Liputan6.com, Teheran - Tersembunyi di balik barisan gunung dekat kota suci Qom, Iran, berdiri salah satu fasilitas nuklir paling misterius dan paling dijaga ketat di dunia: Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow.
Dari citra satelit terbaru, kompleks ini tampak terdiri atas lima terowongan yang mengarah ke dalam gunung, dikelilingi struktur pendukung besar dan perimeter keamanan yang ketat. Namun yang tak terlihat justru yang paling mengkhawatirkan: Fordow terletak sekitar 80 hingga 90 meter di bawah tanah—terlalu dalam untuk dijangkau bom udara konvensional, bahkan oleh Israel.
Fasilitas ini pertama kali terungkap ke dunia pada tahun 2009, saat Presiden AS Barack Obama bersama Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengumumkan keberadaan Fordow. Mereka menyebut bahwa ukuran dan konfigurasi fasilitas tersebut tidak sejalan dengan program nuklir sipil.
Beberapa hari sebelumnya, Iran secara terburu-buru mengirim pemberitahuan ke Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa mereka tengah membangun fasilitas pengayaan bahan bakar baru, dikutip dari CNN, Kamis (19/6/2025).
Meski Iran bersikukuh bahwa program nuklirnya bertujuan damai, Fordow tetap menjadi simbol dari kecurigaan komunitas internasional terhadap ambisi nuklir Teheran. Dalam surat kepada IAEA, Iran mengklaim Fordow dibangun sebagai fasilitas cadangan jika Natanz diserang. Kapasitasnya disebut mencapai 3.000 sentrifus.
Dari Proyek Rahasia ke Pusat KontroversiFordow diyakini mulai dibangun awal tahun 2000-an sebagai bagian dari program senjata nuklir Iran. Menurut David Albright, pakar nuklir dari Institut Ilmu Pengetahuan dan Keamanan Internasional (ISIS), proyek ini dirancang untuk memproduksi uranium tingkat senjata, memanfaatkan pasokan uranium yang diperkaya rendah dari program sipil Iran.
Keberadaan Fordow menjadi lebih mengemuka pada 2018 ketika Israel mengumumkan bahwa badan intelijennya telah menyita lebih dari 55.000 dokumen dari apa yang disebut sebagai “arsip atom” Iran. Di dalamnya terdapat cetak biru fasilitas Fordow dan rincian tujuan penggunaannya: memproduksi cukup uranium untuk satu atau dua bom nuklir per tahun.
Israel menyerang puluhan target, termasuk fasilitas nuklir, situs militer, dan rumah-rumah pribadi di seluruh Iran pada Jumat (13/6/2025) pagi, menewaskan sejumlah komandan militer senior dalam apa yang disebut sebagai "Operasi Rising Lion".
Iran Bangun Teknologi Senjata
Meskipun Iran membantah tuduhan tersebut dan menyebut pengungkapan itu “kekanak-kanakan,” dokumen tersebut memperkuat kekhawatiran bahwa Teheran tak hanya berniat membangun teknologi nuklir, tetapi juga senjata.
Ketika Satu-Satunya Bom yang Mampu Dimiliki ASHari ini, Fordow kembali menjadi sorotan setelah laporan IAEA terbaru menyebut Iran telah memperkaya uranium hingga 60% di fasilitas ini. Angka tersebut hanya selangkah lagi menuju tingkat senjata. Dengan 2.700 sentrifus aktif, para ahli memperkirakan bahwa Iran bisa menghasilkan cukup bahan untuk sembilan senjata nuklir hanya dalam tiga minggu.
Masalahnya, menghancurkan Fordow bukan perkara mudah. Bahkan bom penghancur bunker paling kuat milik AS, GBU-57 "Massive Ordnance Penetrator," yang hanya bisa dibawa oleh pesawat pembom siluman B-2, diperkirakan tidak mampu menembus kedalaman Fordow dalam satu kali serangan.
Laporan dari Royal United Services Institute (RUSI) menyebut bahwa upaya tersebut akan membutuhkan beberapa kali hantaman pada titik yang sama—sebuah misi yang bahkan sulit dilakukan oleh Angkatan Udara AS, apalagi Israel yang tidak memiliki pesawat pembom semacam itu.
Israel: Hanya AS yang Mampu Hancurkan
Duta Besar Israel untuk AS, Yechiel Leiter, mengakui bahwa satu-satunya negara yang memiliki kemampuan militer untuk menghancurkan Fordow dari udara hanyalah Amerika Serikat. Namun ia juga menyebutkan ada alternatif lain seperti menghancurkan pintu masuk terowongan dan sistem ventilasi, yang dapat melumpuhkan operasional Fordow selama berbulan-bulan.
Ancaman Nyata, Tapi Bukan Satu-satunyaMeski Fordow kini menjadi simbol ambisi nuklir Iran, para pakar memperingatkan bahwa penghancuran fasilitas ini tidak akan mengakhiri ancaman sepenuhnya. “Jika Anda menghancurkan Fordow, masalahnya belum selesai. Pertanyaannya adalah: berapa banyak sentrifus yang telah dibuat Iran dan disembunyikan di tempat lain?” ujar Albright.
Dengan potensi produksi uranium yang kian cepat dan lokasi strategis yang hampir mustahil dihancurkan tanpa bantuan militer besar-besaran dari AS, Fordow menjadi titik pusat ketegangan geopolitik yang baru. Dalam dunia yang diwarnai ketidakpastian dan diplomasi yang rapuh, satu hal yang pasti: selama Fordow masih berdiri, dunia takkan lepas dari kekhawatiran akan bayang-bayang senjata nuklir Iran.