Thailand Dorong Jalur Diplomasi untuk Selesaikan Konflik dengan Kamboja

3 days ago 17

Liputan6.com, Bangkok - Kementerian Luar Negeri Thailand pada Jumat (27/6/2025) mengatakan pihaknya terkejut atas serangan publik yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perdana menteri Thailand dan keluarganya oleh mantan pemimpin berpengaruh Kamboja.

Meski demikian, Thailand tetap menekankan pentingnya jalur diplomasi untuk menyelesaikan sengketa bilateral yang makin memanas.

Dalam siaran langsung di Facebook yang berlangsung lebih dari tiga jam, politikus kawakan Kamboja Hun Sen mengecam Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra atas penanganannya terhadap sengketa perbatasan yang memburuk antara kedua negara bertetangga itu.

Hun Sen, yang memimpin Kamboja hampir empat dekade sebelum mundur pada 2023, juga menyerang ayah Paetongtarn, mantan perdana menteri sekaligus miliarder kontroversial Thaksin Shinawatra, yang hingga baru-baru ini merupakan sekutu dekatnya.

"Ini mengejutkan kami dan ini sungguh luar biasa jika dilihat dari norma-norma diplomatik," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Nikorndej Balankura kepada Reuters seperti dilansir CNA.

"Thailand telah membuka banyak pintu dan saya tegaskan bahwa pintu-pintu ini tetap terbuka bahkan setelah apa yang terjadi pagi ini."

Hun Sen, yang kini menjabat sebagai ketua senat Kamboja namun tetap memiliki pengaruh besar, menuduh Paetongtarn meremehkan dirinya dan putranya, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet.

Tentang Thaksin, yang menghadapi kasus terkait keabsahan masa tinggalnya di rumah sakit yang membuatnya lolos dari hukuman penjara, Hun Sen mengatakan bahwa mantan pemimpin Thailand itu hanya pura-pura sakit.

"Thaksin tidak sakit," kata Hun Sen. "Dia pura-pura sakit."

Sengketa Lama

Paetongtarn berada di bawah tekanan besar di dalam negeri menyusul bocornya rekaman audio percakapan telepon pada 15 Juni antara dirinya dan Hun Sen, di mana dia terdengar sangat hormat kepada Hun Sen dan pada saat bersamaan mengkritik seorang komandan militer Thailand.

Panggilan itu terjadi setelah meningkatnya ketegangan di sepanjang perbatasan yang disengketakan antara kedua negara Asia Tenggara tersebut, di mana seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak singkat dengan pasukan Thailand pada akhir Mei.

Meski Hun Sen secara terbuka mengecam, Thailand tetap berupaya membuka dialog antara kedua menteri luar negeri.

"Kami sedang mencari tempat secepat mungkin agar kedua pihak dapat berbicara," kata Nikorndej. "Berbicara atas nama kementerian luar negeri, kami adalah pendukung kuat penyelesaian damai melalui dialog."

Ketegangan ini dipicu oleh sengketa lama soal sejumlah titik di perbatasan darat sepanjang 817 km yang belum jelas batasnya.

Menyusul ketegangan baru-baru ini, yang juga menyebabkan pengerahan tambahan pasukan di kedua sisi perbatasan, Kamboja mengatakan akan membawa sengketa ini ke Mahkamah Internasional (ICJ).

Thailand tidak mengakui yurisdiksi ICJ, namun telah membentuk tim hukum untuk mempelajari pengajuan Kamboja dan juga telah berbicara dengan anggota Dewan Keamanan PBB guna menggalang dukungan terhadap posisinya, ujar Nikorndej, tanpa menyebutkan siapa saja anggota dewan yang dimaksud.

"Kami melakukan segala cara untuk meyakinkan Kamboja agar mau melakukan pembicaraan bilateral," kata Nikorndej.

Read Entire Article