Liputan6.com, Washington - Dunia berduka atas meninggalnya Paus Fransiskus, dan Gereja Katolik kini menghadapi momen penting dalam memilih pemimpin spiritual berikutnya.
Vatikan mengonfirmasi bahwa Paus Fransiskus meninggal pada Senin Paskah (21/4) di kediamannya di Casa Santa Marta, Kota Vatikan. Setelah proses pemakaman Paus Fransiskus, maka proses pemilihan penerusnya akan dimulai.
Salah satu kandidat utama yang menjadi sorotan sebagai pengganti Paus Fransiskus adalah Kardinal Peter Turkson, seorang prelat asal Ghana yang berpotensi mencatat sejarah sebagai Paus kulit hitam pertama.
Dalam profil Peter Turkson yang dikutip dari Punchng.com, Selasa (22/4/2025), disebutkan bahwa ia sebelumnya menjabat sebagai Uskup Cape Coast. Sosoknya mulai dikenal secara internasional ketika Paus Benediktus XVI menunjuknya sebagai utusan perdamaian untuk Sudan Selatan.
Meski menghormati norma budaya lokal, ia kerap menyuarakan penentangan terhadap kebijakan anti-LGBTQ+ di Afrika. Menurut ET Now, ia juga menjadi tokoh penting dalam konklaf 2013 yang memilih Paus Fransiskus dan tetap menjadi suara moderat yang dihormati di dalam Gereja.
Diangkat sebagai kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada 2003, Peter Turkson yang lahir di Ghana saat ini menjabat sebagai Kanselir Akademi Ilmu Pengetahuan Kepausan.
Peter Turkson yang berusia 76 tahun disebut-sebut bakal memiliki daya tarik untuk menjangkau Afrika. Ia berada di tengah-tengah pada subjek hubungan gay yang pelik, dengan menyatakan bahwa hukum di banyak negara Afrika terlalu keras tetapi pandangan orang Afrika tentang subjek tersebut harus dihormati. Turkson adalah favorit para bandar judi pada satu titik selama konklaf 2013, ketika Fransiskus terpilih.
Pandangan yang Kadang Kontroversial
The Week melaporkan bahwa pandangannya tentang homoseksualitas, lingkungan, dan keadilan sosial sempat memicu ketegangan dengan kardinal dan uskup yang lebih konservatif di Ghana, negaranya sendiri.
Kardinal Peter Turkson berasal dari keluarga dengan sepuluh anak di Ghana Barat. Ia memulai pendidikan seminari di New York dan Ghana, kemudian melanjutkan studi di Pontifical Biblical Institute, Roma, setelah ditahbiskan pada 1975. Di sana, ia meraih gelar lisensiat dan doktor dalam studi kitab suci.
Fasih berbahasa Jerman, Prancis, Italia, dan Inggris, Turkson dikenal sebagai sosok intelektual dengan perspektif global.
Berikut ini karier dalam dunia Gereja:
1992: Diangkat sebagai Uskup Agung Cape Coast, Ghana oleh Paus Yohanes Paulus II.
2003: Menjadi kardinal.
2009: Diundang Paus Benediktus XVI ke Roma untuk memimpin Pontifical Council for Justice and Peace, posisi yang dipertahankannya di bawah kepemimpinan Paus Fransiskus.
2016: Diangkat sebagai prefek pertama Dicastery for Promoting Integral Human Development.
2022: Beralih peran menjadi Kanselir Pontifical Academy of Sciences.Peluang Menjadi Paus
Menurut Deccan Herald, konsep paus Afrika semakin populer karena populasi Katolik di Afrika meningkat secara bertahap.
Peter Turkson adalah salah satu tokoh paling terkemuka dalam perdebatan tentang takdir kepausan saat Gereja menghadapi titik balik.