Laporan IPC: 1 dari 5 Orang di Jalur Gaza Mengalami Kelaparan

18 hours ago 7

Liputan6.com, Gaza - Satu dari lima warga di Jalur Gaza kini menghadapi kelaparan, sementara seluruh wilayah semakin mendekati titik bencana. Ini adalah peringatan keras dari laporan terbaru yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyusul hampir tiga bulan blokade total yang diberlakukan Israel terhadap bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.

Situasi ini terus memburuk sejak Israel melancarkan serangan militer baru ke Gaza pada Maret lalu. Di tengah hujan bom, jutaan penduduk kesulitan mengakses makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Menurut laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC), seluruh populasi Gaza saat ini mengalami "tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi".

Wilayah itu kini berada pada "risiko tinggi" mengalami kelaparan — level krisis paling parah dalam sistem klasifikasi kerawanan pangan global.

"Barang-barang vital untuk kelangsungan hidup masyarakat telah habis atau akan habis dalam beberapa minggu," tulis IPC, dikutip dari laman CNN, Rabu (14/5/2025).

Makanan makin sulit ditemukan, dan apa yang tersisa dijual dengan harga selangit — hanya segelintir orang yang mampu membelinya.

Blokade penuh diberlakukan Israel sejak 2 Maret, menutup total aliran makanan, obat, dan bantuan lain bagi lebih dari dua juta warga Gaza. Israel mengklaim langkah itu ditujukan untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera. Namun, sejumlah organisasi internasional mengecam tindakan ini sebagai pelanggaran hukum internasional, bahkan menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

Warga Israel bersorak gembira saat Hamas membebaskan Edan Alexander, tentara Israel-Amerika yang disandera selama 19 bulan di Gaza. Militer Israel mengonfirmasi Alexander kini dalam perlindungan Palang Merah dan dalam perjalanan menuju pasukan Israel...

Kelaparan Hebat Bisa Terjadi Sebelum September 2025

IPC memperingatkan bahwa ada “risiko sangat tinggi” kelaparan bisa terjadi antara sekarang dan akhir September. Sebagian besar warga Gaza tak lagi memiliki akses ke makanan, air bersih, tempat tinggal, atau layanan kesehatan. Laporan itu menegaskan bahwa hanya gencatan senjata yang segera dan berkelanjutan, disertai dimulainya kembali distribusi bantuan, yang bisa mencegah bencana kelaparan.

Di bawah skala IPC, kelaparan dinyatakan resmi jika terpenuhi tiga kriteria: 20% rumah tangga mengalami kekurangan pangan ekstrem, 30% anak-anak menderita malnutrisi akut, dan sedikitnya dua dari 10.000 orang meninggal setiap hari akibat kelaparan atau kombinasi penyakit dan kekurangan gizi.

Saat ini, ambang batas pertama telah terpenuhi: hampir 469.500 orang — sekitar 22% populasi Gaza — diperkirakan akan menghadapi kerawanan pangan tingkat paling parah dalam IPC.

Peringatan Bantahan Israel

Juru bicara Perdana Menteri Israel, David Mencer, membantah laporan tersebut. “Tidak ada kelaparan di Gaza,” katanya hari Senin. Ia menuding Hamas telah merampas bantuan dari warga sipil. Namun, duta besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, mengakui krisis yang memburuk:

"Jika tidak ada krisis kemanusiaan, tentu tak akan ada upaya penanggulangannya. Jadi, jawabannya jelas: ya, ada krisis kemanusiaan."

Sejak serangan Israel kembali menggencar pada Maret, lebih dari 430.000 warga Gaza kehilangan tempat tinggal. Program Pangan Dunia (WFP) terpaksa menutup semua 25 toko rotinya awal April karena kehabisan bahan baku. Dari 177 dapur umum, sebagian besar juga hampir tak beroperasi.

Harga pangan melonjak drastis. Harga tepung melonjak hingga 3.000 persen sejak Februari. Satu karung tepung 25 kg kini bisa dibanderol antara USD 235 hingga USD 520.

Juru bicara Sekjen PBB, Stéphane Dujarric, mengatakan pada Senin lalu bahwa hanya sekitar 260.000 porsi makanan yang berhasil didistribusikan di seluruh Gaza — turun 70% dibanding Rabu sebelumnya. Cadangan pangan badan-badan PBB telah benar-benar menipis.

Ibu dan Anak-anak Paling Terpukul

Kelompok yang paling terdampak adalah anak-anak dan ibu hamil. Laporan memperkirakan hampir 71.000 anak di bawah usia lima tahun akan mengalami malnutrisi akut antara April 2025 hingga Maret 2026. Sementara itu, sekitar 17.000 ibu hamil dan menyusui juga membutuhkan perawatan karena kekurangan gizi parah.

Kondisi tragis ini tergambar jelas dari cerita para warga. Imran Rajab, seorang ibu dari Gaza, mengaku pernah membuat roti dari tepung yang ia kumpulkan dari tempat sampah demi memberi makan enam anaknya. “Anak-anak saya muntah setelah memakannya. Baunya busuk,” katanya. “Tapi saya tidak punya pilihan lain.”

Dr. Amjad Al-Muzaini, seorang ginekolog di Gaza City, menuturkan bahwa banyak perempuan yang menjalani operasi caesar ditemukan mengalami kerusakan parah pada jaringan usus dan rahim -- diduga akibat konsumsi makanan kualitas rendah dan kalengan.

WFP menyatakan telah siap mendistribusikan bantuan untuk mencukupi kebutuhan seluruh warga Gaza selama dua bulan. UNRWA, badan utama PBB untuk pengungsi Palestina, memiliki hampir 3.000 truk bantuan yang kini tertahan di perbatasan karena blokade Israel.

"Keluarga-keluarga di Gaza kelaparan, sementara makanan yang mereka butuhkan hanya beberapa kilometer dari mereka," cuit Direktur Eksekutif WFP, Cindy McCain.

"Jika kita menunggu sampai kelaparan dikonfirmasi secara resmi, maka sudah TERLAMBAT."

Korban Terus Bertambah

Serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Sebagai respons, Israel melancarkan perang besar-besaran ke Gaza.

Sejak itu, lebih dari 53.000 warga Palestina telah tewas, menurut data dari Kementerian Kesehatan Gaza. Sejak pemboman dilanjutkan pada Maret, lebih dari 2.500 orang dilaporkan meninggal dunia.

Read Entire Article