Liputan6.com, Warsaw - Di tengah meningkatnya kebutuhan akan transportasi massal yang efisien dan ramah lingkungan, Indonesia dapat banyak belajar dari perkembangan teknologi transportasi di Polandia.
Dua perusahaan besar asal negeri Eropa Tengah — PESA dan MEDCOM — membuktikan bahwa inovasi dan investasi jangka panjang dalam teknologi transportasi bisa menjadi solusi nyata untuk mobilitas masa depan.
Dalam kunjungan Liputan6.com ke markas besar PESA di Bydgoszcz dan MEDCOM di Warsawa beberapa waktu lalu, keduanya mengungkap potensi besar bagi kerja sama strategis yang tidak hanya berorientasi pada pembelian produk, tetapi juga pada transfer teknologi dan pembangunan kapasitas nasional, terutama melalui mitra utama di Indonesia, PT INKA.
PESA, Perusahaan Raksasa Kereta Api
Sebagai produsen kereta terbesar di Polandia, PESA telah melayani pasar Eropa selama puluhan tahun, dengan pelanggan besar seperti Deutsche Bahn (Jerman), Trenitalia (Italia), hingga operator kereta di Afrika.
Mereka juga didukung oleh Polish Development Fund, yang memberikan akses pendanaan besar untuk riset dan pengembangan.
Salah satu proyek unggulan yang sedang dikembangkan oleh PESA adalah kereta penumpang berbasis hidrogen — bagian dari visi Eropa menuju transportasi hijau. Prototipe kereta ini ditargetkan rampung pada akhir tahun depan, dan akan melalui fase uji keselamatan serta sertifikasi selama setidaknya satu tahun sebelum masuk tahap komersial.
"Target kami adalah dua tahun ke depan, kereta hidrogen siap dieksploitasi secara penuh," jelas Sales Director PESA Jan Bończyk kepada sejumlah media Indonesia yang berkunjung ke kantornya di Polandia.
Pengembangan Kereta Hidrogen
Sebagai negara kepulauan dengan tantangan geografis unik, Indonesia membutuhkan solusi transportasi yang adaptif dan berkelanjutan. Inilah mengapa kolaborasi dengan PESA menjadi relevan, terlebih di tengah dorongan pemerintah Indonesia terhadap transisi energi bersih dan pembangunan infrastruktur hijau.
Di tengah pengembangan kereta penumpang bertenaga hidrogen, PESA membuka peluang kerja sama teknologi dengan PT INKA dalam pengiriman kereta untuk jalur standar dan pembelian kereta dari INKA untuk jalur sempit, serta transfer teknologi guna menghasilkan produk berkualitas tinggi untuk pasar Indonesia.
Meski komunikasi awal telah dilakukan secara daring, pembicaraan belum berlanjut dalam setengah tahun terakhir.
"Kami siap berbagi teknologi dengan mitra lokal di Indonesia. Jika INKA mampu memproduksi atau merakit rolling stock, mereka adalah mitra yang ideal," ujar Jan.
Medcom, Teknologi Listrik untuk Kereta Api
Menariknya, benang merah kerja sama ini tidak berhenti di level produsen kereta saja.
Medcom, perusahaan Polandia spesialis konverter listrik dan sistem propulsi kereta api, telah lebih dulu menjalin kerja sama konkret dengan PT.INKA.
Mereka telah memasok sistem konverter untuk salah satu jenis kereta produksi INKA dan menyatakan kesiapannya untuk memenuhi seluruh kebutuhan sistem kelistrikan kendaraan masa depan Indonesia.
"INKA sudah bisa melakukan perawatan sistem kami secara mandiri tanpa biaya tambahan atau ketergantungan teknis. Ini bentuk nyata transfer teknologi," jelas perwakilan Medcom dalam wawancara di Warsawa.
Selain menyuplai produk utama seperti propulsion systems dan auxiliary converters, MEDCOM juga membuka peluang besar untuk produksi lokal dan perluasan kerja sama, tergantung pada rencana ekspansi INKA di pasar domestik dan regional.
"Kami bisa melayani 100 persen kebutuhan INKA untuk konverter kendaraan listrik, termasuk jika Indonesia ingin memperluas sistem LRT, MRT, atau kereta regional," tutur Vice President Medcom Piotr Wronski.
Tantangan bagi Indonesia
Dengan pertumbuhan urbanisasi dan kebutuhan mobilitas tinggi, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam membangun sistem transportasi massal yang berkelanjutan, efisien, dan terjangkau.
Kemitraan strategis dengan perusahaan-perusahaan seperti PESA dan MEDCOM membuka jalan menuju percepatan adopsi teknologi listrik dan hidrogen di sektor perkeretaapian.
Namun, kedua perusahaan Polandia ini menekankan bahwa keberhasilan adopsi tidak lepas dari dukungan kebijakan yang kuat.
"Pemerintah perlu memberikan perhatian besar terhadap transportasi publik. Ini adalah cara paling efisien untuk membelanjakan anggaran negara dalam jangka panjang," kata Wronski.