Anak Autis Sering Salah Didiagnosis Tuli, Pahadal Sulit Memproses Informasi Sensorik

3 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang tua bingung membedakan autisme dan tuli pada anak karena beberapa gejala yang mirip. Autisme, atau Gangguan Spektrum Autisme (GSA), adalah gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Sementara itu, tuli merupakan gangguan pendengaran yang dapat bervariasi tingkat keparahannya.

Dalam penelitian Using Visual Supports to Facilitate Audiological Testing for Children With Autism Spectrum Disorder yang ditulis oleh Haley McTee dari University of Colorado Boulder, AS, Satu dari 59 anak dengan gangguan pendengaran adalah penyandang gangguan spektrum autisme (ASD). Dua masalah ini kerap sulit dibedakan oleh orangtua.

Salah satu gejala autisme yang seringkali membingungkan adalah ketidakresponsifan terhadap panggilan, seolah-olah anak tersebut tuli. Namun, ini disebabkan oleh kesulitan pemrosesan informasi sensorik, bukan gangguan pendengaran. Anak dengan tuli sesungguhnya akan mengalami kesulitan mendengar suara pada berbagai frekuensi.

Meskipun berbeda, autisme dan tuli bisa terjadi bersamaan. Studi menunjukkan prevalensi gangguan pendengaran lebih tinggi pada anak autis dibanding populasi umum. Oleh karena itu, diagnosis tepat dan penanganan terpadu sangat penting untuk memaksimalkan potensi perkembangan anak.

Berawal melihat teman-teman tuli kesulitan mendapatkan pekerjaan, tiga sekawan yakni Putri, Adhika, dan Erwin, tergerak hatinya untuk membuka peluang usaha yang dapat memberdayakan teman tuli. Sambil bekerja, mereka juga bisa mengajarkan bahasa isyar...

Memahami Perbedaan Autisme dan Tuli

Baik anak autis maupun anak tuli mungkin menunjukkan ketidakresponsifan terhadap panggilan. Namun, anak autis mungkin merespon suara lain yang menarik perhatiannya, sementara anak tuli tidak.

Melansir Verywell Health, beberapa anak dapat memiliki gangguan pendengaran bawaan (saat lahir), dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi pada masa kanak-kanak. Orangtua mungkin melihat tanda-tanda masalah pendengaran meskipun anak tidak menunjukkan keluhan sulit mendengar.

Keterlambatan bicara juga bisa terjadi pada kedua kondisi ini, tetapi penyebab dan penanganannya berbeda. Pada autisme, keterlambatan bicara terkait dengan gangguan perkembangan neurologis, sedangkan pada tuli, keterlambatan bicara disebabkan oleh kesulitan mendengar.

Kurangnya kontak mata juga bisa menjadi gejala yang membingungkan. Anak autis sering menghindari kontak mata, sementara anak tuli mungkin tidak menunjukkan kontak mata karena kesulitan memahami konteks percakapan. Perbedaan ini penting untuk diperhatikan dalam proses diagnosis.

Gejala yang Membingungkan

Ketidakresponsifan terhadap panggilan seringkali menjadi tanda awal yang membuat orang tua bingung. Anak autis mungkin tampak mengabaikan panggilan, tetapi sebenarnya mengalami kesulitan memproses informasi auditori. Anak tuli, di sisi lain, benar-benar tidak mendengar panggilan tersebut.

Keterlambatan bicara merupakan gejala lain yang umum pada kedua kondisi. Namun, pada autisme, keterlambatan bicara seringkali disertai dengan gangguan komunikasi nonverbal lainnya. Pada tuli, keterlambatan bicara disebabkan oleh kurangnya paparan terhadap bahasa lisan.

Kurangnya kontak mata dapat terjadi pada anak autis karena kesulitan dalam interaksi sosial. Pada anak tuli, kurangnya kontak mata mungkin disebabkan oleh kesulitan memahami percakapan tanpa melihat ekspresi wajah.

Diagnosis dan Penanganan Autisme dan Tuli

Diagnosis autisme dan tuli memerlukan evaluasi komprehensif oleh profesional kesehatan. Pemeriksaan pendengaran menyeluruh sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan tuli. Evaluasi autisme melibatkan observasi perilaku, wawancara dengan orang tua, dan tes perkembangan.

Penanganan autisme dan tuli berbeda. Terapi wicara, terapi okupasi, dan terapi perilaku merupakan intervensi umum untuk autisme. Penanganan tuli mungkin melibatkan alat bantu dengar, implan koklea, dan terapi wicara khusus untuk anak tuli.

Jika anak didiagnosis dengan autisme dan tuli, penanganan terpadu yang mempertimbangkan kedua kondisi tersebut sangat penting. Pendekatan holistik akan memastikan anak menerima dukungan yang dibutuhkan untuk perkembangan optimalnya.

Tanda-Tanda Gangguan Pendengaran dan Autisme pada Anak

Beberapa tanda gangguan pendengaran pada anak meliputi: tidak bereaksi terhadap suara, keterlambatan bicara, salah mengucapkan kata, mengabaikan orang yang berbicara, masalah perilaku, dan menggunakan perangkat audio dengan volume tinggi. "Jika anak mengalami salah satu masalah ini, buatlah janji bertemu dokter anak dan diskusikan tentang tanda yang terlihat pada anak," mengutip tulisan yang ditinjau ulang ahli telinga hidung tenggorok (THT) dari Drexel University, AS, Benjamin F. Asher, MD di Verywell Health

Sementara itu, tanda-tanda autisme pada anak meliputi: kurangnya kontak mata (meski anak tuli juga mungkin menunjukkan ini), echolalia (pengulangan kata), keterlambatan bahasa, kesulitan keterampilan sosial, dan isolasi sosial. Perbedaannya terletak pada konteks dan pola perilaku yang menyertainya.

Penting untuk diingat bahwa ada tumpang tindih antara perilaku anak autis dan anak tuli, sehingga diagnosis yang akurat sangat krusial. "Ada tumpang tindih antara perilaku masa kanak-kanak penyandang autisme dan perilaku gangguan pendengaran, sehingga sulit membedakan kondisinya." 

Mengatasi Tantangan Diagnosis dan Penanganan Gabungan

Anak-anak dengan gangguan pendengaran memiliki insiden keterlambatan perkembangan yang lebih tinggi, termasuk autisme. Jika anak didiagnosis mengalami gangguan pendengaran, orang tua perlu memperhatikan gejala perilaku lain yang mungkin mengindikasikan autisme.

Tanda-tanda autisme yang mungkin muncul bersamaan dengan gangguan pendengaran meliputi: kurangnya minat pada orang lain, kesulitan mengenali ekspresi wajah, emosi yang tidak normal, fiksasi pada perilaku berulang, keterlambatan kognitif, agitasi, dan gerakan berulang. "Bicarakan dengan dokter anak Anda tentang perilakunya dan apakah diperlukan evaluasi selain gangguan pendengarannya."

Gangguan pendengaran pada anak autis bisa disebabkan oleh faktor genetik, masalah perkembangan, atau masalah struktural. Meskipun ada hubungan antara kedua kondisi, anak autis juga bisa mengalami gangguan pendengaran setelah infeksi telinga atau trauma kepala. Penanganan yang tepat harus mempertimbangkan kedua kondisi tersebut secara komprehensif.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |