Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru mengungkap bahwa pola tidur yang tidak teratur, meskipun durasi tidurnya cukup, dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang pentingnya menjaga jadwal tidur yang konsisten bagi kesehatan kardiovaskular.
Dilansir CNN, Kamis (5/12/2024), penelitian yang dipublikasikan di "Journal of Epidemiology & Community Health" ini melibatkan 72.269 peserta berusia 40 hingga 79 tahun yang belum pernah mengalami gangguan kardiovaskular sebelumnya.
Para peneliti memantau aktivitas mereka selama tujuh hari untuk menghitung Sleep Regularity Index (SRI), di mana skor tinggi menunjukkan pola tidur yang lebih teratur.
Hasilnya, setelah melacak data peserta selama delapan tahun, ditemukan bahwa individu dengan pola tidur tidak teratur memiliki risiko 26 persen lebih tinggi untuk mengalami kejadian kardiovaskular serius, termasuk serangan jantung, stroke, atau gagal jantung.
Jean Pierre Chaput, penulis utama studi sekaligus profesor di Universitas Ottawa, Kanada, menegaskan bahwa pola tidur yang teratur mungkin lebih penting dibandingkan dengan durasi tidur saja.
Studi ini juga menunjukkan bahwa orang dengan pola tidur teratur lebih mungkin memenuhi rekomendasi durasi tidur harian, yaitu 7-9 jam untuk orang dewasa usia 18-64 tahun dan 7-8 jam untuk mereka yang berusia di atas 65 tahun. Sebanyak 61 persen dari kelompok dengan pola tidur teratur mendapatkan durasi tidur yang cukup, dibandingkan hanya 48 persen pada kelompok dengan pola tidur tidak teratur.
Namun, bahkan di antara mereka yang tidur cukup, pola tidur yang tidak konsisten tetap dikaitkan dengan risiko kardiovaskular yang lebih tinggi.
Pentingnya Pola Tidur Konsisten
Chaput menyarankan untuk menjaga jadwal tidur yang konsisten, dengan waktu tidur dan bangun yang tidak berbeda lebih dari 30-60 menit setiap hari.
"Pola tidur yang konsisten mendukung ritme sirkadian tubuh, meningkatkan kualitas tidur, suasana hati, dan fungsi kognitif, serta mengurangi risiko penyakit seperti diabetes dan penyakit jantung," jelasnya.
Ia juga memperingatkan agar tidak mengandalkan tidur tambahan di akhir pekan untuk mengganti kurang tidur selama hari kerja.
"Tidur lebih lama di akhir pekan mungkin membantu suasana hati dan fungsi kognitif sementara, tetapi tidak cukup untuk membalikkan efek negatif dari kurang tidur kronis," tambah Chaput.
Namun, tidak semua ahli sepakat. Naveed Sattar, profesor di Universitas Glasgow, mengatakan bahwa studi ini tidak sepenuhnya membuktikan bahwa pola tidur yang tidak teratur secara langsung menyebabkan risiko kesehatan.
"Faktor lain, seperti konsumsi alkohol atau gaya hidup yang tidak sehat, mungkin menjadi penyebab sebenarnya," ujarnya.
Tidur sebagai Prioritas Kesehatan
Chaput yang kini bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengembangkan pedoman tidur sehat, menegaskan pentingnya menjadikan tidur sebagai prioritas kesehatan.
"Tidur adalah komponen esensial untuk kesejahteraan, bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh," katanya.