Liputan6.com, Jakarta Isu disabilitas di Indonesia mendapat perhatian khusus dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Dominic Jermey. Menurutnya, memajukan kehidupan inklusif bagi penyandang disabilitas adalah prioritas utama.
“Memajukan inklusi para penyandang disabilitas adalah prioritas utama bagi pemerintah Inggris. Kami percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang, terlepas dari hambatan yang mereka hadapi,” kata Dominic dalam acara Breaking Barriers di Jakarta, Kamis (6/12/2024).
Dia menambahkan, Inggris telah lama menjadi pemimpin global dalam praktik-praktik inklusif. Diantaranya inisiatif seperti Equality Act 2010 yang menjadi tolok ukur bagi undang-Undang anti-diskriminasi dan standar aksesibilitas.
“Upaya kami termasuk mendukung pembangunan teknologi pendamping, mengembangkan sistem pendidikan inklusif, dan menciptakan kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas. Seiring perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Inggris-Indonesia, kami akan terus memperkuat kemitraan kami untuk memastikan masa depan yang lebih Inklusif demi kepentingan masyarakat kita,” ujar Jermey.
Dalam kesempatan yang sama, Country Director Indonesia dan Direktur Asia Tenggara di British Council, Summer Xia, mengatakan bahwa inklusi bukan hanya sebuah cita-cita.
“Inklusi sebaiknya lebih dari sekedar akses terhadap pendidikan dan seni, meskipun kedua hal tersebut tetap menjadi fondasi yang penting,” kata Summer Xia.
“Dengan merayakan bakat dan prestasi luar biasa dari komunitas penyandang disabilitas, bertujuan untuk menjadi inspirasi dan membangun masyarakat di mana semua orang memiliki kesempatan untuk berkontribusi, berkembang, dan merasa berharga. Bersama-sama, kita dapat membangun masa depan di mana inklusi bukan hanya sebuah cita-cita, tetapi juga sebuah kenyataan,” tambahnya.
Bertepatan pada Hari Disabilitas Internasional, Liputan6.com meluncurkan Sisi Terang, program baru berupa video dokumenter yang mengangkat beragam tema.
Breaking Barriers
Pernyataan ini disampaikan dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang jatuh pada 3 Desember. Sekaligus merayakan hubungan antara Indonesia-Inggris yang menginjak usia 75.
British Council dan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta menyelenggarakan acara “Breaking Barriers” di Soehanna Hall, Energy Building.
Acara ini menyoroti komitmen Inggris dan Indonesia untuk mendorong nilai inklusif dengan mengatasi tantangan yang dihadapi oleh kelompok-kelompok yang kurang terwakilkan. Seperti penyandang disabilitas, perempuan, kelompok muda dan mereka yang berada di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Sebagai bagian dari perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Inggris-Indonesia dan ulang tahun ke-90 British Council secara global, acara “Breaking Barriers” menampilkan praktik-praktik terbaik dalam inklusi melalui kolaborasi Inggris-Indonesia.
Para ahli dari berbagai bidang menelusuri bagaimana pendekatan inovatif dalam pendidikan, bahasa, dan seni dapat menciptakan masa depan yang lebih akses, aman, dan mendukung potensi semua orang.
Kolaborasi Inggris-Indonesia Perjuangkan Nilai Inklusif
Summer Xia menyampaikan dirinya bangga dapat mendukung kolaborasi Inggris-Indonesia yang memajukan prinsip kesetaraan, keberagaman, dan inklusi.
“Melalui pendekatan multi-sektor, kami berupaya menciptakan perubahan yang bermakna dan berkelanjutan. Acara hari ini menegaskan kembali pentingnya hak dan kesempatan yang setara, sekaligus mengingatkan kita untuk terus berupaya mengurangi hambatan yang masih dihadapi banyak orang,” paparnya.
Menciptakan peluang bagi semua orang untuk berkembang sama dengan membuka potensi tak terbatas yang memperkaya komunitas.
“Mari kita terus melawan stereotip, menumbuhkan empati, dan merintis jalan bagi setiap orang untuk mewujudkan potensi penuh mereka," ajak Summer.
Kontribusi British Council dalam Bangun Nilai Inklusif di Indonesia
Dalam 75 tahun belakangan, British Council turut serta memperjuangkan Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) di Indonesia.
Organisasi ini telah mendukung kelompok-kelompok yang tidak terwakili melalui kolaborasi lintas sektor. Selama tahun 2024 British Council telah mendukung berbagai proyek Inggris-Indonesia, termasuk 21 kemitraan GEDSI antara beberapa universitas di kedua negara melalui dana hibah Going Global Partnerships. Serta tiga kolaborasi seni disabilitas melalui program Connections Through Culture.
Dalam pengajaran Bahasa Inggris, British Council menganjurkan para guru Bahasa Inggris dan pengajar lainnya untuk menerapkan praktik pengajaran inklusif yang dimulai dari mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Termasuk siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus seperti disabilitas, neurodiversitas, dan lain-lain.
Untuk melakukan hal ini, British Council mengembangkan sumber daya seperti MOOC (Massive Open Online Course), rencana pembelajaran, dan webinar untuk mendukung pengembangan kapasitas guru di bidang ini.
Lebih lanjut, untuk memberikan dukungan yang lebih kontekstual, British Council memberikan hibah kepada para pendidik guru melalui Dana Pemberdayaan Pendidik Guru (Teacher Educator Enabling Fund) untuk mendukung mereka dalam mengembangkan komunitas praktik.
Salah satu penerima hibah, Kelas Kreatif Indonesia Foundation, berfokus pada pendampingan guru untuk mengembangkan kapasitas mereka dalam menggunakan pembelajaran yang berbeda melalui lokakarya daring dan luring, yang telah memberi manfaat kepada 2.000 guru di 12 kota dan kabupaten.
Selain itu, melalui proyek Keterampilan untuk Partisipasi Digital Inklusif (Skills for Inclusive Digital Participations), mereka memberikan pelatihan pengembangan keterampilan kepada individu-individu yang terpinggirkan secara digital di wilayah timur Indonesia.
Kolaborasi ini bertujuan mengatasi tantangan GEDSI dalam pendidikan tinggi, pengajaran bahasa Inggris, serta sektor seni dan budaya. Breaking Barriers menyediakan ruang untuk menampilkan metode inovatif, program inklusif, dan praktik terbaik melalui diskusi panel, lokakarya, dan pameran. Dari lingkungan pembelajaran formal dan non-formal hingga metode pengajaran inovatif dan inisiatif kreatif, acara ini mempertemukan para penggerak perubahan, pendidik, dan seniman untuk menginspirasi kolaborasi yang bermakna dan mendorong kemajuan menuju dunia yang benar-benar inklusif.