Atlet Disabilitas Mengaku Diusir dari Mes NPCI Kabupaten Bekasi, Gaji Tak Dibayarkan Hampir 3 Bulan

1 week ago 23

Liputan6.com, Jakarta Atlet disabilitas mengaku diusir dari mes National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Rabu, 11 Juni 2025.

Dalam video viral, beberapa atlet terlihat membawa koper dan ransel di tepi jalan raya setelah keluar dari mes atlet, Villa Putra Cakung, Desa Sukaasih, Kecamatan Sukatani.

Salah satu atlet NPCI Kabupaten Bekasi, Indah Permatasari, mengungkap alasan di balik terusirnya ia dan rekan-rekannya dari mes.

“Kenapa kita dikeluarkan dari mes? Karena kita tidak ada pemanggilan di SK (surat ketentuan) sebagai atlet NPCI Kabupaten Bekasi, karena perihal kita meminta hak kita,” ujar Intan kepada wartawan, dikutip Rabu (18/6/2025).

Perempuan 25 tahun itu mengatakan bahwa para atlet mencoba menagih hak gaji mereka yang belum dibayarkan selama dua bulan dan hanya dibayarkan sejumlah satu bulan.

“Kemarin hari Kamis kita ke kantor NPCI Kabupaten Bekasi meminta hak kita, gaji kita yang dua bulan nggak dikasih sekarang udah jalan tiga bulan. Kita dikasih cuma satu bulan, lah kita menanyakan kenapa cuma dikasih satu bulan mereka tidak ada alasan apapun,” papar Intan.

“Perihal kita tidak ada di SK pemanggilan itu, alasannya karena katanya kita dihukum, kita juga nggak tahu dihukum karena apa, cuma menyuarakan hak-hak kita sebagai atlet NPCI Kabupaten Bekasi,” imbuhnya.

Sejumlah atlet disabilitas yang tergabung dalam NPCI diusir dari mess atlet di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Ancaman dan Intimidasi di NPCI Kabupaten Bekasi

Intan mengungkap, sebelumnya kejadian seperti ini tak pernah terjadi lantaran ada ancaman dan intimidasi sehingga para atlet takut untuk bersuara.

“Sebelumnya sih belum (pernah terjadi), karena atlet-atlet itu mungkin ingin bersuara tapi mereka takut nama mereka dicoret dari SK, diancam atau diintimidasi, karena mungkin banyak yang pada mencari nafkah di NPCI Kabupaten Bekasi,” paparnya.

“Ya seperti banyak yang punya keluarga atau punya orangtua yang harus dia nafkahi tapi mereka pun ingin bersuara atau ingin berkoar tapi mereka takut. Ancamannya kalau berkoar atau protes dan tidak suka dengan kepengurusan yang sekarang silakan keluar dan cari NPCI lain.”

Sementara, Intan menilai bahwa kepengurusan NPCI Kabupaten Bekasi saat ini terlalu kejam dan tak memihak pada penyandang disabilitas.

“Kalau menurut saya sebagai atlet dan mewakili teman-teman saya, terlalu kejam tidak mempunyai hati, kemanusiaan terhadap disabilitas. Sedangkan, kita sudah mengharumkan nama baik NPCI, Kabupaten Bekasi sampai mengharumkan nama baik Indonesia dan Jawa Barat,” ujar Intan.

Atlet Berprestasi dan Mengharumkan nama NPCI

Intan yang merupakan penyandang disabilitas fisik adalah atlet cabang olahraga atletik dan lempar lembing.

Ia bergabung di NPCI Kabupaten Bekasi sejak 2020 dan telah mengikuti berbagai ajang hingga membawa pulang tiga medali emas.

“Saya pernah ikut di Peparda Tahun 2022, saya meraih medali 3 emas. Kemarin saya sempat ikut Peparnas di Solo. Cabang olahraga yang saya ikutkan kemarin itu atletik, lempar lembing, cakram, dan peluru,” katanya.

Usai didepak dari mes, hingga kini Intan dan teman-temannya tak mendapat kepastian apapun dari NPCI Kabupaten Bekasi.

“Setelah kita diusir atau tidak dipanggil, tidak ada respons apapun. Sampai sekarang pun kita tidak ada kejelasan, kita masih atlet NPCI Kabupaten Bekasi atau bukan sampai sekarang belum ada kejelasan,” katanya.

Respons NPCI Kabupaten Bekasi

Menanggapi kasus viral ini, Humas NPCI Kabupaten Bekasi, Abdul Rouf, menjelaskan bahwa pihaknya tidak mengusir para atlet melainkan hanya tidak memanggil lantaran adanya kebijakan degradasi dan nihilnya ajang olahraga di 2025.

“Terkait beredarnya video viral itu, perlu kita tekankan bahwa kita itu dalam masa libur pada waktu itu dan pemanggilan atlet itu baru tanggal 9 Mei. Teman-teman bukan dalam artian diusir tapi mereka adalah orang-orang yang tidak terpanggil, akhirnya mereka mengambil barang-barang mereka untuk pulang ke rumahnya masing-masing,” kata Abdul.

“Dan itu dijadikan bahan gorengan bahwa mereka diusir, tidak ada dari pengurus yang mengatakan mengusir teman-teman,” tambahnya.

Secara total, lanjut Abdul, atlet yang tidak dipanggil jumlahnya hampir 40 orang. Mengingat ada beberapa aturan terbaru dari NPCI bahwa beberapa nomor tanding di event selanjutnya tidak dipertandingkan. Salah satunya cabang yang dimainkan para atlet tuna rungu wicara (TRW).

Abdul tak memungkiri bahwa 40 orang yang tidak dipanggil bukan hanya TRW, tapi juga atlet disabilitas fisik.

“Ada yang daksa ada yang tuna rungu tapi ada dua kriteria (tidak dipanggil), yang pertama indisipliner dan yang kedua adalah promosi degradasi. TRW termasuk degradasi karena sudah tidak dipertandingkan, tidak mungkin kita bina karena memang sudah tidak ada nomor tandingnya menurut aturan pusat.”

Abdul mengatakan, atlet yang tidak dipanggil tahun ini masih memiliki kemungkinan untuk dipanggil tahun depan. Khusus tahun ini, mengingat nihilnya ajang olahraga, maka degradasi atlet pun dilakukan.

Terkait intimidasi, Abdul mengatakan bahwa jika memang ada ancaman maka perlu ada bukti.

“Butuh bukti, ada nggak bukti chat atau bukti suara atau bukti rekaman yang mengatakan bahwa kami mengintimidasi mereka, saya yakin tidak ada.”

Sedangkan, terkait gaji yang tidak dibayarkan selama hampir tiga bulan, Abdul memberi jawaban lain.

“Untuk gaji itu biasanya kita membayarkan setelah bulan habis. Untuk bulan Mei dibayarkan bulan Juni. Nanti bulan Juni setelah selesai baru kita bayarkan bulan Juli, seperti itu,” pungkasnya.

Foto Pilihan

Pengunjung melihat-lihat sejumlah karya lukis yang dipamerkan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, Selasa (20/5/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article