Liputan6.com, Tel Aviv - Anggota parlemen Israel Ayman Odeh diusir paksa dari podium di parlemen setelah ia mengecam perang Israel di Gaza di tengah meningkatnya jumlah korban tewas.
“Setelah satu setengah tahun di mana Anda membunuh 19.000 anak, 53.000 penduduk, menghancurkan semua universitas dan rumah sakit, Anda merasa tidak ada kemenangan politik, itu sebabnya Anda menjadi gila," kata Ayman Odeh sebelum diturunkan dari podium dalam video yang kemudian viral, seperti dikutip dari News18, Selasa (26/5/2025).
Pidatonya menciptakan kekacauan di parlemen Israel. Sebuah video yang kemudian viral menunjukkan anggota parlemen tersebut berbicara di parlemen sementara yang lain menentang. Beberapa saat kemudian, ia diturunkan dari podium. Ia terus berbicara saat ia dibawa pergi.
"Saya dipaksa keluar dari ruang Parlemen, bukan karena saya melanggar aturan, tetapi karena saya mengatakan kebenaran. 77 tahun setelah Nakba, dunia menyaksikan Nakba kedua terjadi di Gaza. Anda dapat mencoba membungkam saya, tetapi Anda tidak dapat membungkam rakyat Palestina, atau seruan dunia," tulis anggota parlemen Arab-Israel itu dalam sebuah postingan seperti dikutip dari voxnews.al.
60 Orang Tewas dalam 24 Jam
Sementara itu, dalam pembaruan terbaru, sedikitnya 60 orang tewas akibat serangan Israel di Gaza dalam kurun waktu 24 jam, kata kementerian kesehatan Gaza pada hari Jumat (23/5).
Korban tewas termasuk 10 orang di kota selatan Khan Younis, empat di kota tengah Deir al-Balah dan sembilan di kamp pengungsi Jabaliya di utara, menurut rumah sakit Nasser, Al-Aqsa dan Al-Ahli tempat jenazah dibawa.
Di tengah perang yang sedang berlangsung, Israel telah memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza selama hampir tiga bulan, yang memicu kekhawatiran dari para pengamat internasional. Para ahli memperingatkan bahwa sebagian besar penduduk Gaza—lebih dari 2 juta orang—kini berisiko tinggi mengalami kelaparan.
Bahkan Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, telah menyatakan keprihatinan atas meningkatnya krisis kelaparan.
Gelombang serangan udara terbaru, yang berlanjut hingga Jumat (23/5) pagi, terjadi setelah serangan mematikan di sebuah rumah sakit di Gaza utara. Tank dan pesawat nirawak Israel dilaporkan menargetkan fasilitas tersebut, memicu kebakaran dan menyebabkan kerusakan besar.
Israel menegaskan bahwa serangannya akan terus berlanjut hingga Hamas membebaskan semua 58 sandera Israel yang tersisa dan melucuti senjatanya sepenuhnya.
Pilu, Serangan Israel Tewaskan Sembilan Anak Dokter Gaza
Serangan udara Israel di Gaza menghantam rumah seorang dokter dan menewaskan sembilan dari 10 anaknya, kata rumah sakit tempat dia bekerja di kota Khan Younis seperti dikutip dari BBC, Sabtu (24/5/2025).
Rumah sakit Nasser mengatakan salah satu anak Dr. Alaa al-Najjar dan suaminya terluka, tetapi selamat. Graeme Groom, seorang dokter bedah Inggris yang bekerja di rumah sakit tersebut, mengatakan dia telah mengoperasi putranya yang berusia 11 tahun dan selamat.
Sebuah video yang dibagikan oleh direktur kementerian kesehatan yang dikelola Hamas dan diverifikasi oleh BBC menunjukkan jasad kecil yang terbakar diangkat dari reruntuhan serangan di Khan Younis pada hari Jumat (23/5).
Dr Muneer Alboursh, direktur kementerian kesehatan, mengatakan di X bahwa rumah keluarga tersebut diserang beberapa menit setelah suami Dr al-Najjar, Hamdi, kembali ke rumah setelah mengantar istrinya ke tempat kerja.
Dr Alboursh mengatakan anak tertua Dr al-Najjar berusia 12 tahun.
Tuan Groom mengatakan bahwa ayah anak-anak tersebut "terluka sangat parah", dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram dokter bedah Inggris lainnya yang bekerja di rumah sakit Nasser, Victoria Rose.
Israel Hantam Gaza Lagi, 30 Orang Tewas Termasuk Jurnalis dan Staf Layanan Penyelamatan
Sementara itu, serangan militer Israel menewaskan sedikitnya 30 warga Palestina di seluruh Jalur Gaza pada hari Minggu (25 Mei), termasuk seorang pejabat senior layanan penyelamatan dan seorang jurnalis, kata otoritas kesehatan setempat.
Kematian terbaru dalam operasi Israel tersebut diakibatkan oleh serangan terpisah Israel di Khan Younis di selatan, Jabalia di utara, dan Nuseirat di Jalur Gaza tengah, kata petugas medis seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA), Senin (26/5/2025).
Di Jabalia, mereka mengatakan jurnalis lokal Hassan Majdi Abu Warda dan beberapa anggota keluarga tewas akibat serangan udara yang menghantam rumahnya pada hari Minggu (25/5).
Serangan udara lainnya di Nuseirat menewaskan Ashraf Abu Nar, seorang pejabat senior di layanan darurat sipil wilayah tersebut, dan istrinya di rumah mereka, tambah petugas medis.
Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan bahwa kematian Abu Warda meningkatkan jumlah jurnalis Palestina yang tewas di Gaza sejak Oktober 2023 menjadi 220.
Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kepala staf Eyal Zamir mengunjungi pasukan di Khan Younis pada hari Minggu (25/5), memberi tahu mereka bahwa "ini bukanlah perang tanpa akhir" dan bahwa Hamas telah kehilangan sebagian besar asetnya, termasuk komando dan kendalinya.