Liputan6.com, Moskow - Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan dia membahas soal penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 dengan Presiden Vladimir Putin selama kunjungannya ke Moskow, beberapa hari setelah sebuah laporan PBB menyatakan Rusia bertanggung jawab atas bencana tersebut.
"Saya mewakili rakyat Malaysia terutama keluarga mangsa, mengambil kesempatan untuk membangkitkan isu tersebut kepada Presiden Vladimir Putin sementara saya ada rundingan dua hala," demikian disampaikan PM Anwar Ibrahim dalam unggahan video di media sosial Instagram-nya.
"Presiden Putin dengar dengan teliti dan mengatakan, pertama dia telah melahirkan simpati dan takziah kepada keluarga tidak pernah berganjak. Kedua, katanya, dia telah menuntut supaya siasatan yang rapi menyeluruh dan tidak dipolitikkan. Saya sebut, tapi ini laporan yang dibuat oleh ICAO."
Putin Bersedia Bekerja Sama dalam Penyelidikan
Lebih lanjut, PM Anwar Ibrahim mengatakan, "Kata dia (Putin), dia telah lebih awal memohon supaya kajian itu harus bebas dan teliti. Pihak Rusia bersedia untuk berikan semua kerja sama untuk pastikan laporan itu lebih credible atau wibawa. Setakat itu penjelasan yang diberikan. Saya tentunya sampaikan kepada keluarga."
"Cuma yang saya dapat pastikan bahwa dia kata tidak benar kalau dia tidak bersedia bekerja sama, tapi dia tidak mampu bekerja sama dengan mana-mana badan yang dia anggap atau Rusia anggap sebagai tidak bebas. Setakat itu saya telah bangkitkan karena kebetulan saya di sini dan saya kebetulan merupakan wakil negara pertama yang menemui Presiden Putin setelah laporan itu dikeluarkan."
Respons Rusia atas Temuan ICAO
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) menyatakan minggu ini bahwa Rusia bertanggung jawab atas penembakan pesawat MH17, yang ditembak jatuh di wilayah timur Ukraina pada tahun 2014 selama pertempuran antara separatis pro-Rusia dan pasukan Ukraina.
Rusia menolak temuan ICAO mengenai kecelakaan yang menewaskan seluruh 298 penumpang dan awak, dengan menyebut keputusan tersebut bias.
Anwar menyampaikan dalam sebuah unggahan di Facebook pada Rabu malam bahwa dia akan terus mendorong pertanggungjawaban atas bencana tersebut.
"Malaysia tetap teguh dalam memastikan adanya pertanggungjawaban dan penyelesaian yang adil bagi para korban dan keluarga mereka yang terus menanggung beban tragedi ini," ujarnya.
Adapun kunjungan Anwar Ibrahim ke Rusia berlangsung pada 13-16 Mei.
Putusan Pengadilan Belanda
Pada Maret 2020, jaksa penuntut Belanda menuduh Rusia berusaha menghalangi penyelidikan internasional terkait penembakan pesawat MH17. Tindakan tersebut mencakup penyebaran disinformasi, penolakan untuk bekerja sama dengan tim penyidik internasional, serta upaya untuk menyabotase proses hukum yang sedang berlangsung. Jaksa menyatakan bahwa tindakan Rusia ini "menciptakan bayangan gelap" atas persidangan yang akan datang terhadap empat tersangka dalam kasus ini.
Pada 17 November 2022, Pengadilan Distrik Den Haag menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup secara in absentia kepada tiga terdakwa, yakni mantan kolonel Dinas Keamanan Federal Federasi Rusia (FSB) dan tokoh penting dalam kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur Igor Girkin, mantan perwira intelijen militer Rusia (GRU) Sergey Dubinskiy, dan warga negara Ukraina sekaligus komandan unit separatis pro-Rusia Leonid Kharchenko.
Mereka dinyatakan bersalah atas peran mereka dalam penembakan pesawat MH17 yang menewaskan 196 warga negara Belanda, 43 warga negara Malaysia, dan 38 warga negara atau penduduk Australia. Pengadilan juga menyimpulkan bahwa Rusia memiliki "kendali keseluruhan" atas pasukan separatis di Ukraina timur pada saat kejadian.
Terdakwa keempat, Oleg Pulatov, dibebaskan dari semua tuduhan karena kurangnya bukti yang cukup untuk mendukung dakwaan terhadapnya.
Rusia sendiri menolak putusan pengadilan Belanda tersebut dan menolak untuk mengekstradisi para terdakwa yang berada di wilayahnya.