Liputan6.com, Beijing - China pada Minggu (1/6/2025) mengecam Menteri Pertahanan Amerika Serikat (Menhan AS) Pete Hegseth karena menyebut negaranya sebagai ancaman.
Kementerian Luar Negeri China menyatakan Hegseth mencemarkan nama baik negaranya dengan fitnah yang dia lontarkan dalam Shangri-La Dialogue, sebuah konferensi keamanan global yang berlangsung di Singapura pada 30 Mei -1 Juni. Pernyataan China menyebut pula AS memprovokasi konflik dan konfrontasi di kawasan.
"Hegseth sengaja mengabaikan seruan perdamaian dan pembangunan dari negara-negara di kawasan dan justru mengusung mentalitas Perang Dingin demi konfrontasi blok," demikian isi pernyataan China, merujuk pada rivalitas pasca-Perang Dunia II antara AS dan Uni Soviet seperti dilansir AP.
"Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang pantas disebut sebagai kekuatan hegemonik selain AS sendiri."
Dalam pidatonya di Singapura pada Sabtu (31/5), Hegseth mengatakan bahwa AS akan memperkuat pertahanannya di luar negeri untuk menghadapi apa yang oleh Pentagon disebut sebagai ancaman yang berkembang pesat dari China, terutama sikap agresifnya terhadap Taiwan.
"Militer China sedang berlatih untuk pertarungan nyata," kata Hegseth. "Kami sampaikan apa adanya — ancaman dari China itu nyata. Dan bisa jadi segera terjadi."
Peringatan China soal Taiwan
China menegaskan bahwa perkara Taiwan adalah urusan internalnya dan AS sebaiknya tidak bermain api dengan isu ini.
Lebih lanjut, China menuduh AS telah menempatkan senjata ofensif di Laut China Selatan, memperkeruh keadaan dengan mengobarkan api konflik, menciptakan ketegangan di kawasan Asia-Pasifik, dan menjadikan wilayah tersebut seperti tong mesiu yang sewaktu-waktu bisa meledak.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan China Zhang Xiaogang melabeli pernyataan Hegseth sebagai provokasi dan mendistorsi posisi kebijakan China.
Eskalasi akibat perang dagang antara kedua raksasa ekonomi dunia ini semakin diperparah setelah AS menyatakan pada Rabu (28/5) bahwa mereka akan mulai mencabut visa bagi mahasiswa China yang belajar di wilayahnya.
"Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, Kementerian Luar Negeri AS akan bekerja sama dengan Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS untuk secara agresif mencabut visa bagi mahasiswa China, termasuk mereka yang memiliki kaitan dengan Partai Komunis China atau yang sedang menempuh studi di bidang-bidang krusial. Kami juga akan merevisi kriteria visa guna memperketat pemeriksaan terhadap semua permohonan visa dari Republik Rakyat China dan Hong Kong di masa mendatang," demikian pernyataan singkat Menlu Rubio dengan tajuk 'New Visa Policies Put America First, Not China' seperti dikutip dari situs web resmi Kementerian Luar Negeri AS.