Ingat Pesan Paus Fransiskus: Hormati Martabat Penyandang Disabilitas

2 days ago 8

Liputan6.com, Jakarta Paus Fransiskus semasa hidup kerap menyebarkan kesadaran inklusi disabilitas kepada jemaat gereja.

Seperti yang ia lakukan pada peringatan Hari Disabilitas Internasional pada 2022. Ia menyambut sekelompok penyandang disabilitas dari Italia di Vatikan.

“Menyambut penyandang disabilitas dan menanggapi kebutuhan mereka adalah tugas masyarakat sipil dan gerejawi,” kata Paus Fransiskus dalam audiensi pada hari Sabtu, 3 Desember 2022 mengutip Vatican News, Selasa (22/4/2025).

Paus mengapresiasi komitmen berkelanjutan dari komunitas Gereja di Italia karena telah memerhatikan penyandang disabilitas secara terus-menerus.

“Mempromosikan pengakuan atas martabat setiap orang adalah tanggung jawab gereja yang perlu terus berlanjut.”

Ketika gereja komunitas Kristen memenuhi hak yang sama bagi semua jemaat termasuk penyandang disabilitas, maka mereka tersebut telah memenuhi misi kenabian.

“Setiap kali komunitas Kristen mengubah ketidakpedulian menjadi kedekatan, dan pengucilan menjadi rasa memiliki, komunitas tersebut memenuhi misi kenabiannya.”

“Setiap pria dan wanita, dalam kondisi apa pun, tidak hanya memiliki hak-hak yang harus diakui dan dijamin, tetapi juga kebutuhan yang lebih dalam. Seperti kebutuhan untuk memiliki, untuk berhubungan dan untuk mengembangkan kehidupan rohaninya sehingga dapat mengalaminya sepenuhnya dan bersyukur pada Tuhan atas karunia yang unik dan luar biasa ini,” ucap Pope Francis.

Paus Fransiskus mengunjungi susteran Alma di Dili, Timor Leste. Susteran Alma ini didirikan khusus untuk merawat anak-anak disabilitas hingga anak terlantar.

Ajak Jemaat Hilangkan Diskriminasi

Paus Fransiskus juga mengajak umat Katolik menciptakan dan mendukung komunitas yang inklusif.

“Mendukung komunitas inklusif berarti menghilangkan semua diskriminasi dan secara konkret memenuhi kebutuhan setiap orang untuk merasa diakui dan merasa menjadi bagian dari masyarakat.”

Hal ini berarti tidak hanya menjamin akses bagi penyandang disabilitas terhadap gedung dan tempat pertemuan, menyediakan akses terhadap bahasa, dan mengatasi hambatan fisik serta prasangka. Tetapi juga mempromosikan “spiritualitas persekutuan, sehingga setiap orang merasa menjadi bagian dari satu tubuh, dengan kepribadiannya yang tak tergantikan.”

Bangun Persaudaraan dengan Nilai Inklusi

Lebih lanjut, Paus menyatakan bahwa tidak ada inklusi jika tak terjalin persaudaraan.

“Tidak ada inklusi jika pengalaman persaudaraan dan persekutuan bersama tidak ada. Tidak ada inklusi jika tetap menjadi (sekadar) slogan dalam pidato-pidato politis. Tidak ada inklusi jika tidak ada pertobatan dalam praktik hidup berdampingan.”

Paus Fransiskus pun menyatakan keinginannya agar "kepemilikan" dan "inklusi" menjadi tujuan tindakan pastoral dan bukan sekadar kata-kata kosong.

“Dengan cara ini, kita akan dapat dipercaya ketika kita mewartakan bahwa Tuhan mengasihi semua orang, bahwa Dia adalah keselamatan bagi semua orang dan mengundang semua orang ke meja kehidupan, tidak ada yang dikecualikan.”

Kepergian Paus Fransiskus

Paus Fransiskus meninggal dunia di usia 88 pada Senin, 21 April 2025. Berita duka ini disampaikan Kardinal Kevin Farrel dalam sebuah pidato.

"Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan mendalam saya harus mengumumkan Bapa Suci kita, Fransiskus, pukul 7:35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” kata Kevin mengutip AP.

Penyebab meninggalnya Paus Fransiskus diumumkan karena stroke, yang kemudian diikuti oleh koma dan gagal jantung.

Laporan resmi ini dikeluarkan oleh Direktur Direktorat Kesehatan dan Kebersihan Negara Kota Vatikan Dr. Andrea Arcangeli dan dipublikasikan oleh Kantor Pers Takhta Suci pada Senin (21/4/2025) malam.

Berdasarkan laporan medis, Paus Fransiskus memiliki riwayat gagal napas akut akibat pneumonia ganda yang disebabkan oleh berbagai mikroba, bronkiektasis multipel, hipertensi, dan diabetes tipe II. Demikian seperti dilansir kantor berita Vatican News.

Kematian Paus Fransiskus dipastikan melalui pemeriksaan thanatografi elektrokardiografik.

"Dengan ini saya menyatakan bahwa penyebab kematian, berdasarkan pengetahuan dan penilaian medis saya, adalah sebagaimana disebutkan di atas,” tulis Dr. Arcangeli.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |