Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump telah menggabungkan Badan Bantuan Internasional AS (USAID) ke dalam Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (Kemlu AS) sebagai bagian dari perombakan besar yang bertujuan mengurangi jumlah tenaga kerja dan menyelaraskan pengeluaran dengan kebijakan "America First" yang dia terapkan.
Trump telah memercayakan Elon Musk - miliarder yang merupakan CEO Tesla, pendiri Space X sekaligus pemilik platform media sosial X - memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang bertujuan merampingkan dan mengurangi birokrasi pemerintah serta mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien untuk mengawasi proyek tersebut.
Pada Minggu (2/2/2025), Trump menyatakan USAID telah "dijalankan oleh sekelompok orang gila radikal dan kami akan menyingkirkan mereka." Sementara itu, Musk seperti dikutip dari AP, Selasa (4/2), tanpa bukti menuduh pendanaan USAID telah digunakan untuk meluncurkan program-program mematikan dan menyebut badan itu sebagai "organisasi kriminal".
Namun, apa sebenarnya USAID dan bagaimana pendanaannya?
USAID didirikan pada tahun 1961 oleh Presiden John F. Kennedy dari Partai Demokrat pada puncak Perang Dingin dengan tujuan untuk lebih mengoordinasikan bantuan luar negeri, yang sudah menjadi platform utama kebijakan luar negeri AS dalam menghadapi pengaruh Uni Soviet.
Saat ini, USAID mengelola sekitar 60 persen dari bantuan luar negeri AS dan mengalokasikan dana sebesar USD 43,79 miliar pada tahun fiskal 2023. Berdasarkan laporan dari Congressional Research Service (CRS) yang dirilis bulan ini, jumlah pegawai USAID mencapai 10.000 orang, sekitar dua pertiganya bekerja di luar negeri, dan membantu sekitar 130 negara. USAID didanai oleh Kongres berdasarkan permintaan dari pemerintahan.
Menurut CRS, USAID membantu "negara-negara yang strategis dan negara-negara yang sedang dalam konflik; memimpin upaya AS untuk mengurangi kemiskinan, penyakit, dan kebutuhan kemanusiaan; serta mendukung kepentingan komersial AS dengan mendukung pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan membangun kapasitas negara-negara untuk berpartisipasi dalam perdagangan dunia."
Negara-negara penerima bantuan terbesar USAID pada tahun 2023 adalah Ukraina, Ethiopia, Yordania, Republik Demokratik Kongo, Somalia, Yaman, Afghanistan, Nigeria, Sudan Selatan, dan Suriah. Demikian seperti dilansir CNA.
Berapa banyak dana yang dikeluarkan AS untuk bantuan luar negeri dan bagaimana perbandingannya?
Pada tahun fiskal 2023, AS mengeluarkan total USD 72 miliar untuk bantuan di seluruh dunia, yang mencakup sekitar 42 persen dari seluruh bantuan kemanusiaan yang dipantau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2024. Dana ini digunakan untuk berbagai bidang, mulai dari kesehatan perempuan di zona konflik hingga akses air bersih, pengobatan HIV/AIDS, keamanan energi, hingga kerja anti-korupsi.
Dalam beberapa tahun terakhir, menurut laporan dari Brookings Institution pada September lalu, pengeluaran bantuan AS sekitar 0,33 persen dari PDB. Angka ini memuncak pada 3 persen dari PDB pada tahun 1950-an dengan program Marshall Plan untuk membangun kembali Eropa setelah Perang Dunia II. Selama Perang Dingin, angkanya berkisar antara 1 persen hingga sedikit kurang dari 0,5 persen.
Meskipun AS memberikan jumlah bantuan resmi yang lebih besar dibandingkan negara lain, data dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menunjukkan bahwa kontribusi AS dalam bentuk persentase terhadap pendapatan nasionalnya berada di urutan bawah di antara negara-negara kaya pada tahun 2020. Pada 2023, Norwegia berada di posisi teratas dengan 1,09 persen dari pendapatan nasional bruto, sementara AS hanya menyumbang 0,24 persen, sejajar dengan Slovenia, Republik Ceko, dan Spanyol.