Liputan6.com, New York - UNESCO menyerukan perbaikan kualitas gizi dalam program makanan sekolah di seluruh dunia, menyusul laporan terbarunya yang menunjukkan pentingnya peran makanan bergizi dalam mendukung kesehatan dan proses belajar murid.
Dalam laporan berjudul Education and Nutrition: Learn to Eat Well yang diluncurkan pada ajang Nutrition for Growth di Prancis, UNESCO menekankan bahwa meski akses terhadap makanan sekolah terus meningkat, perhatian terhadap kandungan gizi dan bahan makanan yang digunakan masih sangat minim.
"Berkat investasi yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, hampir separuh murid sekolah dasar di dunia kini mendapatkan akses terhadap makanan sekolah. Namun kita perlu melangkah lebih jauh dan melihat apa yang sebenarnya ada di piring mereka," ujar Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, demikian disampaikan dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com dari Kantor PBB di Jakarta, Senin (7/4/2025).
"Fokusnya harus pada keseimbangan makanan dengan bahan segar agar mereka dapat tumbuh dengan baik. Hal ini adalah isu besar dalam bidang kesehatan dan pendidikan," tambah Azoulay.
Laporan tersebut mencatat bahwa sekitar seperempat murid di dunia menerima manfaat dari makanan sekolah pada tahun 2024, dengan cakupan meningkat menjadi 47 persen untuk tingkat sekolah dasar. Studi UNESCO pada 2023 juga menunjukkan bahwa program makanan sekolah mampu meningkatkan angka pendaftaran siswa sebesar 9 persen, kehadiran murid sebesar 8 persen, serta berdampak positif pada hasil belajar.
Namun demikian, kualitas gizi dalam program ini masih perlu perhatian serius. Pada tahun 2022, hampir sepertiga (27 persen) makanan sekolah disusun tanpa konsultasi dengan ahli gizi.
Program makan bergizi gratis memasuki hari ketiga, ribuan porsi makanan dipersiapkan dari salah satu dapur di Palmerah, Jakarta Barat. Namun di tengah gencarnya program makan siang, sejumlah orang tua siswa di Kabupaten Bogor, diliputi kecewa karena ...
Langkah Konkret Pemerintah
Dari 187 negara yang diteliti, hanya 93 negara yang memiliki regulasi, standar, atau pedoman terkait makanan dan minuman di lingkungan sekolah. Bahkan, dari jumlah tersebut, hanya 65 persen yang menerapkan aturan untuk penjualan makanan dan minuman di kantin sekolah, toko makanan, maupun mesin penjual otomatis.
UNESCO juga menyoroti bahwa minimnya pengawasan terhadap kandungan makanan sekolah berkontribusi pada peningkatan angka obesitas pada anak-anak usia sekolah, yang telah lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1990 di banyak negara. Situasi ini semakin diperparah oleh krisis ketahanan pangan global yang kian memburuk.
Sebagai langkah konkret, UNESCO mendorong pemerintah untuk memprioritaskan penyediaan makanan segar dan minim proses di sekolah, sekaligus mengintegrasikan edukasi gizi dalam kurikulum pendidikan.
UNESCO juga berkomitmen mengembangkan alat bantu bagi pemerintah dan tenaga pendidik, termasuk panduan teknis dan program pelatihan, sebagai bagian dari dukungannya terhadap Koalisi Makanan Sekolah—sebuah inisiatif global untuk memastikan setiap anak menerima makanan bergizi selama bersekolah.