Jepang Krisis Beras, Mulai Lepas 210 Ribu Ton Stok Cadangan

1 week ago 22

Liputan6.com, Tokyo - Nasi hampir selalu hadir dalam setiap hidangan di Jepang, digunakan untuk membuat sushi, diolah menjadi makanan manis, difermentasi menjadi alkohol, dan dipersembahkan kepada roh-roh dalam upacara keagamaan. Ada setidaknya enam definisi dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan beras, mulai dari yang masih belum dikupas hingga yang siap saji, yaitu ine, momi, genmai, hakumai, musenmai, dan gohan.

Saking populernya, McDonald's di Jepang bahkan menambahkan roti burger yang terbuat dari nasi ke dalam menu mereka.

Namun, ketergantungan yang begitu besar pada bahan pokok ini membuat Jepang – yang merupakan ekonomi terbesar keempat di dunia – rentan terhadap gangguan pasokan sekecil apa pun. Dalam beberapa tahun terakhir, kombinasi cuaca buruk, gelombang panas, dan ancaman topan serta gempa telah memicu aksi pembelian panik di negara dengan 124 juta penduduk ini. Demikian seperti dilansir CNN.

Situasi ini menjadi sangat mendesak, sehingga pemerintah mengumumkan pada Februari bahwa mereka akan melepas 210.000 ton beras – lebih dari seperlima dari cadangan yang mereka miliki – untuk dilelang. Karung-karung beras cadangan pertama kini telah dijual di supermarket. Cadangan beras ini dibangun oleh pemerintah pada tahun 1995, dua tahun setelah musim panas yang tidak terduga menyebabkan kerusakan pada hasil panen beras, memaksa Jepang mengimpor beras.

Pemerintah juga menggunakan cadangan tersebut setelah gempa dan tsunami 2011 yang menewaskan atau menyebabkan hilangnya 20.000 orang dan lagi setelah gempa mematikan di Kumamoto pada 2016.

Negara-negara lain di Asia, seperti India, Vietnam, dan Thailand, yang sama mengandalkan beras sebagai bahan pokok, juga memiliki cadangan beras untuk melindungi populasi mereka dari kekurangan pasokan dan kenaikan harga.

Beras Berkualitas

Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang menyebutkan batch pertama sebanyak 150.000 ton beras dilelang bulan lalu. 

"Harga sekarang sangat tinggi," kata Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Taku Eto menjelang lelang.

"Tapi saya minta semua orang untuk tidak khawatir," ujarnya, menambahkan bahwa dia memperkirakan pemasokan beras ke pasar akan membuat harga akhirnya turun.

Eto mengaitkan kenaikan harga belakangan ini dengan masalah rantai pasokan dengan mengatakan bahwa sebenarnya beras cukup tersedia di sistem, hanya saja gagal sampai ke rak-rak supermarket tanpa menjelaskan penyebabnya.

Pada Rabu (2/4), Trial Holdings, yang menjalankan jaringan supermarket diskon di Kyushu, mengonfirmasi kepada CNN bahwa batch pertama beras yang dilelang telah sampai di rak beberapa toko mereka.

Namun, di negara yang sangat memperhatikan kualitas beras ini – dengan berbagai prefektur yang saling bersaing untuk mendapatkan gelar beras terbaik di negara itu – beberapa orang mengatakan mereka lebih memilih untuk melewatkan batch ini, skeptis terhadap kualitas beras tersebut.

"Saya tidak berniat membelinya karena saya mendengar ini adalah beras lama. Saya tetap sangat selektif soal beras," jelas Emi Uchibori (69), seorang ibu rumah tangga, kepada CNN.

Uchibori mengisahkan dia sudah menyetok persediaan beras pada awal Maret setelah membaca tentang kenaikan harga dan berharap persediaannya cukup sampai harga beras turun.

"Tapi sepertinya harga tidak akan kembali seperti semula," tutur Uchibori.

Yuko Takiguchi (53), seorang pekerja paruh waktu, mengungkapkan dia akan melewatkan beras yang dilelang tersebut kecuali jika harganya turun secara signifikan.

Dia mengatakan dia tidak keberatan membayar lebih untuk beras berkualitas karena harga tepung juga telah naik, yang turut meningkatkan biaya bahan makanan lainnya seperti roti, udon, dan pasta.

"Saya lebih suka beras sebagai makanan pokok karena lebih mengenyangkan. Selain itu, karena saya memiliki anak usia sekolah, beras sangat penting untuk kotak makan siang mereka," imbuhnya.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |