Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian besar yang diterbitkan dalam jurnal medis "The Lancet" mengungkapkan bahwa hampir 60 persen orang dewasa dan sepertiga anak-anak di dunia akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas pada 2050 jika tidak ada tindakan nyata dari pemerintah.
Studi ini menggunakan data dari 204 negara untuk menggambarkan masalah kesehatan global yang semakin mengkhawatirkan.
"Epidemi obesitas yang belum pernah terjadi sebelumnya ini adalah tragedi besar dan kegagalan sosial yang monumental," ujar Emmanuela Gakidou, penulis utama studi dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), yang berbasis di AS, seperti dikutip dari laman Malay Mail, Sabtu (8/3/2025).
Menurut penelitian tersebut, jumlah orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas di seluruh dunia meningkat dari 929 juta pada 1990 menjadi 2,6 miliar pada 2021.
Tanpa perubahan signifikan, para peneliti memperkirakan bahwa pada 2050 jumlah ini akan melonjak menjadi 3,8 miliar orang dewasa—setara dengan hampir 60 persen populasi global.
Krisis ini juga akan memberikan tekanan besar pada sistem kesehatan dunia, terutama karena seperempat dari populasi obesitas pada 2050 diperkirakan berusia di atas 65 tahun.
Anak dan Remaja Terancam
Studi ini juga memprediksi lonjakan 121 persen dalam angka obesitas pada anak-anak dan remaja secara global.
Dua wilayah yang diperkirakan akan menampung sepertiga dari populasi anak obesitas pada 2050 adalah Afrika Utara dan Timur Tengah, serta Amerika Latin dan Karibia.
Menurut Jessica Kerr dari Murdoch Children’s Research Institute di Australia, masih ada harapan untuk mengatasi krisis ini jika ada komitmen politik yang kuat untuk memperbaiki sistem pangan global.
"Diperlukan strategi yang lebih baik untuk meningkatkan nutrisi, aktivitas fisik, dan lingkungan hidup yang sehat. Mulai dari mengurangi makanan olahan hingga menyediakan lebih banyak taman bagi masyarakat," kata Kerr.
Saat ini, lebih dari setengah populasi orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas berasal hanya dari delapan negara, yaitu China, India, Amerika Serikat, Brasil, Rusia, Meksiko, Indonesia, dan Mesir.
Walaupun pola makan buruk dan gaya hidup tidak aktif menjadi faktor utama obesitas, beberapa aspek lain masih menjadi misteri.
Thorkild Sorensen, seorang peneliti dari Universitas Kopenhagen yang tidak terlibat dalam studi ini, mencatat bahwa kelompok sosial ekonomi rendah cenderung mengalami obesitas lebih tinggi, meskipun alasan pastinya masih belum jelas.