Liputan6.com, Riyadh - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa menormalisasi hubungan dengan Israel. Hal itu disampaikan Trump dalam pertemuan langsung keduanya di Riyadh, Arab Saudi, pada Rabu (14/5/2025).
Menurut juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt seperti dilansir Politico, Trump mengatakan kepada Sharaa bahwa dia memiliki peluang besar "untuk melakukan hal yang berarti bagi rakyat Suriah." Dalam kesempatan itu, Trump mendorong Sharaa untuk menandatangani Abraham Accords — sebuah inisiatif yang dipimpin AS guna menormalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab — serta mendesaknya mengusir semua teroris asing dari Suriah.
Sementara itu, Trump yang berbicara kepada pers di dalam pesawat Air Force One setelah pertemuan dengan Sharaa, mengungkapkan, "Saya rasa mereka harus membereskan urusan mereka sendiri dulu. Saya sampaikan kepadanya (Sharaa), 'Saya harap Anda akan bergabung (Abraham Accords) begitu semuanya sudah beres.' Dia bilang, 'Ya.' Namun, mereka masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan."
Dihadiri MBS dan Erdogan
Israel dan Suriah secara teknis masih berada dalam keadaan perang sejak berdirinya Israel pada tahun 1948. Hubungan kedua negara diwarnai puluhan tahun permusuhan, terutama terkait sengketa wilayah, khususnya di Dataran Tinggi Golan.
Dalam pertemuan pada Rabu, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) hadir secara langsung, sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ikut serta melalui sambungan telepon.
Trump menyatakan bahwa timnya telah berkoordinasi dengan pihak Israel terkait keputusannya—yang diumumkan pada Selasa (13/5)—untuk mencabut sanksi terhadap Suriah.
"Maksud saya, kami beri tahu mereka bahwa kami akan melakukannya, alasan saya lakukan itu, dan saya rasa ini cukup populer, setidaknya di Timur Tengah," ujarnya.
Trump menambahkan bahwa dirinya juga berbicara dengan Erdogan dan pemimpin Arab Saudi, yang menurutnya menganggap penting untuk mencabut sanksi atas Suriah.
"Ini memberi mereka peluang yang jauh lebih baik untuk bertahan sebagai negara," tutur Trump.
Pujian Trump untuk Sharaa
Sharaa, seorang mantan pemimpin kelompok pemberontak, mendapat sambutan hati-hati dari komunitas internasional sejak pasukannya menggulingkan Bashar al-Assad pada Desember lalu.
Sejak berkuasa, Sharaa telah berjanji melindungi kelompok-kelompok minoritas di Suriah dan menerapkan kebijakan yang lebih inklusif. Namun, lonjakan kekerasan sektarian baru-baru ini memunculkan kekhawatiran bahwa dia kesulitan mengendalikan faksi ekstremis di negaranya.
Pemimpin Suriah itu menerima pujian luar biasa dari Trump setelah pertemuan mereka. Trump mengatakan kepada para wartawan di Air Force One bahwa dia melihat Sharaa sebagai sosok yang hebat.
"Muda, menarik, tangguh. Masa lalunya tangguh, sangat tangguh — seorang pejuang. Dia punya peluang untuk menjaga stabilitas negaranya," puji Trump.
Trump dalam pidatonya di Dewan Kerja Sama Teluk di Riyadh pada Rabu menuturkan, "Kami saat ini sedang menjajaki kemungkinan normalisasi hubungan dengan pemerintahan baru Suriah."
"Saya juga memerintahkan penghentian sanksi terhadap Suriah untuk memberi mereka awal yang baru. Ini memberi mereka kesempatan untuk menjadi hebat."
Trump tiba di Riyadh pada Selasa sebagai bagian dari lawatan empat harinya di kawasan Teluk. Kunjungan ini mencakup pemberhentian di Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.