Liputan6.com, Seoul - Seorang pria asal Korea Utara berhasil melintasi perbatasan darat yang terkenal ketat ke Korea Selatan dan kini telah diamankan pihak militer Seoul. Insiden langka ini terjadi pada Kamis (3/7), ketika pria tersebut melewati Garis Demarkasi Militer (MDL) yang terletak di bagian barat-tengah Zona Demiliterisasi (DMZ).
MDL sendiri adalah garis batas de facto yang membelah DMZ -- wilayah penyangga penuh ranjau yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan sejak gencatan senjata Perang Korea pada 1953, dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (4/7/2025).
Dalam pernyataannya pada Jumat (4/7), Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengungkapkan bahwa militer awalnya mendeteksi pria tersebut melalui perangkat pengawasan sekitar pukul 3 hingga 4 pagi waktu setempat. Setelah itu, pasukan langsung melacak gerak-geriknya.
"Militer mengidentifikasi individu tersebut di dekat MDL, kemudian melaksanakan operasi pengawasan dan pelacakan," ujar JCS. Proses mengamankan pria itu memakan waktu sekitar 20 jam karena lokasi yang dipenuhi vegetasi lebat dan risiko ranjau darat.
Operasi penjemputan dilakukan pada malam hari ketika pria tersebut lebih mudah didekati. Ia disebut secara sukarela mengikuti pasukan setelah ditawari bantuan untuk menyeberang dengan selamat ke wilayah Selatan.
JCS mengatakan pihak berwenang akan menyelidiki lebih lanjut motif serta keadaan rinci dari aksi penyeberangan ini. Sesuai prosedur, warga Korea Utara yang masuk ke Korea Selatan biasanya akan diserahkan kepada badan intelijen untuk menjalani pemeriksaan.
Militer Korea Selatan mengatakan Korea Utara menembakkan beberapa rudal balistik pada hari Kamis ke arah perairan timurnya, menambah serangkaian uji coba senjata yang telah meningkatkan permusuhan di wilayah tersebut.
Jarang Terjadi Kasus Pembelotan Lewat DMZ
Pembelotan melalui DMZ seperti ini sangat jarang terjadi. Sebagian besar warga Korea Utara yang melarikan diri ke Selatan memilih jalur memutar -- melintasi darat ke China terlebih dulu, lalu menuju negara ketiga seperti Thailand, sebelum akhirnya tiba di Korea Selatan.
Sejak 2020, angka pelarian warga Korea Utara menurun drastis setelah Pyongyang menutup perbatasan daratnya dengan China guna mencegah penyebaran Covid-19, bahkan dikabarkan memberlakukan perintah tembak di tempat.
Sebelumnya, pada Mei lalu, sebuah kapal kayu yang membawa empat warga Korea Utara ditemukan terdampar di perairan Selatan. Tahun lalu, kasus serupa juga terjadi ketika seorang warga Korea Utara membelot lewat perbatasan laut di Laut Kuning dan tiba di pulau Gyodong, dekat garis batas kedua negara.
Sementara itu, Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung yang baru dilantik bulan lalu, berkomitmen untuk mengedepankan pendekatan lebih lunak terhadap Korea Utara, berbeda dari pendahulunya, Yoon Suk Yeol, yang lebih konfrontatif. “Politik dan diplomasi seharusnya dijalankan tanpa emosi, dengan akal sehat dan logika,” kata Lee pada Kamis. “Memutus dialog sepenuhnya adalah tindakan yang benar-benar bodoh.”