Washington D.C - Upaya teranyar mendorong gencatan senjata di Jalur Gaza dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan menjamu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk makan malam di Gedung Putih pada hari Senin (7/6).
Kunjungan ketiga Netanyahu sejak Trump kembali menjabat itu dilakukan ketika AS berusaha memanfaatkan momentum damai dari gencatan senjata terbaru antara Israel dan Iran.
"Saya rasa tidak ada hambatan. Saya kira semuanya berjalan sangat baik,” kata Trump kepada wartawan di awal jamuan makan malam ketika ditanya apa yang menghalangi tercapainya kesepakatan damai, seperti dikutip dari pemberitaan DW Indonesia, Rabu (9/7/2025).
Duduk di sisi berseberangan meja panjang dari Netanyahu, Trump juga menyatakan keyakinannya bahwa kelompok Palestina Hamas bersedia mengakhiri konflik di Gaza, yang kini memasuki bulan ke-22.
"Mereka ingin bertemu dan mereka ingin mencapai gencatan senjata,” ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih ketika ditanya apakah bentrokan yang melibatkan tentara Israel dapat menggagalkan perundingan.
Nominasi Nobel Perdamaian
Pertemuan di Washington berlangsung saat Israel dan Hamas menggelar hari kedua perundingan tidak langsung di Qatar, untuk mencapai gencatan senjata.
Di Washington, Netanyahu mengaku telah menominasikan Trump sebagai calon penerima Nobel Perdamaian, dan sudah menyerahkan surat rekomendasi kepada komite penghargaan.
Bukan rahasia lagi, Donald Trump sejak lama mengincar penghargaan bergengsi yang juga pernah diberikan kepada bekas Presiden Barack Obama itu.
"Trump saat ini giat merintis perdamaian, dari satu negara ke negara lain, dari satu kawasan ke kawasan lain,” kata Netanyahu.
Negara bukan negara
Namun, Netanyahu lebih berhati-hati ketika membahas perdamaian dengan Hamas. Dia menegaskan, Israel tidak akan pernah menyerahkan kendali keamanan atas Jalur Gaza. Artinya, negara Palestina kelak antara lain tidak akan diizinkan membina angkatan perang sendiri.
"Orang akan berkata itu bukan sebuah negara yang lengkap, itu bukan negara. Tapi kami tidak peduli,” tegas Netanyahu.
Di luar Gedung Putih di Washington, beberapa lusin pengunjuk rasa terlihat berkumpul di pinggir jalan saat pertemuan antara Trump dan Netanyahu, meneriakkan slogan yang menuduh Netanyahu melakukan "genosida.”
Trump selama ini banyak mendukung Netanyahu, bahkan membantu Israel dengan menyerang fasilitas nuklir Iran secara langsung.
Proposal damai Trump
Namun di saat yang sama, Trump juga semakin gencar mendorong agar diakhirinya apa yang disebutnya sebagai "neraka” di Gaza. Trump pada Minggu lalu mengatakan, dia percaya adanya "peluang bagus” untuk tercapainya kesepakatan pada pekan ini.
"Prioritas utama presiden di Timur Tengah saat ini, adalah mengakhiri perang di Gaza dan memulangkan semua sandera,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt.
Leavitt mengatakan, Trump menginginkan Hamas segera menyetujui proposal yang diajukan AS, menyusul dukungan Israel terhadap rencana gencatan senjata, dan pembebasan para sandera yang ditahan di Gaza sebagai imbalan bagi pembebasan tahanan Palestina.
Perundingan "tanpa terobosan"
Putaran terbaru perundingan penghentian perang Gaza dimulai pada Minggu di Doha, Qatar, dengan para delegasi berada di ruangan terpisah dalam gedung yang sama.
Namun, pembicaraan pada Senin berakhir "tanpa terobosan,” menurut seorang pejabat Palestina yang mengetahui jalannya negosiasi kepada AFP.
Delegasi Hamas dan Israel dijadwalkan melanjutkan perundingan, sementara dilaporkan utusan khusus Trump, Steve Witkoff, akan bergabung pekan ini untuk mengupayakan tercapainya gencatan senjata.
Proposal AS mencakup periode gencatan senjata selama 60 hari, di mana Hamas akan membebaskan 10 sandera hidup dan menyerahkan beberapa jenazah, sebagai imbalan bagi pembebasan sejumlah warga Palestina yang ditahan Israel, menurut dua sumber Palestina yang dekat dengan pembicaraan tersebut.
Hamas juga menuntut beberapa syarat terkait penarikan pasukan Israel, jaminan agar pertempuran tidak dilanjutkan selama proses negosiasi, dan pengembalian sistem distribusi bantuan yang dipimpin PBB.
Pertumpahan darah berlanjut
Militer Israel pada Selasa dini hari menyatakan lima tentaranya tewas dan dua lainnya luka parah dalam pertempuran di utara Jalur Gaza.
Di Gaza, badan pertahanan sipil menyebut pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 12 orang pada Senin, termasuk enam orang di sebuah klinik yang menampung pengungsi perang.
Dari 251 sandera yang diculik militan Palestina saat serangan Hamas pada Oktober 2023, sebanyak 49 masih ditahan di Gaza, termasuk 27 yang dinyatakan tewas oleh militer Israel.
Perang ini telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang sangat buruk bagi lebih dari dua juta penduduk Jalur Gaza.
Serangan Hamas pada Oktober 2023 menewaskan 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data kantor berita AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Kampanye balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 57.523 orang di Gaza, juga mayoritas warga sipil, menurut laporan kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas. PBB menganggap angka ini dapat dipercaya.