3 Pesan Sensitif dari Diskusi Rahasia Serangan AS ke Houthi Yaman yang Dipublikasikan Jurnalis Jeffrey Goldberg

3 days ago 8

Liputan6.com, Washington D.C - Sebuah diskusi oleh pejabat keamanan AS tingkat tinggi tentang serangan udara AS ke Houthi di Yaman telah dipublikasikan secara lengkap oleh majalah Atlantic.

Gara-garanya obrolan grup di aplikasi Signal secara keliru menyertakan pemimpin redaksi The Atlantic Jeffrey Goldberg.

Serangan terhadap Houthi dimulai pada 15 Maret 2025. Beberapa jam sebelum serangan dimulai, Menteri Pertahanan Pete Hegseth membagikan detail operasional serangan secara lengkap di grup tersebut, termasuk informasi tentang target, senjata, dan urutan serangan. Informasi sensitif ini, yang seharusnya dirahasiakan, kini terungkap ke publik berkat kelalaian yang mengejutkan ini.

Setelah menahan beberapa kutipan obrolan di artikel sebelumnya, jurnalis Jeffrey Goldberg memutuskan pada Rabu (26/3) untuk menerbitkan hampir seluruh percakapan rahasia tersebut setelah pejabat senior bersikeras tidak ada informasi rahasia yang dibagikan dalam grup tersebut.

Pernyataan-pernyataan tersebut "telah membuat kami percaya bahwa orang-orang harus melihat teks-teks tersebut untuk mencapai kesimpulan mereka sendiri", tulis Goldberg.

Berikut ini tiga pesan sensitif terkait diskusi rahasia tentangan serangan AS ke Houthi Yaman, seperti dikutip dari BBC, Kamis (27/3/2025):

1. Jadwal Serangan

Pesan-pesan ini memberikan rincian rencana militer AS untuk serangan Yaman - yang digambarkan sebagai package (paket), istilah militer yang merujuk pada seperangkat pesawat, sistem persenjataan, dan perangkat pengumpulan intelijen yang akan berpartisipasi dalam suatu operasi.

"Ide bahwa ini bukan informasi rahasia pada saat itu tidak masuk akal," kata Glenn Gerstell, mantan penasihat umum Badan Keamanan Nasional (NSA), kepada BBC.

Glenn Gerstell menambahkan bahwa informasi itu mungkin telah dideklasifikasi setelahnya, tetapi setiap tindakan militer yang akan segera dilakukan yang melibatkan pasukan Amerika akan dirahasiakan pada saat dibagikan.

Adapun pesan dari Hegseth mencatat kapan pesawat tempur F-18 dijadwalkan untuk diluncurkan, serta kapan serangan akan dilakukan dan dalam jangka waktu berapa serangan "berbasis pemicu" dapat terjadi.

Dalam konteks ini, "pemicu" mengacu pada serangkaian parameter yang harus diakui sebelum senjata dikerahkan. Itu bisa berupa titik referensi visual, seperti ponsel yang menyala.

Informasi ini dianggap sangat sensitif.

Philip Ingram, mantan perwira intelijen militer di Angkatan Darat Inggris, mengatakan kepada BBC bahwa informasi serupa "masuk dalam kategori rahasia tingkat tinggi". "Anda secara praktis dapat merencanakan dari mana pesawat itu akan datang," tambahnya.

Setelah obrolan itu terungkap, Gedung Putih dan pejabat AS lainnya berpendapat bahwa informasi ini bukan merupakan "rencana perang".

Dalam sebuah posting di X, Hegseth mengatakan: "The Atlantic merilis apa yang disebut 'rencana perang' dan 'rencana' itu meliputi: Tidak ada nama. Tidak ada target. Tidak ada lokasi. Tidak ada unit. Tidak ada rute. Tidak ada sumber. Tidak ada metode."

Promosi 1

2. Seorang 'Penerbang Rudal' Menyerang Rumah Pacarnya

Di bagian obrolan grup ini, penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz memberikan informasi terbaru tentang serangan itu - yang dalam bahasa militer disebut battle damage assessment/BDA (penilaian kerusakan pertempuran).

Waltz mencatat bahwa bangunan yang menjadi sasaran telah runtuh, dan militer AS sebelumnya telah memiliki identifikasi positif terhadap sasaran - seorang "penerbang rudal" Houthi - yang menuju ke dalam gedung, yang diyakini sebagai tempat tinggal pacarnya.

Dalam pesannya, Waltz mengucapkan selamat kepada Pete - merujuk pada Hegseth, serta IC, kependekan dari intelligence community (komunitas intelijen) dan Kurilla, merujuk pada Michael Kurilla, seorang Jenderal Angkatan Darat AS yang mengawasi Central Command (Komando Pusat), sebuah komando tempur regional yang bertanggung jawab atas Timur Tengah dan sebagian Asia Tengah dan Selatan.

Kendati demikian pesan-pesan tersebut tidak mengungkapkan bagaimana keberadaan atau pergerakan target dilacak.

Seorang pakar militer yang dihubungi oleh BBC - tetapi tidak ingin disebutkan namanya - menyatakan bahwa kombinasi platform udara, kemampuan pelacakan teknologi atau intelijen manusia di darat dapat digunakan, atau kombinasi dari berbagai sumber.

Setidaknya 53 orang tewas dalam gelombang awal serangan udara AS terhadap target-target Houthi di Yaman, yang menyerang lebih dari 30 target termasuk fasilitas pelatihan, infrastruktur pesawat nirawak, serta lokasi pembuatan dan penyimpanan senjata serta pusat komando dan kendali, termasuk satu tempat yang menurut Pentagon terdapat beberapa pakar kendaraan udara nirawak.

Tidak jelas target mana yang dimaksud Waltz dalam obrolan grup tersebut.

3. Aktivitas CIA di Yaman

Pesan lain yang berpotensi sensitif datang dari Joe Kent, mantan tentara operasi khusus dan kandidat kongres yang gagal meski dicalonkan oleh Donald Trump untuk menjadi Direktur National Counterterrorism Center (Pusat Kontraterorisme Nasional).

Dalam pesannya, Kent merujuk pada Israel yang melakukan serangan mereka sendiri.

Militer Israel telah berulang kali menyerang target Houthi di Yaman sejak awal perang di Gaza, sebagai balasan atas serangan rudal dan pesawat tak berawak Houthi terhadap target Israel yang dilakukan untuk mendukung Hamas.

Serangan terbaru terjadi pada tanggal 19 dan 26 Desember tahun 2024 lalu.

Menurut Kent, pemerintah Israel akan berusaha untuk "mengisi ulang" stok senjata apa pun yang digunakan dalam serangan lebih lanjut, meskipun ia percaya itu menjadi "faktor kecil".

Pesan yang sedikit lebih sensitif menyusul dari Direktur CIA John Ratcliffe, yang mencatat bahwa AS "memobilisasi aset" untuk membantu serangan, tetapi penundaan "tidak akan berdampak negatif" pada pekerjaan badan intelijen tersebut di Yaman. "Waktu tambahan akan digunakan untuk mengidentifikasi titik awal yang lebih baik untuk liputan tentang kepemimpinan Houthi," tulisnya.

Aset, dalam konteks ini, dapat merujuk pada mata-mata yang dijalankan CIA di Yaman, atau sarana teknologi seperti penerbangan pesawat nirawak pengintai.

Mick Mulroy, mantan wakil asisten menteri pertahanan dan mantan perwira paramiliter CIA, mengatakan bahwa pesan Ratcliffe sangat sensitif. "Pada dasarnya, kami tidak ingin berbagi di mana CIA berfokus," tambahnya.

Ratcliffe mengatakan pada sidang DPR pada hari Rabu (26/3) bahwa ia tidak mengirimkan informasi rahasia.

Awal Mula Pesan

Tanggal 13 Maret 2025, sebuah kesalahan fatal terjadi dalam komunikasi internal pemerintahan AS. Jurnalis Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, secara tak sengaja ditambahkan ke dalam grup obrolan terenkripsi Signal yang bernama 'Houthi PC small group' atau Kelompok kecil PC Houthi.

Grup ini berisi pejabat-pejabat senior, termasuk Wakil Presiden, Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, Utusan Khusus untuk Timur Tengah, dan Direktur CIA. Mereka membahas rencana serangan militer AS terhadap kelompok Houthi di Yaman. Kejadian ini terungkap beberapa minggu kemudian, setelah perencanaan serangan hampir rampung dan serangan itu sendiri telah dimulai.

Penambahan Jeffrey Goldberg ke grup tersebut dilakukan oleh Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz. Isi percakapan yang terungkap menunjukkan pembahasan detail rencana serangan, termasuk target, senjata yang akan digunakan, dan urutan serangan. Goldberg, yang baru menyadari hal ini beberapa minggu kemudian, menyebut tindakan tersebut sebagai 'sangat sembrono'.

Gedung Putih mengonfirmasi rencana perang AS terhadap Houthi yang dikirim ke jurnalis secara tidak sengaja.

Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi The Atlantic, kemudian menerbitkan sebuah artikel dengan tangkapan layar percakapan tersebut, yang berlangsung selama beberapa minggu.

Mengutip laporan Al Arabiya, Selasa (25/3/2025), Goldberg menjelaskan bahwa ia ditambahkan ke grup obrolan Signal pada tanggal 13 Maret oleh Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz. Grup tersebut, yang diberi nama 'Kelompok kecil PC Houthi', difokuskan pada koordinasi tindakan terkait Houthi.

Pesan pertama di grup dari Waltz, menurut jurnalis Goldberg, berbunyi: "Tim – membentuk kelompok prinsip untuk koordinasi terhadap Houthi, khususnya selama 72 jam ke depan. Wakil saya Alex Wong sedang menyusun tim tiger (harimau) di tingkat deputi/Kepala Staf lembaga sebagai tindak lanjut dari rapat di Ruang Duduk pagi ini untuk item tindakan dan akan mengirimkannya nanti malam."

Selengkapnya klik di sini: Pengakuan Jurnalis Dimasukkan ke Grup Rahasia Rencana Serangan AS ke Houthi Yaman

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |