FBI: Tersangka Serangan Bom Molotov di Colorado Sudah Rencanakan Aksi Sejak Setahun Lalu

2 days ago 18

Liputan6.com, Washington, DC - Pelaku pelemparan bom molotov ke arah para peserta pawai solidaritas sandera Israel telah merencanakan serangannya selama satu tahun. Demikian menurut penyelidik terkait serangan yang terjadi pada Minggu (1/6/2025) di Boulder, Colorado, Amerika Serikat (AS).

Mohammed Sabry Soliman (45) menghadapi dakwaan kejahatan kebencian tingkat federal, serta dakwaan negara bagian atas percobaan pembunuhan, penyerangan, dan penggunaan alat peledak. Dia tampil singkat di pengadilan pada Senin (2/6).

Petugas penegak hukum mengatakan, warga negara Mesir tersebut menargetkan sekelompok peserta pawai solidaritas sandera Israel di Pearl Street Mall sambil meneriakkan "Free Palestine" ketika dia melemparkan bom molotov.

Setelah kejadian, sebanyak 16 bom molotov yang belum dinyalakan ditemukan di sekitar lokasi. Penyelidik mengatakan Soliman menemukan kelompok pawai secara daring sebelum menargetkan mereka.

Aksi pawai mingguan tersebut diselenggarakan oleh Run for Their Lives, sebuah organisasi yang menyuarakan nasib para sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.

Menurut pejabat penegak hukum seperti dilansir BBC, Soliman melemparkan dua bom molotov ke arah kerumunan di Pearl Street Mall. Delapan orang mengalami luka bakar akibat serangan itu.

Sebanyak 12 orang dilarikan ke rumah sakit dengan luka mulai dari ringan hingga serius.

Sebelumnya memang disebutkan terdapat delapan korban, namun pada Senin, empat orang lainnya melaporkan mengalami luka ringan.

Pengakuan Soliman

Tersangka hadir di pengadilan melalui video dari penjara Boulder. Dia berdiri mengenakan pakaian tahanan berwarna oranye. Penampilannya berlangsung kurang dari lima menit.

Dia hanya menjawab "ya" atas beberapa pertanyaan prosedural dari hakim tanpa memberikan pernyataan lain. Pengadilan menjadwalkan pengajuan dakwaan resmi pada Kamis mendatang.

Soliman diyakini bertindak seorang diri.

Dalam pengakuan setelah penangkapannya, Soliman mengatakan kepada polisi bahwa dia telah merencanakan serangan ini selama satu tahun, tepatnya yang akan dilakukan setelah putrinya lulus SMA.

Selain bom molotov yang belum dinyalakan, polisi juga menemukan alat penyemprot gulma (backpack weed sprayer) yang berisi bensin beroktan tinggi di dekat lokasi. Polisi mengungkapkan, Soliman menyamar sebagai tukang kebun dengan mengenakan rompi oranye agar bisa mendekati kerumunan pawai.

Dokumen pengadilan menyebutkan, Soliman mengendarai mobil dari rumahnya di Colorado Springs menuju Boulder dan tiba lima menit sebelum kelompok pawai berkumpul. Dia mengaku membeli bensin dalam perjalanan menuju lokasi serangan.

FBI melaporkan bahwa selama wawancara, Soliman mengatakan bahwa dia membenci zionis dan menargetkan mereka karena mereka harus berhenti mengambil alih wilayah Palestina.

Reaksi Donald Trump

Soliman diketahui pindah ke Colorado Springs tiga tahun lalu, setelah sebelumnya tinggal selama 17 tahun di Kuwait.

Menurut beberapa sumber kepada CBS News, Soliman tiba di California pada 2022 menggunakan visa non-imigran yang masa berlakunya habis pada Februari 2023.

Pejabat Keamanan Dalam Negeri menyampaikan bahwa dia mengajukan permohonan suaka sebulan setelah tiba, namun tidak memberikan rincian mengenai hasil dari kasus imigrasi tersebut atau apakah telah diselesaikan.

Wakil kepala staf kebijakan Presiden Donald Trump, Stephen Miller, menyatakan via platform media sosial X bahwa Soliman diberi izin kerja oleh pemerintahan Biden setelah dia melampaui masa berlaku visanya.

"Mengingat serangan mengerikan kemarin, semua teroris, anggota keluarga mereka, dan simpatisan teroris yang berada di sini dengan visa harus tahu bahwa di bawah pemerintahan Trump, kami akan menemukan Anda, mencabut visa Anda, dan mendeportasi Anda," ujar Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio via X.

Juru bicara Uber mengatakan kepada CBS News bahwa Soliman telah bekerja sebagai pengantar makanan sejak 2023.

Menurut Uber, saat mulai bekerja, Soliman memenuhi semua persyaratan perusahaan, termasuk lulus pemeriksaan latar belakang kriminal dan riwayat mengemudi, menyerahkan kartu identitas bergambar, serta memiliki nomor Jaminan Sosial yang valid.

Trump menyampaikan melalui unggahan media sosial bahwa serangan seperti yang dilakukan Soliman tidak akan ditoleransi.

"Ini adalah contoh lain mengapa kita harus menjaga PERBATASAN kita TETAP AMAN dan mendeportasi Radikal Anti-AS yang tidak memiliki izin tinggal dari Tanah Air kita," ujar Trump.

Read Entire Article