Liputan6.com, Jakarta Universitas Gadjah Mada (UGM) belum lama ini pada Selasa, 10 Desember 2024 meresmikan Kantor Unit Layanan Disabilitas (ULD) yang berada di Kompleks Bulaksumur, Depok, Sleman, DIY.
Usai peresemian, Rektor UGM Profesor Ova Emilia mengungkapkan kehadiran ULD demi memberikan layanan pembelajaran yang kondusif untuk semuanya termasuk penyandang disabilitas.
"Ini merupakan bentuk tanggung jawab UGM, dan soal inklusiveness ini banyak sekali salah satunya adalah yang terkait dengan layanan penyandang disabilitas," kata Ova Emilia dalam keterangan tertulis di laman resmi universitas tersebut.
Lebih lanjut, Ova mengatakan bahwa ada tiga prinsip yang UGM amini dalam menjalankan pendidikan yang kondusif termasuk penyandang disabilitas.
Pertama, pendidikan merupakan hak setiap warga negara tanpa melihat apapun. Ova mengatakan masing-masing peserta didik memiliki peluang dan kesempatan yang sama dalam berpengetahuan.
Kedua, memberikan penghargaan terhadap keberagaman dengan keunikan masing-masing yang tidak bisa disamakan.
“Sehingga apa yang dikatakan kelemahan sesungguhnya bukan sebuah kelemahan dalam arti sebenarnya. Tapi itu merupakan bentuk keunikan yang mungkin memberikan keunggulan dari sisi yang lain. Karenanya keberagaman itu adalah satu kekuatan," ungkapnya.
Ketiga adalah keadilan. “Saya kira nanti layanan ULD ini akan menjadi salah satu bentuk implementasi dari pendidikan inklusif di UGM dengan berbagai macam kegiatannya,” terang Ova Emilia.
Berdayakan Mahasiswa Disabilitas UGM
Saat ini UGM memiliki 48 mahasiswa penyandang disabilitas, terdiri 21 perempuan dan 17 laki-laki dengan berbagai ragam disabilitas.
“Ada fisik, kemudian ada tuli, ada netra, dan ada mental," kata Ketua ULD Wuri Handayani.
Para mahasiswa disabilitas tersebut berasal dari berbagai fakultas dan berbagai jenjang pendidikan mulai dari vokasi, sarjana, magister, dan juga program doktor,
Kehadiran ULD ini diharapkan bisa menghilangkan hambatan dan mampu memberdayakan mahasiswa difabel di dalam kampus UGM.
Selain itu, kehadiran unit ini bisa menjadi center of excellence dalam isu-isu disabilitas baik nasional maupun internasional.
“Kita ingin menjadi terdepan sehingga pada akhirnya kita akan menuju ke inclusion. Dimana semua pihak tidak akan tertinggal," papar Wuri.
Contoh Bagi Universitas Lain
Kehadiran unit layanan disabilitas dari salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia diharapkan bisa menjadi contoh bagi universitas yang lain.
“Keberadaan ULD bukan hanya simbol dari inklusivitas, tetapi juga menjadi motor penggerak untuk memastikan bahwa semua pihak memiliki akses yang setara dalam belajar, berkreasi, dan berkontribusi di lingkungan kampus”, kata Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi dan Sains Teknologi, Prof. Dr. Sri Suning Kusumawardani di kesempatan itu.