Liputan6.com, Jakarta - Tidak semua nama benda langit yang ditemukan berasal dari mitologi Yunani atau nama sang penemu. Ada beberapa fitur pada cincin Saturnus memiliki nama-nama yang berasal dari kucing.
Melansir laman Space pada Senin (09/12/2024), fitur cincin Saturnus yang memiliki nama unik tersebut berada di cincin F. Cincin F merupakan bagian cincin yang berada di tepian terluar.
Berkat pengamatan wahana antariksa Cassini, para astronom berhasil mengungkap banyak gumpalan dan benda-benda kecil seperti asteroid di cincin F. Mulanya, benda langit di cincin F tersebut telah diberi nama ketika ditemukan.
Sebagai contoh, salah satu benda kecil di cincin F dinamai Alpha Leonis Rev 9. Namun menurut para ilmuwan Cassini, nama tersebut terlalu sulit diingat sehingga mereka menggantinya dengan Mittens.
Mittens pertama kali terlihat oleh wahana antariksa Cassini pada Desember 2007 silam. Mittens terlihat ketika benda kecil selebar 600 meter tersebut tampak transit di depan bintang di latar belakang dalam pandangan Cassini.
Mittens berhasil teramati karena menghalangi cahaya bintang tersebut sehingga dapat dengan mudah diketahui ukuran dan bentuknya. Selain Mittens, ada 60 nama kucing lainnya yang digunakan untuk memberi nama fitur cincin F Saturnus, mulai dari Butterball, Fluffy, Garfield, Socks, dan Whiskers.
Dengan mengatalogkan benda-benda tersebut dengan nama kucing, membantu para ilmuwan membuat perkiraan yang presisi tentang berapa banyak total material dan berapa massa keseluruhan cincin Saturnus.
Cincin Saturnus Menghilang
Cincin Saturnus pertama kali diamati oleh Galileo Galilei pada 1610 dengan menggunakan teleskop sederhana. Cincin Saturnus terbentang mengelilingi bagian ekuator Saturnus dan merupakan sistem cincin planet paling luas di tata surya.
Sayangnya, para ilmuwan memperkirakan cincin Saturnus terus menipis dan terancam akan hilang di masa yang akan datang. Cincin Saturnus memang akan tampak hilang dari pandangan pada 2025.
Fenomena ini disebabkan oleh rotasi Saturnus pada porosnya. Namun, sebenarnya Saturnus tidak benar-benar kehilangan cincinnya pada 2025.
Hanya saja, cincin Saturnus akan tampak semakin tipis, sehingga tidak terlihat oleh penduduk Bumi. Penampakan cincin Saturnus dari bumi dapat berubah seiring waktu karena The Jewel of the Solar System ini berputar pada sumbu miring 26,7 derajat.
Menariknya, fenomena menghilangnya cincin Saturnus ini terjadi setiap 13 hingga 15 tahun sekali. Dikutip dari NASA pada Senin (09/12/2024), fenomena ini terjadi karena cincin Saturnus hanya memantulkan sedikit cahaya dan sangat sulit dilihat, sehingga pada dasarnya tidak terlihat.
Cincin Saturnus terakhir kali tampak menghilang 2009 dan tepatnya akan berulang kembali pada 23 Maret 2025. Sejak ditemukan Galileo Galilei pada 1610, para ilmuwan telah mempelajari cincin tersebut.
Misi Cassini-Huygens NASA juga telah menegaskan bahwa cincin Saturnus kemungkinan terbentuk sekitar 100 juta tahun yang lalu. Cincin Planet Saturnus hanyalah kumpulan partikel-partikel kecil berupa debu, es, dan batu yang berputar-putar.
Partikel-partikel tersebut memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari seukuran debu hingga bongkahan besar sekalipun. Ada beberapa pendapat mengenai bagaimana terbentuknya cincin Saturnus ini.
Cincin ini berasal dari pecahan komet, asteroid atau benda-benda angkasa lainnya yang terkena gaya tarik dari planet, sehingga berkumpul mengelilingi Saturnus dan kemudian tampak seperti cincin. Bongkahan ini tak terhitung jumlahnya dan tersebar tidak beraturan di sekeliling planet.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa cincin milik Saturnus terbentuk setelah kehancuran sebuah bulan yang puing-puingnya kemudian membentuk cincin. Para astronom belum dapat menentukan teori mana yang paling tepat dengan sejarah terbentuknya cincin Saturnus.
Cincin Saturnus terdiri dari lapisan cincin membuat para astronom harus menamai lapisan-lapisan ini agar mudah diidentifikasi. Cincin Saturnus tidak diam melainkan berputar.
Jari-jari atau spokes ini muncul melintasi cincin dalam selang waktu tertentu dan akan menghilang. Uniknya, waktu kemunculannya tidaklah tetap dan berbeda-beda tergantung lamanya sinar matahari menyinari cincin tersebut.
Hal ini pertama kali terlihat oleh pesawat luar angkasa, Voyager yang saat itu hendak memotret cincin Saturnus.
(Tifani)