Liputan6.com, Jakarta - Insinyur National Aeronautics and Space Administration (NASA) telah mematikan dua instrumen ilmiah pada wahana antariksa Voyager 1 dan Voyager 2. Tujuannya untuk menghemat daya dan memperpanjang misi mereka di ruang antarbintang.
Langkah ini diambil karena sumber daya listrik yang semakin menipis pada kedua wahana tersebut. Setiap tahun, daya yang dihasilkan oleh sistem tenaga radioisotop mereka berkurang sekitar 4 watt.
Untuk mengatasi penurunan ini, NASA memutuskan untuk mematikan beberapa instrumen ilmiah. Melansir laman NASA pada Jumat (07/03/2025) instrumen cosmic ray subsystem pada Voyager 1 dimatikan pada 25 Februari 2025.
Sementara itu, instrumen low-energy charged particle pada Voyager 2 dijadwalkan akan dimatikan pada 24 Maret 2025. Dengan pemadaman ini, masing-masing wahana akan memiliki tiga dari sepuluh instrumen ilmiah asli yang masih berfungsi.
Keputusan ini diambil untuk memastikan bahwa Voyager 1 dan Voyager 2 dapat terus mengirimkan data ilmiah setidaknya selama satu tahun lagi. Meskipun awalnya dirancang untuk misi lima tahun, kedua wahana ini telah beroperasi selama 47 tahun, memberikan data unik tentang ruang antarbintang.
NASA berencana untuk mematikan instrumen tambahan pada 2026 untuk menjaga setidaknya satu instrumen tetap aktif hingga 2030-an, asalkan tidak ada masalah tak terduga yang muncul. Voyager 1 dan Voyager 2 telah memberikan kontribusi signifikan dalam eksplorasi tata surya.
Voyager 1 menemukan cincin tipis di sekitar Jupiter dan beberapa bulan Saturnus. Sementara, Voyager 2 adalah satu-satunya wahana yang pernah mengunjungi Uranus dan Neptunus.
Meskipun beberapa instrumen telah dimatikan, ketiga instrumen yang tersisa pada masing-masing wahana akan terus mempelajari gelembung pelindung matahari dan ruang antarbintang di luar sana. Upaya ini menunjukkan komitmen NASA untuk memaksimalkan kontribusi ilmiah dan eksplorasi dari wahana Voyager saat mereka menjelajahi ruang antarbintang.
Menghemat Daya
Sebelumnya, NASA mematikan beberapa instrumen pada masing-masing Voyager setelah misi utama mereka selesai pada 1980-an. Untuk menghemat daya lebih lanjut, NASA mematikan eksperimen ilmu plasma Voyager 2 pada Oktober 2024.
Eksperimen ini bertujuan mengukur jumlah dan arah aliran plasma. Namun, instrumen ini hanya mengumpulkan sedikit data dalam beberapa tahun terakhir karena orientasi Voyager 2 terhadap aliran plasma di luar tata surya.
Sementara itu, instrumen ilmu plasma di Voyager 1 berhenti berfungsi pada 1980 dan akhirnya dimatikan pada 2007 untuk menghemat daya. Kemudian, NASA mematikan sistem sinar kosmik Voyager 1 pada akhir Februari 2025 lalu.
Data dari tiga teleskop yang dirancang untuk mempelajari sinar kosmik ini berperan penting dalam menentukan Voyager 1 telah keluar dari heliosfer, yaitu wilayah pengaruh matahari di tepi tata surya. Selanjutnya pada akhir Maret 2025 nanti, NASA juga akan mematikan instrumen partikel bermuatan energi rendah Voyager 2.
Instrumen ini berfungsi mengukur berbagai ion, elektron, dan sinar kosmik yang berasal dari tata surya dan galaksi kita. Voyager 1 dan Voyager 2 diluncurkan pada 1977 dengan membawa 10 instrumen yang sama.
Saat ini, keduanya berada di ruang antarbintang, menjadikannya objek buatan manusia yang paling jauh dari bumi. Voyager 1 saat ini berada lebih dari 15 miliar mil (24,14 miliar kilometer) dari bumi.
Sementara, Voyager 2 berada lebih dari 13 miliar mil (20,92 miliar kilometer) jauhnya.
(Tifani)