militan masih menahan 58 sandera, sekitar sepertiganya diyakini masih hidup, setelah sebagian besar lainnya dibebaskan melalui kesepakatan gencatan senjata dan lainnya.

Sementara itu, menurut otoritas kesehatan Gaza, serangan balasan Israel pada hari yang sama yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah itu telah menewaskan lebih dari 53.000 warga Palestina. Sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Read Entire Article