Liputan6.com, Tel Aviv - Kementerian luar negeri Suriah membantah telah menembakkan proyektil ke Israel dan menegaskan bahwa negaranya "tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi ancaman bagi siapa pun di kawasan ini".
Media Israel, seperti dikutip dari AFP, Rabu (4/6/2025) melaporkan bahwa serangan pada Selasa (3/6) merupakan yang pertama kali diluncurkan dari Suriah ke wilayah Israel sejak lengsernya penguasa lama Bashar al-Assad pada Desember 2024 lalu.
Tidak ada laporan korban jiwa atau kerusakan di pihak Israel akibat proyektil tersebut, meskipun militer Israel mengatakan sirene serangan udara berbunyi di sebagian Dataran Tinggi Golan selatan—wilayah yang direbut Israel dari Suriah pada 1967 dan dianeksasi pada 1981.
Menteri Pertahanan Israel Israel Katz dalam pernyataan resmi menyatakan, "Kami memandang presiden Suriah bertanggung jawab langsung atas setiap ancaman atau serangan yang ditujukan kepada Negara Israel."
Ahmed al-Sharaa, presiden sementara Suriah yang memimpin kelompok Islamis pendukung serangan hingga jatuhnya Assad.
Militer Israel melaporkan "dua proyektil teridentifikasi melintas dari Suriah ke wilayah Israel dan jatuh di area terbuka". Mereka kemudian membalas dengan serangan artileri ke Suriah selatan.
Badan berita resmi Suriah, SANA, melaporkan serangan Israel "menargetkan Cekungan Yarmuk di barat Provinsi Daraa". Sementara itu, kelompok pemantau perang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), menyebut serangan menghantam lahan pertanian di provinsi tersebut, meski tidak ada laporan korban jiwa.
"Ledakan keras mengguncang Suriah selatan, terutama Kota Quneitra dan wilayah Daraa, menyusul serangan udara Israel," kata SOHR dalam pernyataannya terkait insiden Selasa (3/6) malam hingga Rabu (4/6) dini hari.
Suriah Bukan Ancaman
Suriah mengecam serangan Israel sebagai "pelanggaran kedaulatan Suriah yang terang-terangan" dan "memperburuk ketegangan di kawasan".
"Suriah tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi ancaman bagi siapa pun di kawasan ini," tegas kementerian luar negeri Suriah dalam pernyataan yang dikutip SANA.
Meski membantah bertanggung jawab atas serangan proyektil, kementerian itu menyatakan "banyak pihak berupaya mendestabilisasi kawasan untuk kepentingan mereka sendiri."
"Prioritas utama di Suriah selatan adalah memperluas otoritas negara dan mengakhiri keberadaan senjata di luar kerangka institusi resmi," tambahnya.
Eskalasi Pasca-Jatuhnya Assad
Setelah lengsernya Assad, Israel mengerahkan pasukannya ke zona demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan yang diawasi PBB dan telah melakukan ratusan serangan terhadap target militer di Suriah. Israel beralasan serangan itu untuk mencegah senjata canggih mencapai pihak berwenang baru Suriah, yang mereka anggap sebagai kelompok jihadis.
Militer Israel pada Minggu (1/6) menyatakan pasukannya terus melakukan "operasi defensif di Suriah selatan" untuk "membongkar infrastruktur teroris dan melindungi warga Dataran Tinggi Golan".
Suriah dan Israel secara teknis masih dalam keadaan perang sejak 1948.
Presiden AS Donald Trump bulan Mei lalu mengumumkan pencabutan sanksi terhadap Suriah dan berharap hubungan dengan Israel bisa normalisasi, tetapi para ahli menilai hal itu masih jauh dari kenyataan.
Israel Diserang Rudal Yaman
Dalam insiden terpisah, Tel Aviv mengatakan telah mencegat rudal yang diluncurkan dari Yaman pada hari Selasa (4/6), dengan serangkaian ledakan yang terdengar di atas Yerusalem.
"Setelah sirene yang berbunyi beberapa saat yang lalu di beberapa daerah di Israel, sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman berhasil dicegat," kata militer Israel seperti dikutip dari Arab News, Rabu (4/6/2025).
Militan Houthi Yaman telah berulang kali meluncurkan rudal dan drone (pesawat nirawak) ke Israel sejak perang Gaza meletus pada bulan Oktober 2023 dengan serangan kelompok militan Palestina Hamas terhadap Israel.
Pencegatan hari Selasa (3/6) adalah yang ketiga dalam beberapa hari.
Layanan medis darurat Magen David Adom Israel mengatakan tidak ada korban luka yang dilaporkan.
Adapun Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal pada hari Senin (2/6), yang mereka katakan telah menargetkan bandara utama Israel di dekat Tel Aviv.
Israel telah melakukan beberapa serangan di Yaman sebagai balasan atas serangan tersebut, termasuk di pelabuhan dan bandara di ibu kota Sanaa.