Cerita Kardinal Suharyo Ikut Konklaf di Vatikan: Kuasa Roh Kudus hingga Kardinal Sepuh Lupa Bawa Hp

2 weeks ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Agung - Keuskupan Agung Jakarta terpilih menjadi Kardinal Elektor, yang memenuhi persyaratan untuk memilih dan dipilih menjadi paus. Ia menjadi bagian dari 133 orang kardinal yang akan turut serta dalam konklaf yang diadakan untuk memilih Paus yang baru.

Kardinal Suharyo kemudian menceritakan pengalamannya mengikuti konklaf pemilihan pengganti Paus Fransiskus di Vatikan pada 7 Mei 2025 lalu.

"Pemilihan pemimpin gereja katolik dan pimpinan Kota Vatikan dilaksanakan dengan cara yang sangat istimewa. Tidak ada kampanye, tidak ada gosip, tidak ada intrik, pasti tidak ada suap. Kalau ada pasti saya menerima," ujar Kardinal Suharyo disambut gelak tawa para jemaat Misa Minggu (18/5) dikutip dari akun Instagram @katedraljakarta, Senin (19/5/2025).

Kardinal Suharyo menyebut bahwa konklaf pemilihan paus baru tersebut tak disangka bisa berjalan begitu lancar dan cepat.

"Tidak ada permainan uang, semua berjalan sangat mulus, semua berjalan sungguh-sungguh atas daya kuasa roh kudus yang mempersatukan. Sehingga berjumpa pemilihan itu sangat cepat. Ada yang nakal, para bapak kardinal itu, kenapa pemilihannya cepat? Karena makanannya tidak cocok," ucap Kardinal Suharyo disambut lagi tawa para jemaat.

"Maka dipercepat supaya bisa keluar dari rumah itu dan makan menurut pilihannya masing-masing. Sungguh merasakan betapa roh kudus berkarya. Sebelum konklaf ada sembilan hari pertemuan-pertemuan para kardinal," imbuh dia.

Ungkap Kekhawatiran

Padahal, Kardinal Suharyo mengatakan bahwa usulan-usulan para kardinal dalam konklaf tersebut sangat banyak. Sehingga memicu kekhawatiran bahwa masa pemilihan paus baru akan berlangsung

"Dan sejauh saya membaca, tahu laporannya, gagasannya bermacam-macam bukan main banyak sekali. Pemimpinnya sidang mengatakan bahwa kalau ditumpuk usulnya itu segini ini (menyiratkan setumpuk), kertas-kertas pidatonya para bapak kardinal itu. Sehingga kami khawatir kalau nanti masuk konklaf apa yang akan terjadi?" paparnya.

"Apakah akan ada tanda petik persaingan? Ternyata sama sekali tidak. Semua sangat mulus, tidak terduga sebelumnya. Tidak ada yang marah, tidak ada yang kecewa, juga kalau ada kesalahan-kesalahan. Karena banyak para kardinal yang sudah sepuh. Jadi diberi kartu dua dimasukkan semua padahal mestinya satu. Sehingga pemilihan harus diulang," ucapnya menggambarkan rasa khawatir saat menjelang konklaf.

Cerita Kardinal Sepuh Kelupaan Bawa Ponsel

Kardinal Suharyo menuturkan bahwa saat konklaf berlangsung sudah jadi rahasia umum pengamanan begitu ketat termasuk perihal membawa perangkat komunikasi, kendati demikian ulah para kardinal sepuh yang kelupaan meninggalkan cerita sendiri dalam prosesi tersebut.

"Kami semua diperiksa oleh polisi Vatikan supaya tidak ada seorang pun yang bisa membawa alat-alat komunikasi. Tetapi ternyata di dalam konklaf masih ditemukan dua alat komunikasi, HP. Ketika ditanya siapa yang masih punya HP di sini, tidak ada jawaban," tuturnya.

"Ya, karena sepuh itu, jadi tidak merasa. Baru ketika dikatakan ini nomernya dari negara ini, baru kemudian oh iya, ketemu. Dari para kardinal yang dari negara hitam," jelas dia.

"Tetapi semuanya tidak ada yang marah, tidak ada yang jengkel, semuanya malah tertawa. Sadar bahwa kita semua ada yang muda, ada yang senior, ada yang pelupa dan sebagainya," pungkas Kardinal Suharyo.

Read Entire Article