Liputan6.com, Seoul - Upaya pemakzulan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol setelah deklarasi darurat militer gagal. Ia lolos dari ajuan pemakzulan partai oposisi untuk melengserkannya dalam pemungutan suara di Majelis Nasional pada Sabtu (7/12).
Kegagalan pemakzulan Presiden Yoon itu terjadi berkat aksi boikot sidang yang dilakukan anggota partainya. Bagaimana kronologinya?
Adapun pemungutan suara terkait deklarasi darurat militer Yoon pada pekan ini hanya berhasil mengumpulkan 195 suara, di bawah ambang batas 200 yang dibutuhkan. Akibatnya mosi pemakzulan tersebut secara otomatis batal.
“Seluruh negeri menyaksikan keputusan yang diambil di Majelis Nasional hari ini. Dunia juga melihatnya,” ujar Ketua DPR Woo Won-shik seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (8/12/2024).
Ketua DPR Korea Selatan Woo Won-shik menyesali minimnya partisipasi anggota parlemen dalam sidang itu.
Partai Demokrat sebagai oposisi utama bertekad untuk mencoba lagi, sementara Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang mendukung Yoon berkomitmen mencari solusi yang "lebih tertib dan bertanggung jawab" untuk mengatasi krisis tersebut.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengejutkan publik pada Selasa malam (3/12) saat mengumumkan deklarasi darurat militer di mana pihak militer wewenang darurat luas untuk memberantas apa yang ia sebut sebagai "kekuatan anti-negara" serta menghadapi lawan politik yang menghalanginya.
Perintah darurat militer tersebut dicabut enam jam kemudian setelah parlemen secara aklamasi menolak pengamanan militer dan polisi untuk menentang keputusannya. Namun, langkah tersebut memicu krisis politik terbesar dalam beberapa dekade bagi ekonomi terbesar keempat di Asia dan sekutu utama Amerika Serikat, mengancam reputasi Korea Selatan sebagai kisah sukses demokrasi.
Sebelumnya Minta Maaf Atas Deklarasi Darurat Militer
Pihak oposisi memerlukan setidaknya delapan suara dari PPP yang konservatif untuk mencapai suara mayoritas, yaitu dua pertiga dari jumlah anggota parlemen, agar pemakzulan bisa dilakukan. Anggota PPP yang dnaungi Presidedn Yoon melakukan walk out usai memberikan suara pada mosi terpisah, dan mereka disambut dengan teriakan dan makian. Dari partai Yoon, hanya tiga anggota yang memberikan suara.
PPP menyatakan tidak bisa membiarkan terulangnya kejadian pemakzulan Presiden Park Geun-hye pada 2016 akibat skandal perdagangan pengaruh. Kejatuhannya menyebabkan kehancuran partai dan kemenangan kaum liberal dalam pemilihan presiden dan parlemen.
“Kita tidak bisa membiarkan tragedi kelumpuhan negara dan penangguhan pemerintahan konstitusional akibat pemakzulan presiden terulang,” kata juru bicara PPP, Shin Dong-uk, setelah pemungutan suara yang gagal. Ia juga mencatat bahwa Yoon telah meminta maaf dan bersumpah akan menyerahkan masa depannya kepada partai.
Para pemimpin oposisi menyatakan mereka akan meninjau kembali mosi pemakzulan pada Rabu (11/12) jika upaya pertama gagal.
Pada Sabtu (7/12) pagi, Yoon meminta maaf karena telah memberlakukan darurat militer. Namun, ia menolak mundur meskipun menghadapi tekanan, termasuk dari beberapa pihak di partainya yang berkuasa.
Yoon menyatakan bahwa dia tidak akan menghindar dari tanggung jawab hukum dan politik terkait keputusannya tersebut, darurat militer pertama di Korea Selatan dalam 44 tahun. Dia menjelaskan bahwa keputusan itu diambil karena keputusasaannya.