:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5270045/original/085991600_1751372318-20250701-Cuaca_Panas_Prancis-AFP_1.jpg)
1/7
Orang-orang menyegarkan diri di sebuah taman publik selama gelombang panas di Paris, pada 30 Juni 2025. (Ludovic MARIN/AFP)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5270046/original/016676900_1751372319-20250701-Cuaca_Panas_Prancis-AFP_2.jpg)
1/7
Otoritas Prancis menetapkan Paris dalam siaga merah untuk menghadapi cuaca panas yang ekstrem. (Ludovic MARIN/AFP)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5270047/original/045721500_1751372319-20250701-Cuaca_Panas_Prancis-AFP_3.jpg)
1/7
Status ini berlaku sejak Senin 30 Juni 2025 hingga pertengahan pekan ini. (Ludovic MARIN/AFP)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5270048/original/074695500_1751372319-20250701-Cuaca_Panas_Prancis-AFP_4.jpg)
1/7
Imbas suhu ekstrem, Kementerian Pendidikan Prancis mengatakan sekitar 200 sekolah akan ditutup sebagian selama tiga hari ke depan. (Ludovic MARIN/AFP)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5270049/original/004327700_1751372320-20250701-Cuaca_Panas_Prancis-AFP_5.jpg)
1/7
Untuk diketahui, Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa (C3S) mencatat suhu permukaan global pada bulan lalu rata-rata 1,4 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan dengan periode praindustri 1850–1900 atau ketika pembakaran bahan bakar fosil mulai meluas. (Ludovic MARIN/AFP)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5270050/original/032329300_1751372320-20250701-Cuaca_Panas_Prancis-AFP_6.jpg)
1/7
Sementara, para ilmuwan menyebut emisi gas rumah kaca dari pembakaran fosil sebagai penyebab utama perubahan iklim. (Ludovic MARIN/AFP)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5270051/original/065873200_1751372320-20250701-Cuaca_Panas_Prancis-AFP_7.jpg)
1/7
Cuaca panas ekstrem bisa berdampak serius terhadap kesehatan, terutama pada lansia, bayi, serta pekerja luar ruang. (Ludovic MARIN/AFP)