Liputan6.com, Jakarta Skoliosis adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelengkungan abnormal pada tulang belakang. Kelainan ini menyebabkan tulang belakang melengkung ke samping, membentuk huruf "C" atau "S". Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, namun lebih sering didiagnosis pada anak-anak dan remaja.
Menurut dr. Nicko Perdana Hardiansyah, Sp.OT (K) Spine, Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi, "Pasien Skoliosis yang paling sering datang ke dokter itu sebenarnya yang jenisnya idiopatik skoliosis." Ditambahkan Konsultan Tulang Belakang RS EMC Pulomas ini, melansir situs EMC.id Kamis (26/6/2025), "dikatakan idiopatik artinya penyebabnya sampai sekarang kita enggak pernah tahu, bukan karena kebiasaan seperti duduk terlalu lama atau lainnya."
Meskipun penyebab pasti skoliosis seringkali tidak diketahui (idiopatik), terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kondisi ini. Faktor-faktor ini meliputi riwayat keluarga dengan skoliosis, kelainan bawaan lahir, gangguan neuromuskular, cedera atau infeksi tulang belakang, penyakit genetik tertentu, dan degenerasi tulang belakang.
Gejala skoliosis dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Beberapa gejala umum meliputi kelengkungan tulang belakang yang terlihat, bahu atau pinggul yang tidak rata, tulang belikat yang menonjol, tubuh yang condong ke satu sisi, nyeri punggung atau kaki, kekakuan pada punggung, kesulitan berdiri, dan perubahan tinggi badan.
Penyebab Skoliosis yang Perlu Diketahui
Skoliosis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan dalam banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui (skoliosis idiopatik). Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko atau berkontribusi pada perkembangan skoliosis:
- Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan skoliosis meningkatkan kemungkinan seseorang mengalaminya.
- Kelainan Bawaan Lahir (Skoliosis Kongenital): Masalah perkembangan tulang belakang selama masa janin.
- Gangguan Neuromuskular: Kondisi seperti cerebral palsy atau distrofi otot dapat menyebabkan skoliosis.
- Cedera atau Infeksi Tulang Belakang: Trauma atau infeksi dapat merusak tulang belakang dan menyebabkan kelengkungan.
- Penyakit Genetik Tertentu: Sindrom Marfan dan sindrom Down dikaitkan dengan peningkatan risiko skoliosis.
- Degenerasi Tulang Belakang (Skoliosis Degeneratif): Terjadi pada orang dewasa akibat penuaan dan ausnya sendi tulang belakang.
Penting untuk dicatat bahwa duduk terlalu lama atau kebiasaan menyilangkan kaki saat duduk tidak secara langsung menyebabkan skoliosis. Namun, posisi duduk yang buruk dalam jangka panjang dapat memperburuk kondisi skoliosis yang sudah ada.
"Namun memang kalau ada tendensi skoliosis punggungnya bengkok, maka posisi duduk salah dalam jangka panjang itu bisa jadi faktor risiko, membuat sudutnya tambah berat," jelas Nicko.
Gejala Skoliosis yang Perlu Diwaspadai
Gejala skoliosis dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kelengkungan tulang belakang. Beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai meliputi:
- Kelengkungan Tulang Belakang yang Kasat Mata: Punggung terlihat melengkung ke samping.
- Bahu Tidak Rata: Satu bahu mungkin terlihat lebih tinggi daripada yang lain.
- Pinggul Tidak Rata: Satu pinggul mungkin lebih menonjol daripada yang lain.
- Tulang Belikat Menonjol: Salah satu tulang belikat mungkin lebih menonjol daripada yang lain.
- Tubuh Condong ke Satu Sisi: Postur tubuh terlihat miring ke satu sisi.
- Nyeri Punggung: Nyeri punggung dapat terjadi, terutama pada kasus yang lebih parah.
- Nyeri Kaki: Nyeri dapat menjalar ke kaki.
- Punggung Kaku: Kekakuan pada punggung dapat terjadi.
- Kesulitan Berdiri: Dalam kasus yang parah, berdiri dapat menjadi sulit.
- Perubahan Tinggi Badan: Pada kasus yang parah dan berlangsung lama, tinggi badan dapat berkurang.
Penting untuk diingat bahwa gejala skoliosis dapat berkembang secara bertahap, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan rutin, terutama pada anak-anak dan remaja.
Pilihan Pengobatan Skoliosis yang Tersedia, Pakai Korset Salah Satu Cara
Pengobatan skoliosis tergantung pada tingkat keparahan kelengkungan, usia pasien, dan adanya gejala. Pilihan pengobatan meliputi:
- Pengamatan: Untuk kasus ringan, dokter mungkin hanya memantau perkembangan kelengkungan secara berkala.
- Penyangga Tulang Belakang (Brace): Digunakan untuk membantu mencegah kelengkungan memburuk, terutama pada anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.
- Terapi Fisik: Latihan tertentu dapat membantu memperkuat otot punggung dan meningkatkan postur tubuh.
- Obat-obatan: Obat pereda nyeri dapat diberikan untuk meredakan nyeri.
- Operasi: Pada kasus yang parah, operasi mungkin diperlukan untuk meluruskan tulang belakang. Jenis operasi bervariasi tergantung pada kondisi pasien.
Penggunaan korset merupakan salah satu metode penanganan skoliosis yang umum digunakan. Korset membantu menahan kelengkungan tulang belakang dan mencegahnya bertambah parah, terutama pada anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.
Menurut dr. Nicko Perdana Hardiansyah, Sp.OT (K) Spine, "Jadi penanganan skoliosis 60-70% kalau datang di usia yang pas terutama yang idiopatik itu penanganannya tergantung sudut sebenarnya. Sudut antara 20 sampai 40 derajat cukup dengan pakai korset saja, tidak perlu operasi."
Kapan Operasi Skoliosis Diperlukan?
Operasi skoliosis biasanya dipertimbangkan untuk kasus yang parah, di mana kelengkungan tulang belakang sudah sangat signifikan dan mengganggu fungsi tubuh. Beberapa indikasi operasi skoliosis meliputi:
- Kelengkungan tulang belakang lebih dari 45 derajat.
- Nyeri punggung yang parah dan tidak responsif terhadap pengobatan konservatif.
- Gangguan pernapasan atau fungsi organ lainnya akibat kelengkungan tulang belakang.
- Perkembangan kelengkungan yang cepat meskipun sudah menggunakan brace.
Tingkat keberhasilan operasi skoliosis sangat tergantung pada fasilitas rumah sakit dan kompetensi tenaga medis. Dengan fasilitas yang lengkap dan tim medis yang berpengalaman, angka keberhasilan operasi skoliosis dapat cukup tinggi.
Proses pemasangan pen untuk meluruskan tulang belakang juga semakin canggih, sehingga risiko komplikasi dapat diminimalkan. Namun, penting untuk diingat bahwa operasi skoliosis tetap merupakan prosedur yang kompleks dan memiliki risiko tertentu. "Proses pemasangan pen untuk meluruskan tulang sudah semakin canggih. Jadi risiko menjadi sangat minimal, bukan berarti nol persen, tapi jadi sangat minimal," tegas Nicko.