Liputan6.com, Tokyo - Presiden Donald Trump mengkritik Jepang yang merupakan sekutu penting Amerika Serikat (AS), dengan menyatakan mereka mendapat keuntungan ekonomi dalam jumlah besar dari hubungannya dengan AS.
Kritik ini muncul saat Menteri Perdagangan Jepang Muto Yoji bersiap mengunjungi AS untuk meminta pengecualian dari tarif baja dan aluminium yang akan diterapkan AS.
"Kami punya hubungan baik dengan Jepang, tapi ada kesepakatan aneh di mana kami harus melindungi mereka, sementara mereka tidak wajib melindungi kami. Mereka juga mendapat keuntungan besar dari kami secara ekonomi. Saya heran, siapa yang buat kesepakatan ini?" ujar Trump pada Kamis (6/3/2025), seperti dikutip dari CNA, Jumat (7/3).
Juru bicara pemerintah Jepang Yoshimasa Hayashi menanggapi ocehan Trump dengan menyatakan Jepang percaya AS akan memenuhi kewajibannya dalam perjanjian keamanan antara kedua negara. Saat ini, sekitar 54.000 personel militer AS ditempatkan di Jepang, terutama di Okinawa.
Sementara itu, menteri ekonomi, perdagangan, dan industri Jepang berharap kunjungannya ke AS akan menghasilkan situasi saling menguntungkan. Dia belum mengonfirmasi waktu kunjungannya.
Trump telah menetapkan tarif 25 persen untuk baja dan aluminium yang akan berlaku mulai Rabu (12/3), tanpa pengecualian.
Muto menekankan pentingnya mempelajari dampak tarif ini.
PM Ishiba: Kontribusi Kami Signifikan
Lebih lanjut, Yoji tidak langsung menyambut positif atau merespons dengan antusias pengumuman Trump tentang rencana Jepang untuk berinvestasi dalam proyek pipa gas alam besar di Alaska.
"Ini adalah masalah yang perlu dipelajari oleh pemerintah dan sektor swasta, terutama dalam hal profitabilitas dan kapan pasokan akan dimulai," tutur Muto.
"Saya berharap dapat mendengar lebih banyak detail tentang proyek ini dari pejabat AS."
Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif sekitar 25 persen pada impor mobil. Kendaraan mewakili hampir sepertiga dari seluruh ekspor Jepang ke AS tahun lalu.
Tanpa menyebut rencana kunjungan Muto, Perdana Menteri Shigeru Ishiba mengatakan kepada parlemen pada Rabu (5/3) bahwa "kontribusi Jepang terhadap ekonomi AS sangat signifikan".
"Karena itu, kami akan menyampaikan keberatan kami kepada Washington dengan tegas, menggunakan pendekatan yang menggabungkan logika dan emosi, terkait tarif ini," imbuhnya.