Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump mengatakan pada Minggu (6/4) bahwa dia tidak akan menghentikan penerapan tarif tinggi terhadap impor dari sebagian besar negara di dunia, kecuali negara-negara terkait menyeimbangkan perdagangan mereka dengan Amerika Serikat (AS). Trump tetap berkomitmen untuk menerapkan tarif ini meskipun langkah tersebut mengguncang pasar keuangan, meningkatkan kekhawatiran tentang resesi, dan mengubah sistem perdagangan global.
Berbicara kepada wartawan di pesawat Air Force One, Trump mengungkapkan bahwa meskipun dia tidak ingin pasar global jatuh, dia tidak khawatir dengan penurunan besar-besaran yang sedang terjadi.
"Kadang-kadang Anda harus minum obat untuk memperbaiki sesuatu," ujar Trump seperti dikutip dari AP.
Komentar Trump muncul di tengah perkiraan bahwa pasar keuangan global akan terus turun tajam ketika perdagangan dibuka kembali pada Senin. Sebelumnya, para pembantu Trump berusaha meredakan kekhawatiran pasar dengan mengatakan bahwa lebih dari 50 negara telah menghubungi untuk memulai negosiasi terkait penghapusan tarif.
"Saya berbicara dengan banyak pemimpin dari Eropa, Asia, dan seluruh dunia," kata Trump. "Mereka sangat ingin membuat kesepakatan. Dan saya katakan, kami tidak akan menerima defisit dengan negara Anda. Kami tidak akan melakukannya, karena bagi saya defisit itu kerugian. Kami akan memiliki surplus atau setidaknya impas."
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan bahwa negosiasi terkait praktik perdagangan yang tidak adil bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat.
"AS harus melihat apa yang ditawarkan negara-negara ini dan apakah itu dapat dipercaya," tambahnya.
Trump, yang menghabiskan akhir pekan di Florida bermain golf, mengunggah, "KITA AKAN MENANG. TETAP KUAT, ini tidak akan mudah."
Sementara itu, anggota kabinet dan penasihat ekonominya pada Minggu membela kebijakan tarif ini dan meremehkan dampaknya terhadap perekonomian global.
"Bukan berarti pasti akan ada resesi. Kita tidak tahu bagaimana pasar akan bereaksi dalam sehari, seminggu," kata Bessent. "Yang kami fokuskan adalah membangun fondasi ekonomi jangka panjang untuk kemakmuran."
Sekutu AS Tak Luput dari Tarif Impor Tinggi
Kebijakan tarif agresif yang diumumkan Trump pada 2 April ini memenuhi salah satu janji kampanye utamanya, yang bertindak tanpa persetujuan Kongres untuk merombak aturan perdagangan global. Langkah ini sudah lama dipersiapkan oleh Trump, yang selama bertahun-tahun mengkritik kesepakatan perdagangan asing yang menurutnya tidak adil bagi AS. Trump bertaruh bahwa para pemilih AS akan rela menghadapi harga barang-barang sehari-hari yang lebih tinggi demi mencapai visinya terhadap ekonomi.
Penasihat ekonomi utama Gedung Putih Kevin Hassett mengakui bahwa negara-negara lain "marah dan membalas", namun dia menambahkan, "Mereka justru datang ke meja perundingan."
Mengutip Kantor Perwakilan Perdagangan AS, Hassett menyatakan bahwa lebih dari 50 negara telah menghubungi Gedung Putih untuk memulai negosiasi.
Menambah kekacauan, tarif baru ini juga memengaruhi sekutu-sekutu AS dan negara lawan, termasuk Israel, yang menghadapi tarif impor 17 persen. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan mengunjungi Gedung Putih dan berbicara dengan Trump pada Senin, dengan kantornya menyatakan bahwa tarif ini akan dibahas bersama dengan isu perang di Jalur Gaza dan masalah lainnya.
Sekutu AS lainnya, Vietnam, yang merupakan pusat manufaktur utama untuk pakaian, juga telah menghubungi pemerintah AS mengenai kebijakan tarif.
Trump mengaku pemimpin Vietnam mengungkapkan dalam percakapan telepon bahwa negaranya ingin mengurangi tarif mereka menjadi nol jika mereka bisa mencapai kesepakatan dengan AS.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga menyatakan ketidaksetujuannya terhadap langkah Trump, namun dia siap menggunakan semua alat, baik negosiasi maupun ekonomi, untuk mendukung bisnis dan sektor-sektor yang mungkin terdampak.
Beda Pendapat Trump dan Musk
Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick menegaskan bahwa penerapan kebijakan tarif tidak akan ditunda.
"Tarif itu akan diterapkan. Tentu saja," katanya, menambahkan bahwa Trump perlu merombak sistem perdagangan global.
Lutnick berkomitmen bahwa tarif ini "pasti" akan bertahan "selama beberapa hari dan minggu."
Elon Musk, yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) di kabinet Trump, sebelumnya tidak banyak berbicara mengenai kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump. Namun, dalam sebuah acara akhir pekan di Italia, Musk menyatakan bahwa dia ingin melihat AS dan Eropa beralih ke "situasi tarif nol", yaitu menghapuskan tarif impor antara kedua wilayah tersebut, sehingga tidak ada lagi pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan antara AS dan Eropa.
Dengan kata lain, Musk mendukung ide perdagangan bebas tanpa tarif antara AS dan Eropa, yang menurutnya akan lebih menguntungkan kedua belah pihak.
Pernyataan dari pemilik Tesla ini mendapatkan respons dari penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro.
"Elon, ketika dia berada di jalur DOGE-nya, luar biasa. Tapi kita harus memahami situasi ini. Kita hanya perlu mengerti. Elon menjual mobil," kata Navarro seraya menambahkan, "Dia hanya melindungi kepentingannya sendiri seperti yang dilakukan oleh pebisnis lainnya."
Trump yang juga tidak setuju dengan pandangan Musk tentang Uni Eropa mengatakan pada Minggu, "Mereka ingin berbicara, tetapi tidak ada pembicaraan kecuali mereka membayar kita banyak uang setiap tahun."