Diserang dan Dikepung Militer Israel, Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara Lumpuh Total

2 weeks ago 22

Liputan6.com, Gaza - Israel kembali menargetkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, kali ini menggunakan drone. Serangan ini dilakukan bersamaan dengan masifnya serangan darat yang sedang dilancarkan pasukan Israel di Gaza Utara dan Selatan.

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan pada Minggu (18/5/2025) malam bahwa serangan di sekitar Rumah Sakit Indonesia di Gaza dan pengepungan oleh militer Israel telah memaksa rumah sakit itu untuk berhenti beroperasi.

Rumah Sakit Indonesia merupakan fasilitas medis utama di Gaza Utara setelah serangan udara Israel tahun lalu memaksa Rumah Sakit Kamal Adwan dan Rumah Sakit Beit Hanoun berhenti memberikan layanan kesehatan.

"Ada penargetan langsung terhadap rumah sakit, termasuk unit perawatan intensif," kata Direktur Rumah Sakit Indonesia Dr. Marwan al-Sultan seperti dilansir Al Jazeera.

Dia menambahkan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mencapai fasilitas tersebut, yang saat ini menampung sekitar 30 pasien dan 15 tenaga medis.

Serangan Israel ke Rumah Sakit Semakin Intensif

Israel telah berulang kali menargetkan rumah sakit selama perang yang telah berlangsung kurang lebih 19 bulan di Gaza. Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para ahli yang didukung oleh PBB menuduh Israel telah secara sistematis menghancurkan sistem layanan kesehatan Gaza.

Sebelumnya, pada Minggu, Direktur Rumah Sakit al-Shifa Dr. Muhammad Abu Salmiya di Gaza Utara mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan terbaru — yang telah berlangsung sejak Sabtu (17/5) — menunjukkan bahwa serangan Israel terhadap rumah sakit-rumah sakit di Gaza semakin intensif.

"Tim medis benar-benar menderita dan kami hanya memiliki sedikit tenaga medis dan staf... sementara banyak orang membutuhkan banyak perawatan medis," kata Abu Salmiya melalui telepon dari rumah sakit pada Minggu.

Dia memperingatkan bahwa ribuan orang sakit dan terluka bisa meninggal. Donor darah sangat dibutuhkan.

Israel Klaim Akan Izinkan Bantuan Dasar Masuk

Israel pada Minggu mengklaim, mereka akan mengizinkan sejumlah bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, setelah hampir tiga bulan melakukan blokade. Pengumuman ini muncul beberapa hari setelah para pakar keamanan pangan global memperingatkan akan ancaman kelaparan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa krisis kelaparan dapat membahayakan serangan militer baru Israel di Gaza. Kabinetnya pun menyetujui keputusan untuk mengizinkan pasokan makanan minimal masuk ke wilayah kantong Palestina tersebut.

Namun, belum jelas kapan bantuan itu akan masuk ke Gaza atau bagaimana prosesnya akan dilakukan. Badan militer Israel yang bertanggung jawab mengawasi bantuan tidak memberikan komentar. Israel sendiri sedang berupaya memberlakukan sistem bantuan baru, meskipun hal ini mendapat penolakan luas. Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan berusaha memastikan agar bantuan tidak jatuh ke tangan Hamas.

Blokade diberlakukan oleh Israel sejak 2 Maret, memutus semua pasokan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya ke Gaza. Israel mengaku hal ini dilakukan untuk menekan Hamas agar menerima ketentuan gencatan senjata yang baru. Namun, beberapa hari kemudian Israel kembali melanjutkan perangnya, mengakhiri gencatan senjata yang berlangsung selama dua bulan.

Jeritan Hati Warga Gaza

Israel pada Minggu menyatakan mereka memperluas operasi daratnya sebagai bagian dari serangan terbaru — yang disebut sebagai yang terbesar sejak berakhirnya gencatan senjata pada Maret.

Israel menginginkan agar Hamas menyetujui gencatan senjata sementara yang akan memungkinkan pembebasan sandera dari Gaza, namun tidak serta merta mengakhiri perang. Di sisi lain, Hamas menuntut penarikan penuh pasukan Israel dan adanya jalan menuju akhir perang sebagai bagian dari kesepakatan apa pun.

"Ketika orang Yahudi ingin gencatan senjata, Hamas menolaknya, dan ketika Hamas ingin gencatan senjata, orang Yahudi yang menolaknya. Keduanya sepakat untuk memusnahkan rakyat Palestina," kata warga Jabalia Abu Mohammad Yassin. "Demi Tuhan, kasihanilah kami. Kami lelah terus-menerus mengungsi."

Militer Israel, yang baru-baru ini memanggil puluhan ribu tentara cadangan, menyatakan bahwa operasi darat dilakukan di seluruh wilayah utara dan selatan Gaza.

Panglima militer Israel Letnan Jenderal Eyal Zamir mengatakan bahwa rencana mereka mencakup membagi-bagi Jalur Gaza.

Read Entire Article