Menyibak Potensi Terpendam, Mount Elizabeth Novena Hospital Pekerjakan Penyandang Autisme

1 week ago 29

Liputan6.com, Singapura Penyandang disabilitas termasuk autisme memiliki potensi di dunia kerja termasuk dalam sektor kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh Mount Elizabeth Novena Hospital (MNH) di Singapura.

Hingga kini, rumah sakit yang dibuka secara resmi pada 1 Juli 2012 telah mempekerjakan 8 penyandang autisme.

“Ada delapan dari mereka (penyandang autisme) di sini,” kata Chief Executive Officer Mount Elizabeth Novena Hospital, Sherrie Lim, kepada Disabilitas Liputan6.com, Senin (9/12/2024).

Sebelumnya, Sherrie menunjukkan maket bangunan MNH yang dibuat dengan susunan lego. Maket ini menjadi penanda kolaborasi antara MNH yang merupakan bagian dari IHH Healthcare Singapore dengan Autism Resource Centre (ARC) Singapura.

Kedua pihak menandatangani nota kesepahaman bertajuk “Care for Good” sebagai dukungan untuk mendorong penerimaan penyandang autisme di masyarakat sejak tahun 2019. Kerja sama dilakukan guna mengidentifikasi dan melatih individu dengan spektrum autisme untuk pekerjaan yang sesuai di rumah sakit tersebut.

Pada 2 Oktober 2022, Rumah Sakit Mount Elizabeth mengadakan jalan amal "Walk for Good" sebagai bagian dari kampanye penggalangan dana untuk mendukung ARC dan penerima manfaat dengan spektrum autisme. Lebih dari 250 peserta menghadiri jalan sehat sejauh 8,2 km.

Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Singapura saat itu, Mdm Halimah Yacob. Ia menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman untuk kerja sama tiga tahun antara IHH Singapura dan ARC untuk memberikan pelatihan dan mendukung pekerjaan bagi individu dengan autisme dalam perawatan kesehatan.

Peneliti dari Universitas Michigan berencana untuk mempelajari anak-anak yang memiliki gangguan ekstrim autisme dalam mendeteksi bahaya di jalan.

Posisi Penyandang Autisme di Rumah Sakit

Menurut Sherrie, kerja sama antara ARC dengan IHH Healthcare Singapore merupakan projek spesial sebagai penanda hari jadi ke-10.

“Ini adalah projek spesial dengan penyandang autisme di hari jadi kami yang ke-10, kami ingin lebih inklusif. Jadi untuk lebih inklusif dari sisi pekerja, kami bekerja sama dengan ARC untuk melatih penerima manfaat untuk bekerja di sini,” tera Sherrie.

Dia menambahkan, para penyandang autisme diberi kepercayaan untuk bekerja sebagai penyortir obat-obatan guna memastikan tanggal kedaluwarsa, menyelesaikan perbedaan data, hingga memastikan film X-ray dimasukkan ke dalam amplop yang sesuai dengan data pasien.

“Orang-orang seperti mereka sangat tepat (dalam menyamakan data).”

Mengecek Peralatan Operasi dan Amplop Film Radiologi

Tak henti di situ, pekerja autisme juga dilatih untuk bekerja di bagian ruang operasi (operating theatre/OT).

“Yang mereka lakukan adalah mengecek semua inventaris OT kami. Ketika dokter selesai melakukan operasi, mereka bertugas memastikan semua alat kembali ke tempat semula.”

Peran lainnya berkaitan dengan radiologi. Usai pemeriksaan radiologi maka hasil berupa film perlu dimasukkan ke dalam amplop yang sesuai dengan nama pasien.

Tugas penyandang autisme adalah memastikan bahwa film-film tersebut masuk ke dalam amplop yang seharusnya.

“Karena kadang-kadang film tak sesuai dengan nama di amplop.”

Memastikan Obat-Obatan Masuk ke Dalam Kemasan yang Tepat

Tak henti di situ, peran lain penyandang autisme di RS tersebut adalah memastikan pil dan obat-obatan masuk ke dalam kemasan yang tepat.

“Jadi, pasien punya banyak obat yang perlu diminum, dua tablet di sana, satu tablet di sini, dengan dosis masing-masing. Paket obat bisa dikonsumsi pasien tanpa khawatir, tapi kita perlu orang untuk memastikan mesin pengemas mengemas nomor yang tepat, jadi mereka (penyandang autisme akan mengecek itu.”

Sherrie tak memungkiri bahwa ini tidak mudah lantaran penyandang autisme sangat mudah terganggu oleh bising sehingga pihaknya memastikan untuk menempatkan mereka di lingkungan yang tepat.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |