Sekecil Apapun Cedera Kepala Bisa Berisiko Disabilitas, Jangan Anggap Enteng

3 days ago 14

Liputan6.com, Jakarta Cedera kepala, baik ringan maupun berat, merupakan masalah kesehatan serius yang dapat dialami siapa saja. Penyebabnya beragam, mulai dari kecelakaan lalu lintas hingga jatuh sederhana. Dampaknya pun sangat variatif, mulai dari gangguan sementara hingga disabilitas permanen yang mengubah hidup seseorang.

Menurut data  World Health Organization (WHO), cedera kepala berkontribusi signifikan pada angka kematian dan kecacatan global.  WHO menyebutkan cedera kepala menyumbang sekitar 30-50 persen dari seluruh kasus cedera yang mengakibatkan kematian di dunia. Di Indonesia sendiri, kasus cedera kepala juga cukup tinggi, terutama akibat kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pemahaman tentang jenis cedera kepala, risikonya, dan penanganan yang tepat sangat penting.

“Bila tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan angka kematian dan kecacatan (disabilitas) yang tinggi,” tulis dokter spesialis bedah saraf RS EMC Cibitung, Bintang Cristo Fernando di laman EMC. 

Promosi 1

Penyebab Cedera Kepala

Cedera kepala dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama, diikuti oleh jatuh dari ketinggian, benturan saat berolahraga, kekerasan fisik, dan kecelakaan kerja.

Faktor risiko lainnya termasuk penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, yang dapat menurunkan kewaspadaan dan meningkatkan risiko kecelakaan. Anak-anak dan lansia juga lebih rentan mengalami cedera kepala karena tulang tengkorak mereka lebih tipis dan rentan.

Penting untuk selalu waspada dan mengambil langkah pencegahan untuk mengurangi risiko cedera kepala. Penggunaan helm saat berkendara atau berolahraga, serta penggunaan sabuk keselamatan di dalam kendaraan, merupakan tindakan pencegahan yang efektif.

Klasifikasi Cedera Kepala

Cedera kepala diklasifikasikan menjadi tiga tingkat keparahan: ringan, sedang, dan berat. Klasifikasi ini didasarkan pada Glasgow Coma Scale (GCS), durasi kehilangan kesadaran, dan dampak jangka panjang pada otak.

Cedera kepala ringan (GCS 15-14) seringkali berupa gegar otak, dengan gejala seperti sakit kepala ringan, pusing, dan mual. Cedera kepala sedang (GCS 13-9) menunjukkan gangguan yang lebih signifikan pada otak, dengan gejala yang lebih berat.

Cedera kepala berat (GCS <8) merupakan kondisi darurat medis yang mengancam jiwa. Gejalanya bisa meliputi kehilangan kesadaran yang berkepanjangan, kejang, dan kelumpuhan. Penanganan segera dan tepat sangat krusial untuk mencegah kerusakan permanen.

Cedera Kepala Berakibat Disabilitas

Cedera kepala dapat menyebabkan berbagai macam disabilitas, tergantung pada tingkat keparahan dan area otak yang terkena dampak. Disabilitas ini dapat berupa fisik, kognitif, mental, sensorik, atau intelektual.

Disabilitas fisik meliputi hemiparesis (kelemahan pada satu sisi tubuh), gangguan koordinasi motorik, dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Disabilitas kognitif dapat mencakup gangguan memori, perhatian, dan kemampuan pemecahan masalah.

Disabilitas mental seperti depresi dan kecemasan juga dapat terjadi. Disabilitas sensorik, meskipun kurang umum, dapat meliputi gangguan penglihatan atau pendengaran. Pada kasus yang parah, terutama pada anak-anak, cedera kepala dapat menyebabkan disabilitas intelektual.

Epilepsi pasca-trauma kapitis merupakan salah satu disabilitas yang paling umum terjadi setelah cedera kepala. Kondisi ini ditandai dengan kejang epileptik yang muncul beberapa hari hingga bertahun-tahun setelah cedera. Pengobatan jangka panjang dengan antikonvulsan direkomendasikan.

  • Hemiparesis: Kelemahan pada satu sisi tubuh
  • Gangguan Koordinasi Motorik: Kesulitan mengontrol gerakan
  • Gangguan Memori: Kesulitan mengingat informasi
  • Gangguan Perhatian: Kesulitan berkonsentrasi
  • Depresi dan Kecemasan: Gangguan kesehatan mental

Cara Menangani Cedera Kepala

Penanganan cedera kepala bergantung pada tingkat keparahannya. Cedera kepala ringan dapat ditangani di rumah dengan istirahat total, obat pereda nyeri, dan pemantauan gejala. Namun, tetap penting untuk waspada terhadap perkembangan gejala.

Bintang menerangkan, penanganan cedera kepala sangat bergantung pada tingkat keparahan trauma yang dialami.

“Setiap jenis cedera, baik ringan, sedang, maupun berat, memerlukan pendekatan yang berbeda untuk meminimalkan risiko komplikasi jangka panjang,” jelas Bintang. 

Cedera kepala sedang memerlukan perhatian medis lebih lanjut, termasuk pemeriksaan penunjang seperti CT Scan atau MRI, observasi di rumah sakit, dan pengawasan oleh tenaga medis. Penanganan yang tepat waktu sangat penting untuk mencegah komplikasi.

Cedera kepala berat merupakan kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera dan intervensi medis darurat, termasuk operasi jika diperlukan. Pemantauan intensif di unit perawatan intensif (ICU) juga diperlukan. "Bila tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan angka kematian dan kecacatan (disabilitas) yang tinggi," tulis dokter spesialis bedah saraf RS EMC Cibitung, Bintang Cristo Fernando.

Rehabilitasi juga sangat penting bagi individu yang mengalami disabilitas akibat cedera kepala. Terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara dapat membantu memulihkan fungsi fisik dan kognitif. Dukungan psikologis juga sangat penting untuk mengatasi dampak emosional dan mental.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |